SEMARAPURA - Seorang pamangku berusia 85 tahun di Desa Pakraman Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung nekat melakukan pembunuhan, Minggu (30/3) malam. Pamangku pembunuh ini adalah Jro Mangku Nyoman Jegog, 85, yang kesehariannya ngayah pada Pura Paibon Mangurah Goa di Banjar Bandung, Desa Pakraman Gunaksa. Sedangkan korbannya, Jro Mangku Nyoman Sukjadnya, 52, juga seorang pamangku yang notabene anak kandung pelaku.
Belum jelas, apa sejatinya motif di balik aksi nekat pamangku membunuh pamangku di lingkpuk keluarga ini. Namun, dugaan sementara, Jro Mangku Nyoman Jegog tersinggung karena merasa disepelekan. Dia pun nekat menghantam anaknya, Jro Mangku Nyoman Sukadnya, yang kesehariannya juga ngayah sebagai pamangku di pura yang sama.
Tragedi pamangku membunuh pamangku ini terjadi Rabu malam sekitar pukul 21.30 Wita, di rumah keluarga besar Jro Mangku Jegog yang menyatu dengan pekarangan rumah korban, Jro Mangku Sukadnya, di Banjar Bandung, Desa Pakraman Gunaksa. Korban Jro Mangku Sukadnya tewas setelah dihantam ayahnya, Jro Mangku Jegog, dengan palu di bagian leher.
Informasi yang dihimpun di lapangan, Kamis (31/3), tragedi pembunuhan di lingkup keluarga ini berawal dari kemarahan Jro Mangku Jegog (kerap dipanggil Jro Mangku Lingsir) kepada cucunya, I Nengah Kurniawan, 15 (keponakan dari korban Jro Mangku Sukadnya) dan amarah terhadap menantunya, Ni Ketut Karnasih, 39 (ibunda dari Nengah Kurniawan).
Sekadar dicatat, Ni Ketut Karniasih merupakan istri dari I Nengah Arya Kesuma. Sedangkan Nengah Arya Kesuma sendiri merupakan adik kandung dari korban Jro Mangku Sukadnya. Diduga kuat, Jro Mangku Jegog berang karena merasa bising oleh ulah cocu dan menantunya yang asyik nonton TV.
Begitulah, terjadi kemudian cekcok hebat antara Jro Mangku Jegog vs menantu (Ketut Karniasih) dan cucunya (Kurniawan). Jro Mangku Jegog semakin naik pitam. Kemudian, dari dalam kamarnya, Jro Mangku Jegog menyerang cucu dan menantunya dengan melempar mereka benda keras. Namun, lemparannya luput, karena ibu dan anak, Karniasih dan Kurniawan, berhasil menghindar. Ibu dan anak ini lantas lari karena ketakutan melihat mertua dan kakeknya kalap. Awalnya, ibu dan anak ini sembunyi di Bale Dangin, kemudian bergerak ke arag barat mendekati tembok penyengker pekarangan rumahnya untuk meminta tolong kepada Jro Mangku Sukadnya, kakak ipar Karnasih. Kebetulan, rumah Jro Mangku Sukadnya berada di sebelah barat dalam pekarangan keluarga besar Jro Mangku Jegog, yang hanya dibatasi tembok penyengker.
Mendengar saqng keponakan (Kurniawan) dan adik iparnya, Karniasih, berteriak- teriak minta tolong, korban Jro Mangku Sukadnya langsung melompati tembok penyengker. Maksudnya, hendak melerai keributan antara ayahnya (Jro Mangku Jegog) vs keponakan dan iparnya.
Namun, malang bagi Jro Mangku Sukadnya. Pasalnya, ketika mencebur melompati tembok penyengker hendak melerai, dia langsung dihantam ayahnya, Jro Mangku Jegog, yang sedang kalap dengan palu. Hantaman palu yang dilakukan Jro Mangku Jegog sangat keras, sekalipun usianya sudah lingsir (cukup tua, 85 tahun). Jro Mangku Sukadnya yang kini berusia 52 tahun roboh seketika akibat dipalu ayuhnya.
Hal ini membuat Karnasih dan putranya, Kurniawan, lari ke dapur hendak bersembunyi, karena panik dan ketakutan. Sambil berlari, ibu dan anak ini berteriak- teriak minta tolong. Anggota keluarga lainnya dan warga sekitar pun berdatangan ke lokasi TKP. Tak lama berselang, polisi juga datang ke TKP.
Korban Jro Mangku Sukadnya sendiri sempat dilarikan ke RSUD Klungkung di Kota Semarapura untuk mendapatkan pertolongan medis. Namun sayang, nyawa ayah tiga anak yang kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan selain ngayah jadi pamangku ini, tidak tertolong. Jro Mangku Sukadnya menghembuskan napas terakhir saat tiba di RSUD Klungkung, karena luka dalam cukup parah. Jenazah Jro Mangku Sukadnya malam itu langsung dibawa keluarganya ke rumah duka di Banjar Badung, Desa Pakraman Gunaksa, sembari menunggu dewasa ayu untuk penguburan. Sedangkan pelaku Jro Mangku Jegog, yang notabene ayah korban, diamankan polisi ke Mapolres Klungkung untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Namun, sebelum diamankan polisi, Jro Mangku Jegog sempat mengkeb (sembunyi) beberapa jam di dalam kamarnya. Pihak keluarga dan warga setempat tidak berani mendekat, karena khawatir Jro Mangku Linsir masih kalap. Apalagi, di dalam kamarnya ada banyak peralatan yang bisa berbahaya digunakan sebagai senjata.
