Gunung Agung siang tadi, Sabtu (18/11/2017) |
Pengamatan PVMG Seminggu Terakhir, Begini Pergerakan Magmanya
AMLAPURA - Gunung Agung (GA) yang kini turun status menjadi Siaga, kian mengalami penurunan pada jumlah kegempaan.
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), kegempaan sejak Minggu (12/11/2017) hingga saat ini mengalami penurunan.
Beberapa kegempaan sangat dangkal seperti Low Frekuensi dan Hembusan terekam dalam periode 1 minggu terakhir namun dengan jumlah belum signifikan.
Gempa tremor spasmodik masih terekam mengindikasikan masih adanya aliran fluida magmatik dari kedalaman, namun jumlahnya juga masih belum signifikan.
Deformasi cenderung menunjukkan pola stasioner.
Belum teramati lagi pola deformasi signifikan baik itu inflasi maupun deflasi yang sebelumnya teramati jelas pada periode Agustus-Oktober 2017.
Pengamatan Via satelit, energi termal masih dapat teramati di permukaan kawah namun masih belum mengalami perubahan lagi yang signifikan.
Satelit pada Selasa (14/11/2017) merekam adanya sedikit pelebaran di salah satu lubang keluarnya asap saat ini (pada koordinat -8.3436, 115.5093).
Secara visual, asap dalam seminggu terakhir teramati hingga mencapai ketinggian 700 m.
Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana menjelaskan, hal ini dapat diakibatkan dua hal, pertama faktor internal, seiring dengan adanya kemunculan gempa Low Frekuensi dan Hembusan memanifestasikan aliran fluida panas dari magma ke permukaan yang masih terus terjadi.
Kedua, faktor eksternal seperti hujan dapat mempengaruhi ketebalan/ketinggian asap yang teramati.
Hasil pengukuran temperatur air di mata air di sekitar Gunung Agung belum menunjukkan adanya perubahan signifikan.
"Akan dilakukan penerbangan drone (hari ini) untuk mengambil foto visual terkini dan pemeriksaan gas vulkanik," ungkapnya.
Hal ini dapat membantu untuk mengevaluasi lebih komprehensif aktivitas Gunung Agung saat ini.
Devy Kamil menyimpulkan, pergerakan magma di dalam tubuh Gunung Agung masih teramati secara visual dan terekam secara instrumental namun dengan intensitas yang cenderung menurun dalam seminggu terakhir.
Status Gunung Agung saat ini masih di Level III (Siaga) namun status terus dievaluasi setiap hari secara hati-hati dan dapat berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan ancaman bahaya letusan Gunungapi Agung.
Drone Diterbangkan, Kali Ini Ambil Sampel Gas dari Kawah Gunung Agung
Tim pesawat tak berawak atau drone dari AeroTerrascan Bandung kembali diterbangkan untuk mencari data tentang gas yang dikeluarkan kawah Gunung Agung, Karangasem, Bali.
Penerbangan drone digelar di Lapangan Selat, Desa / Kecamatan Selat, Sabtu (18/11/2017) pukul 07.00 wita.
Flight Direktor AeroTerrascan, Feri Ametia Pratama menjelaskan, penerbangan drone ke kawah Gunung Agung dinyatakan berhasil dengan waktu sekitar 30 menit.
Dalam penerbangan kali ini, jelas Feri Ametia Pratama, drone jenis AI 450 membawa alat multi gas yang dilengkapi dengan sensor.
Sensor multi gas ini berfungsi untuk mengambil sampel gas yang dikeluarkan dari kawah Gunung Agung.
Kemudian kandungan gas dibaca oleh sensor, dan data tersebut nantinya digunakan untuk menganalisa keaktifan gunung.
Berapa contoh gas yang diambil yakni CO2, H2O, dan XO2.
"Alat sensor multi gas ini dari USGS, Amerika Serikat. Alat ini dipasang di pesawat. Nanti alat ini akan menyedot gas lewat pipa. Di dalam alat ini, sensor akan mebaca gas yang disedot oleh alat ini," kata Feri Ametia Pratama saat ditemui dilokasi penerbangan.
Dari pembacaan sensor, katanya, sekilas dilihat ada data yang terbaca.
Berapa jenis gas yang disedot perlu diolah lagi datanya.
Dari grafik memang ada perbedaan.
"Terkait ini akan dianalisis oleh tim PVMBG bersama tim dari USGS. Ini segera akan dianalisis untuk mengetahui aktivitas gunung," katanya.
"Penerbangan hari ini tujuan utamanya untuk pengambilan sampel gas. Bahan ini akan digunakan untuk dianalisis, sehingga mendapat gambaran tentang aktivitas gunung agung terkini. Sebelumnya sudah kita melakukan penerbangan, tapi hanya ambil gambar dan video saja,"akuinya.
Staff PVMBG yang mendampingi Tim Drone, Ugan Saing mengaku, penerbangan drone untuk mengukur komposisi gas berjalan lancar.
Tetapi, untuk komposisi gas masih dalam proses analisis data.
Petugas PVMBG belum mengatahui pasti, apakah alat sudah mendapatkan gas atau belum.
"Kita sudah ambil datanya, dan download. Kita sempat buka datanya, tapi belum mengetahui secara pasti apakah sudah dapat gas atau belum. Sekarang kita masih proses analisa, dan perlu waktu untuk analisa data,"tambah Ugan Saing ditemui dilokasi.
Untuk data lainnya seperti foto dan video sudah didapat oleh PVMBG.
Data baik dari seismograf, deformasi, GPS, foto, video, serta gas akan dijadikan bahan untuk menurun dan menaikan status Gunung Agung.
Kapan petugas kembali mengevaluasi status Gunung Agung, Ugan Saing belum pastikan.
Kepala Sub Bidang Mitigas Gunung Berapi, Devy Kamil Syahbana menjelaskan, ringkasan aktivitas gunung selama satu minggu.
Pertama, kegempaan sejak 12 November hingga saat ini alami penurunan.
Beberapa kegempaan sangat dangkal seperti low frekuensi dan hembusan terekam dalam periode 1 minggu terakhir namun dengan jumlah belum signifikan.
Gempa tremor spasmodik masih terekam mengindikasikan masih adanya aliran fluida magmatik dari kedalaman, namun jumlahnya juga masih belum signifikan.
Kedua, deformasi cenderung menunjukkan pola stasioner.
Belum teramati lagi pola deformasi signifikan baik itu inflasi maupun deflasi yang sebelumnya teramati jelas pada periode Agustus - Oktober 2017.
Ketiga, via satelit, energi termal masih dapat teramati di permukaan kawah namun masih belum mengalami perubahan lagi yang signifikan.
Satelit pada 14 November merekam adanya sedikit pelebaran di salah satu lubang keluarnya asap saat ini ( pada koordinat - 8.3436, 115.5093).
Secara visual asap dalam seminggu terakhir teramati hingga mencapai ketinggian 700 m.
Hal ini dapat diakibatkan 2 hal, pertama faktor internal, seiring dengan adanya kemunculan gempa Low Frekuensi dan Hembusan memanifestasikan aliran fluida panas dari magma ke permukaan yang masih terus terjadi.
Kedua, faktor eksternal seperti hujan dapat mempengaruhi ketebalan/ketinggian asap yang teramati.
Hasil pengukuran temperatur air di mata air di sekitar Gunung Agung belum menunjukkan adanya perubahan signifikan.
Kesimpulan, pergerakan magma di dalam tubuh Gunung Agung masih teramati secara visual dan terekam secara instrumental namun dengan intensitas yang cenderung menurun dalam seminggu terakhir.
Status Gunung Agung saat ini masih di Level III (Siaga) namun status terus dievaluasi setiap hari secara hati-hati dan dapat berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan ancaman bahaya letusan Gunungapi Agung.
sumber : tribun