Grafis tenggelamnya kapal KMP II Rafelia di Selat Bali. |
Para Korban dan Kendaraan KMP Rafelia II Dapat Asuransi
BANYUWANGI - Para korban kecelakaan laut KMP Rafelia II, baik yang meninggal dunia maupun luka, mendapat asuransi dari PT Jasa Raharja.
Korban meninggal dunia mendapat asuransi Rp 100 juta, sementara korban luka akan dilihat seberapa parah luka yang dialami korban.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi korban yang dirawat di RS Islam dan RSUD Blambangan.
"Kami sudah koordinasi dengan seluruh pihak terkait, termasuk teman-teman dari Jasa Raharja. Sesuai ketentuan, semua korban mendapat asuransi. Saya dalam rapat bersama seluruh pihak terkait di pelabuhan tadi juga sudah minta agar pencairan ini bisa cepat," kata Anas seperti dikutip dari rilis Humas Pemkab Banyuwangi, Sabtu (5/3/2016).
Anas mendatangi RSUD Blambangan, Sabtu (5/3/2016) juga untuk melihat jenazah korban yang baru ditemukan.
Dia pun menengok Agus Wahyudi, korban yang akan dioperasi karena patah tulang di bagian kaki.
Anas menegaskan, semua penumpang, baik yang terdaftar dalam manifes maupun yang tidak, mendapat asuransi.
"Soal manifes yang tidak valid ini ke depan menjadi catatan bersama, terutama bagi para pemangku kepentingan di pelabuhan, agar lebih ketat dan tertata," ujar Anas.
Kepastian asuransi juga ditegaskan oleh Kepala Cabang PT Jasa Raharja Jawa Timur Edi Supriadi.
"Semua korban baik yang meninggal maupun yang dalam perawatan rumah sakit akan mendapat asuransi. Baik yang masuk dalam daftar manifest maupun tidak, semua mendapat asuransi,” ujar Edi.
Besaran asuransi yang akan diberikan kepada korban meninggal adalah sebesar Rp 100 juta.
Rinciannya, kata Edi, Rp 25 juta dari PT Jasa Raharja, dan Rp 75 juta diberikan oleh PT Jasa Raharja Putera.
Sementara untuk korban yang dalam perawatan rumah sakit, klaim asuransi yang bisa diajukan sebesar Rp 37,5 juta.
Sementara untuk kendaran yang turut tenggelam, juga akan mendapat asuransi dari PT Jasa Raharja.
Besarannya disesuaikan dengan jenis kendaraan serta muatan yang dibawanya.
"Mereka para korban kami jamin haknya. Kami juga telah berkoordinasi dengan sejumlah rumah sakit untuk pengurusan klaimnya. Kami janji tidak akan kami persulit pengurusan administrasinya," tegas Edy.
Edy pun menambahkan hak pasien terkait akan segera dipenuhi.
"Proses forensik selesai, secepatnya akan langsung kami berikan," ujar Edy.
Sebelumnya, KMP Rafelia II yang melakukan penyeberangan rute Gilimanuk Bali - Ketapang Banyuwangi tenggelam di perairan Selat Bali, Jumat (4/3/2016) siang.
Sebanyak 65 penumpang dan 16 ABK menjadi korban. Dari 81 korban tersebut, tercatat 13 penumpang yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit, dan 5 orang dinyatakan hilang dan meninggal.
Empat jenazah korban berhasil dievakuasi pada Sabtu (5/3/2016).
Keempat jenazah korban yang berhasil dievakuasi terdiri atas 2 jenazah pria, 1 perempuan, dan 1 bayi laki-laki.
Dua jenazah pria diduga adalah mualim Puji Purwono, dan seorang sopir truk bernama Agustia asal Karawang, Jawa Barat.
Adapun ibu dan anaknya masing-masing adalah Masruroh (25 tahun) dan M Romlan (18 bulan). Saat ini, masih ada satu korban yang belum ditemukan, yaitu nakhoda Bambang Surya Adi.
Ibu dan Bayi Ditemukan Berpelukan, Suami: ‘Seandainya Iluh Bisa Gapai Tangan Saya’
NEGARA - Jaenuri (40) tak kuasa lagi menahan air matanya ketika hendak melihat jasad istri dan anaknya, Iluh Masruroh (29) dan Mohamad Romlan (1,5) di RSU Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (5/3/2016).
Jika saja Masruroh sempat menggapai tangannya, Jaenuri yakin keluarganya tetap utuh.
Namun Tuhan berkehendak lain.
Mereka akhirnya dipisahkan maut saat Kapal Motor Penumpang (KMP) Rafelia II tenggelam di Selat Bali, Jumat (4/3/2016) siang.
Hingga kemarin sore, tim gabungan SAR telah menemukan empat korban meninggal dunia akibat tenggelamnya KMP Rafelia II.
Selain Masruroh dan anaknya, dua korban lainnya adalah mualim kapal Puji Purnomo dan seorang sopir Tia Agus Miharja (50).
Tinggal satu korban hilang yang belum ditemukan yaitu sang nahkoda kapal, Bambang S Adi.
Ditemui di halaman depan ruang jenazah RSU Blambangan, Sabtu kemarin, Jaenuri tampak masih sangat syok dengan musibah yang baru saja menimpa keluarganya.
Dengan nada terbata-bata, pria asal Desa Olesari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, ini menceritakan detik-detik pertemuan terakhirnya dengan istri serta anaknya yang baru berumur 18 bulan tersebut.
Awalnya, Jaenuri beserta tiga anggota keluarganya yakni Masruroh, Nova Sari (8), serta anak laki satu-satunya, Moh Romlan, bertandang ke rumah mertua Jaenuri yang beralamat di Desa Klatakan, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Jumat (4/3/2016) pagi.
Usai bersilaturahmi, mereka akhirnya kembali ke Banyuwangi menaiki sepeda motor Honda Supra Fit nopol DK 2339 WO pada pukul 13.00 Wita.
“Waktu itu sempat bertengkar dengan istri karena saya tidak mau berangkat pas Sholat Dzuhur. Saya bilang lebih baik pulangnya pukul 14.30 Wita. Tapi dia tetap ngotot, mungkin ini sudah umurnya dia,” ungkap Jaenuri memulai ceritanya.
Sesampainya di Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, mereka akhirnya menaiki KMP Rafelia II dengan membeli karcis jasa penyeberangan senilai Rp 23 ribu per orang.
KMP Rafelia II pun berangkat pukul 12.30 Wita dengan membawa mengangkut 81 orang --bukan 67 seperti data awal-- dan 27 unit kendaraan.
Hanya 15 menit berselang setelah kapal meninggalkan Pelabuhan Gilimanuk, petaka mulai datang.
Saat itu anak Jaenuri, Nova Sari, menengok ke arah dek kapal.
Bocah kelas 2 SD itu pun kemudian melaporkan kepada bapaknya jika sepeda motor mereka terendam air.
Benar saja, Jaenuri yang kemudian memeriksanya mendapati bagian dek kapal sudah terendam oleh air setinggi kurang lebih 50 cm.
Bahkan tak lama setelah masuknya air ke dek, kapal mulai miring ke bagian kiri dan menyebabkan semua penumpang panik.
Setelahnya kapten kapal sempat muncul dan menginstruksikan kepada para penumpang agar tidak panik.
Tak lama alarm kapal kemudian berbunyi dan disusul dengan kondisi kapal yang semakin miring ke kiri.
Saat itu, kata dia, semua penumpang dalam keadaan panik dan berebutan life jacket.
Dalam keadaan panik, Jaenuri kemudian menarik kedua anak beserta istrinya yang berada di ruang penumpang menuju anjungan kapal.
Beruntung Jaenuri beserta ketiga anggota keluarganya ini berhasil mendapatkan life jacket.
Anak pertamanya, Nova Sari, disuruh untuk berpegangan di pinggiran anjungan dan menggapai tempat tertinggi saat kepala kapal mulai tenggelam dan menyisakan bagian belakangnya saja.
Namun sayang, saat seluruh bagian kapal mulai karam, Jaenuri yang sempat mengulurkan tangannya kepada Masruroh, yang tengah menggendong Romlan malah tak direspons oleh sang istri.
Malang bagi Jaenuri, istri beserta anaknya tersebut lantas ikut terseret arus saat seluruh bagian kapal mulai tenggelam.
Anaknya yang lain, Nova Sari, kemudian ia instruksikan untuk segera meloncat saat semua bagian kapal mulai tenggelam.
Sesudahnya, Jaenuri malah ikut terseret ke bawah bersama KMP Rafelia 2 lantaran tak sempat menyelamatkan diri.
Beruntung, Jaenuri yang sudah memakai life jacket ini kemudian berhasil melewati bagian besi-besi kapal saat tenggelam sebelum akhirnya terselamatkan oleh sekoci kapal.
“Saat itu ada kapal ferry yang mendekat dan membukakan pintu depannya ke saya. Semua penumpang yang selamat kemudian masuk ke sana. Lihat di sekeliling anak saya Nova Sari selamat. Tetapi lihat istri dan Romlan tidak ada saya langsung lemas,” terangnya.
“Hal terakhir yang saya ingat saat coba mengulurkan tangan tapi tidak ia gapai. Seandainya Iluh bisa gapai tangan saya, pasti dia dan anak saya masih hidup. Saya lihat terakhir itu istri saya sedang memeluk anak saya, ngeri sekali rasanya,” tandas Jaenuri menutup ceritanya sembari mencoba kembali masuk ke ruang jenazah RSU Blambangan.
Kepala Satuan Polair Polres Banyuwangi, AKP Basori Alwi, menyatakan Masruroh dan anaknya ditemukan dalam posisi berpelukan.
"Korban di dalam kapal dan kondisinya berpelukan, bergendongan. Sebenarnya sudah pakai pelampung," jelas Basori.
Satu jam kemudian, kembali ditemukan korban berjenis kelamin laki-laki mengenakan baju merah dengan celana jins, Agus Tia.
Tim gabungan SAR juga menemukan mualim Puji Purnomo.
Saksi Hidup Para Sopir, Ketika Lihat Mang Tia Masuk ke Dalam Kapal Sebelum Tenggelam
BANYUWANGI - Keempat korban KMP II Rafelia yang ditemukan, langsung dibawa dan ditangani tim identifikasi di Rumah Sakit Umum Blambangan.
Suasana haru pun menyelimuti kamar mayat rumah sakit tersebut.
Selain keluarga dan kerabat Jaenuri (40), suami yang istri dan anak ditemukan berpelukan di kamar mandi, Iluh Masruroh (29) dan Mohamad Romlan (1,5), juga hadir belasan sopir rekan Agus Tian, warga Sukabumi, Jawa Barat, yang memenuhi kamar mayat RSUD Blambangan.
Para sopir tersebut histeris ketika mengetahui jenazah Agus Tia dibawa ke kamar mayat RSUD Blambangan.
Mereka menangis sambil memanggil nama korban.
Seorang rekan korban nyaris pingsan dan dibopong rekan seprofesinya menuju ruang medis.
Beberapa di antaranya juga pecah dalam tangis kesedihan.
"Ya Allah itu Mang Tia, Mang Tia udah gak ada. Mang Tia " teriak histeris seorang sopir di depan kamar mayat RSUD Blambangan.
Dikim, sopir rekan Mang Tia asal Subang, menjelaskan kepada kompas.com, mereka berasal dari satu perusahaan yang membawa 18 kendaraan besar berisi tanah dari Karangasem menuju Mojokerto, Jawa Timur.
Mereka berjalan beriringan dan masuk ke satu kapal.
Selama ini, menurut Dikim, di antara teman-temannya, Mang Tia dikenal sebagai pribadi yang humoris dan baik.
Saat kejadian, semua rekannya, baik sopir maupun kernet, keluar dari kapal dan menuju ke bagian atas.
Namun, Mang Tia memilih masuk ke ruangan kapal.
"Sempat ada teman yang berteriak memanggil Mang Tia, tapi dia langsung masuk," jelasnya.
Kemarin, pihak keluarga Mang Tia sedang menuju Banyuwangi sambil menunggu kepastian rilis dari pihak berwenang.
sumber : tribun