Barulah setelah diupayakan pendekatan dengan hati-hati oleh pihak keluarga, warga sekitar, dan polisi, Jro Mangku Jegog akhirnya berhasil dievakuasi dari dalam kamarnya, lalu dibawa ke Mapolres Klungkung.
Hingga Kamis kemarin, Jro Mangku Jegog masih diamankan di Mapolres Klungkung. Jro Mangku Jegog nampak masih linglung, bicaranya juga tidak jelas. Pamangku sepuh yang telah dikaruniai 10 cucu dan 12 cicit ini mengaku nekat menghantam anaknya, Jro Mangku Sukadnya, dengan palu karena kalap.
Jro Mangku Jegog juga mengaku sempat bertengkar hebat dengan menantu, Ketut Karniasih, dan cucunya, Nengah Kurniawan. “Nika sampun cucun tiyange sane mokoh (Itulah dia, cucu saya yang gemuk,” cerita Jro Mangku Jegog soal cucunya, Nengah Kurniawan, yang dianggap memicu masalah. Sementara, penyidik Polres Klungkung telah memeriksa saksi-saksi terkait kasus pembunuhan pamangku di lingkup keluarga ini. Pelaku Jro Mangku Jegog juga masih terus diperiksa. Polisi kemungkinan akan menjerat pelaku dengan pasal 338 KUHP dan pasal 351 KHUP tentang pembunuhan dan penganiayaan, berisi ancaman hukuman lebih dari 10 tahun penjara.
“Buat sementara, kita masih melakukan pemeriksaan,“ ujar Kasat Reskrim Polres Klungkung, AKP Ida Bagus Putra, di Semarapura, Kamis kemarin. “Namun, kemungkinan besar pelaku akan dijerat dengan pasal-pasal tentang pembunuhan dan penganiyaan itu,” imbuh IB Putra.
Sementara itu, suasana pendih masih menyelimuti rumah duka di Banjar Bandung, Desa Pakraman Gunaksa, Kamis kemarin. Istri korban, Ni Wayan Depin, 50, tampak masih sembab akibat menangis tanpa henti. Perempuan paruh baya ini duduk termanggu dengan pandangan kosong. Demikian juga anggota keluarga lainnya. Di rumah duka, banyak kerabat dan krama sekitar yang melayat sambil membantu persiapkan upacara pelebon korban Jro Mangku Sukadnya, yang rencananya akan dilaksanakan 5 April 2011 nanti.
Menyusul kematian tragis Jro Mangku Sukadnya, maka upacara pujawali di Pura Paibon Mangurah Goa, yang direncanakan pada Tumpek Wayang, Saniscara Kliwon Wayang, Sabtu (2/4) besok, kemungkinan besar dibatalkani. Masalahnya, korban pembunuhan ini merupakan pamangku di pura keluarga yang diempon 37 KK tersebut. “Yah, beginilah keadaannya keluarga besar kami. Ini musibah,” tutur I Komang Ana, salah satu adik kandung korban Jro Mangku Sukadnya. Di sisi lain, Nengah Arya Kusuma, suami dari Ketut Karniasih dan ayah dari Nengah Kurniawan, mengaku tak tahu persis apa sebetulnya pemicu pertengkaran antara ayahnya, Jro Mangku Jegog, dengan istri dan anaknya. Yang dia tahu, Jro Mangku Jegog marah karena bising oleh sikap menantu dan cucunya yang asyik nonton TV malam itu.
“Napi kaden acara di TV kala nika. Pianak (Kurniawan) dan kurenan tiyange (Karniasih) nyatwa, acara TV nika sane mawinan bapan tiyangi (Jro Mangku Jegog) marah-marah,“ keluh Arya Kesuma yang notabene adik kandung korban Jro Mangku Sukadnya di rumah duka, Kamis kemarin. Menurut Arya Kesuma, pihaknya sama sekali tidak menduga terjadi peristiwa berujung maut di keluarganya. Padahal, selama ini sama sekali tidak ada kejadian apa-apa. Hubungan antara Jro Mangku Jegog dengan menantu dan cucunya juga tak ada masalah. Demikian pula hubungan bapak-anak Jro Mangku Jegog-Jro Mangku Sukadnya.
Baik Jro Mangku Jegog maupun Jro Mangku Sukadnya sama-sama jadi pamangku di Pura Paibob Mangaruh Gua, Desa Pakraman Gunaksa. Sang ayah, Jro Mangku Jegog, berstatus sebagai pamangku lingsir. Sedangkan putranya, Jro Mangku Sukadnya, adalah penyeledi (pengganti) bagi Jro Mangku Jegog di pura tersebut.
sumber : NusaBali