Menyingkap Berita Tanpa Ditutup Tutupi
Home » , , , » Batu Gentong Tempat Duduk Patih Agung Kerajaan Gelgel

Batu Gentong Tempat Duduk Patih Agung Kerajaan Gelgel

Written By Dre@ming Post on Rabu, 16 Desember 2015 | 2:53:00 PM

Batu Gentong yang dipercaya kerap jadi tempat duduk Patih I Gusti Agung Maruti. Insert: Jro Mangku Nengah Sudja. Gusti Agung Maruti yang dipercaya kerap duduk di Batu Gentong, merupakan Patih Kerajaan Gelgel yang melakukan pemberontakan di era Raja Ida Dalem Dimade
KLUNGKUNG - ADA situs berupa batu menyerupai gentong di pinggir jalan sebelah timur pertigaan Desa Pakraman Gelgel, Kecamatan Klungkung. Batu Gentong ini tingginya mencapai 80 cm, dengan diameter sepeluk orang dewasa. Warga sekitar sangat percaya Batu Gentong ini dulunya merupakan kursi (tempat duduk) Patih Agung Kerajaan Gelgel, I Gusti Agung Maruti.

Bentuk Batu Gentong di pertigaan Desa Gelgel ini memang agak unik. Selain menyerupai gentong (tempat menampung air dari bahan gerabah), pada bagian tengah sisi atas permukaan batu ini juga berlubang, namun tidak terlalu dalam. Sampai saat ini, situs Batu Gentong tersebut amat dikeramatkan warga sekitar. Indikasinya, Batu Gentong ini diseli-muti saput poleng (kain putih-hitam), lengkap dengan tedung (payung sakral) di atasnya, dan selalu berisi canang pertanda disembahyangi secara Hindu. bahkan, ada palinggih (bangunan suci) di areal situs Batu Gentong.

Tidak ada yang tahu persis, bagaimana awal mula ditemukannya Batu Gentong yang dikeramatkan krama Desa Pakraman Gelgel dan sekitarnya ini. Berdasarkan cerita yang diwarisi secara turun temurun, Batu Gentong tersebut sudah sejak lama di sekitar lokasinya yang sekarang, tak jauh dari Kantor Kepala Desa Gelgel.

Pada zaman Kerajaan Gelgel, kawasan sekitar Kantor Kepala Desa Gelgel ini merupakan Karang Kepatihan---jadi tempat tinggal patih kerajaan dan keluarganya. Di tempat inilah Patih Agung Kerajaan Gelgel kala itu, I Gusti Agung Maruti, diperkirakan tinggal bersama keluarganya. Sedangkan Istana Kerajaan (Keraton) Gelgel diperkirakan berada di sebelah selatan jalan, sekitar Pura Penataran Jero Agung sampai Banjar Jero Kapal, Desa Gelgel.

I Gustu Agung Maruta merupakan Patih Agung Kerajaan Gelgel di masa pemerintahan Raja Ida Dalem Dimade. Dalam sejarah disebutkan, Patih I Gusti Agung Maruti melakukan pembrontakan terhadap Raja Ida Dalem Dimade sekitar tahun 1686. Dari cerita yang diwarisi secara turun temurun, di atas Batu Gentong inilah I Gusti Agung Maruti kerap duduk. Batu Gentong menjadi kursi khusus bagi sang patih kerajaan. Nah, lubang dengan kedalaman sekepal pada batu gentong sengaja dibuat untuk memudahkan I Gusti Agung Maruti duduk.

Keberadaan lubang untuk tempat duduk I Gusti Agung Maruti di Batu Gentong itu juga ada ceritanya. Menurut kisah, I Gusti Agung Maruti memiliki tulang belakang yang agak memanjang, sehingga menyerupai ekor. Nah, ekor ini pula yang diyakini sebagai kesaktian I Gusti Agung Maruti.

Pada awalnya, I Gusti Agung Maruti bernama I Gusti Agung Widia. Namun, sebutannya kemudian menjadi I Gusti Agung Maruti. Sebutan ‘Maruti’ ini dipercaya ada keitannya dengan keberadaan ekornya. Dalam epos Ramayana, Maruti itu adalah Hanoman, tokoh kera putih sakti yang berkor panjang.

Menurut pangempon situs Batu Gentong di Desa Paklraman Gelgel, Jro Mangku Nengah Sudja, 66, kisah Batu Gentong yang diyakini sebagai tempat duduk I Gusti Agung Maruti sudah diwarisi secara turun-menurun dari para tetua setempat. Batu Gentong itu sendiri awalnya ditemukan tergeletak begitu saja.

Sekitar tahun 1972, Batu Gentong tersebut kemudian dipindahkan dan dibuatkan tempat khusus, lengkap dengan Palinggih Padmasana di pojok timur laut Pertigaan Desa Gelgel. Waktu itu, jabatan Kepala Desa (Perbekel) Gelgel dipegang I Ketut Megeg. Lalu, pada 2000, posisi batu gentong dipindahkan lagi ke lokasi yang sekarang.

Menurut Jro Mangku Sudja, ada kejadian aneh saat proses pemindahan batu gentong kala itu. Salah satu keanehannya, batu gentong tidak bisa digotong keluar, sebelum kemudian digelar upacara ritual matur piuning. “Padahal, secara kasat mata, batu gentong itulah tidaklah berat, karena lebih mirip seperti batu lempung,” kenang Jro Mangku Suja saat ditemui di rumahnya di Banjar Jero Kapal, Desa Gelgel, beberapa hari lalu.

Warga yang dilibatkan dalam proses menggotong batu gentong kala itu, sempat kebingungan. Akhirnya, ditempuh upaya niskala dengan upacara ritual matur piuning di Dalem Agung Pura Kawitan Pertisentana Sri Nararya Kresna Kepakisan di Banjar Dukuh Nyuh Aya, Desa Pakraman Gelgel. Begitu dilakukan matur piuning, batu gentong mendadak jadi ringan.

Sebagai benda dan jejak sejarah dari Kerajaan Gelgel, batu gentong tersebut masih dikeramatkan sampai sekarang. Piodalan di situs batu gentong digelar 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) setiap Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan. Piodalan berbarengan hari dengan pujawali di Dalem Agung Pura Kawitan Pertisentana Sri Nararya Kresna Kepakisan di Desa Pakraman Gelgel.








sumber : NusaBali
Share this article :

DKS

Visitors Today

Recent Post

Popular Posts

Hot Post

Dua Pemancing Tergulung Ombak Di Tanah Lot Masih Misteri

Dua Orang Hilang di Lautan Tanah Lot, Terungkap Fakta: Istri Melarang dan Pesan Perhatikan Ombak TABANAN - Sekitar sembilan jam lamany...

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bali - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen