SINGARAJA - Pasokan bantuan sayur mayur melimpah, bahkan sekali datang satu truk. Untuk itu disarankan bantuan lauk pauk yang tidak cepat busuk.
Sejak gelombang pengungsi dari sejumlah desa di Kecamatan Kubu, Karangasem, datang ke tenda pengungsian di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng, bantuan terus mengalir. Tidak terkecuali bantuan bahan makanan, baik yang siap saji atau makanan instan maupun bahan pangan yang harus diolah sebelum dibagikan kepada warga yang menempati tenda pengungsian. Namun sayang, ada bantuan yang terkadang mubazir karena tidak tahan lama seperti sayur mayur. Bantuan sayur mayur itu kadang terlanjur membusuk sebelum sempat diolah.
Untuk mengolah dan menyiapkan menu makanan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng bekerja sama TNI AD telah membuat dapur umum yang siap melayani 24 jam. Dapur umum ini khusus melayani pengungsi yang telah mencapai 2.000 jiwa, yang tertampung di tenda pengungsian di Desa Les, Kecamatan Tejakula. Petugas gabungan ini mulai bekerja menyiapkan menu makanan bagi warga pengungsi sejak sekitar pukul 03.00 Wita. Aktivitas di dapur umum baru selesai sekitar pukul 22.00 Wita setelah semua perabotan bersih.
Dalam sehari petugas di dapur umum ini memasak nasi hingga 500 kilogram. Sedangkan lauk pauk yang disiapkan mencapai puluhan kilogram, tergantung jenisnya. Selama ini, pasokan bahan makanan itu tidak pernah kekurangan. Bantuan dari para donatur terus mengalir, bahkan hingga menumpuk. Nah, dari sekian banyak jenis bantuan yang disalurkan dalam aksi kemanusiaan itu, ternyata tidak semuanya tahan lama. Jenis bantuan yang cepat membusuk adalah sayur mayur. Bantuan sayur mayur yang datang ke pos pengungsian di Desa Les, cukup banyak. Tidak tanggung-tanggung, bantuan sayur mayur yang datang bisa satu truk. Bantuan sayur mayur itu berupa kubis/kol, buncis, kangkung, sawi, dan lainnya. “Kalau sayurnya banyak yang membantu, kadang sekali datang bisa tiga truk penuh, dibawa oleh warga dari Kintamani, Kabupaten Bangli. Selama ini memang tidak pernah kekurangan, tapi ada yang tidak tahan karena terus berada di dalam karung, jadi begitu dikeluarkan sudah berair,” kata Made Ardika, salah seorang petugas Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD.
Pantauan di dapur umum, Jumat (29/9) sore, melimpahnya bantuan membuat bantuan tidak tersusun rapi. Bahkan petugas kesulitan mengatur, akibat tenda penyimpanan bantuan sudah penuh. Di samping itu, petugas BPBD juga kewalahan mengatur bantuan yang disumbangkan oleh para donatur. Karena petugas BPBD juga harus bertanggungjawab dengan tugasnya di dapur umum, dan tugas-tugas lainnya yang sifatnya mendadak.
Terlihat juga bantuan sayur mayur seperti bawang merah harus dijemur karena terlanjur berair, karena terlalu lama berada di dalam karung. Terlihat juga kangkung sudah layu, dan sudah tidak layak lagi untuk diolah.
“Kalau tidak dijemur, nanti membusuk karena sudah berair. Kalau bantuan dalam karung itu memang cepat berair, karena mungkin terlalu panas. Makanya kami keluarkan biar dapat angin,” ujar Ardika.
Sementara Kabid Kedaruratan BPBD Buleleng Ketut Sensus, mengaku pihaknya tidak bisa melarang warga membantu meskipun bantuan bahan pangan tersebut tidak tahan lama. Pihaknya harus menerima semua bantuan, karena bantuan yang disalurkan bentuk aksi kemanusiaan.
“Kalau sebelumnya (sebelum mengirim bantuan, Red) berkoordinasi, tanya kebutuhan apa yang masih kurang dan perlu dibantu, kami akan jelaskan, sehingga bantuannya lebih terarah. Tetapi kami kan tidak bisa melarang bantuan diberikan,” kata Sensus.
Dikatakan, ada beberapa pihak yang sebelum membawa bantuan sudah menanyakan lebih dulu kebutuhan yang diperlukan. Sehingga bantuan yang diserahkan nantinya dapat lebih terarah, sesuai dengan kebutuhan dari para pengungsi.
“Khusus untuk dapur umum, kalau bisa bantuan lauknya yang kering-kering. Kalau telur juga rawan, bisa pecah dan busuk. Apalagi sayur mayur, seperti sawi, kol memang tidak bisa tahan lama,” ujarnya.
sumber : nusabali