LAPOR DIBEGAL - Jero Mangku Ni Ketut Astini (30) (kanan) didampingi suaminya membuat laporan kasus perampasan di jalan atau begal, di Mapolsek Gianyar, Selasa (10/3/2015). |
GIANYAR - "Jambret, jambret, jero, jero, kalung jambret," begitu teriak Jero Mangku Ni Ketut Astini (30), saat kalung seberat 10 gram yang dipakainya dirampas pembegal jalanan, Selasa (10/3/2015) di jalan raya Banjar Pegesangan, Desa Temesi, Gianyar.
Sang suami, Jero Mangku Komang Sugiawan (33), langsung tancap gas. Sambil membonceng istri dan dua anaknya yang menangis histeris, Sugiawan terus memacu kendaraannya mengejar si pembegal kalung tersebut.
"Kejadian sekitar pukul 12.00 Wita. Tiba-tiba saja motor saya oleng, saya kira istri saya ada yang nyolek atau bagaimana. Untung kami sekeluarga tidak jatuh dari motor. Saya coba kejar jambret itu," kata Sugiawan di Mapolsek Gianyar.
Kejar-kejaran terjadi antara Jero Mangku Sugiawan dan sang pembegal. Kendati membonceng, istri dan dua anaknya yang masih kecil, Jero tak mau menyerah.
Mengendarai sepeda motor Honda Revo DK 2150 ML, Jero terus berupaya menangkap jambret tersebut.
"Istri saya sudah memegang pinggang saya erat-erat. Yang jadi patokan saya, dia bawa ransel hitam, helem bojog, dan motor matik. Saya kejar saja terus," tuturnya.
Dalam pengejaran tersebut, Jero dan istrinya terus berteriak. Namun, bantuan tak kunjung datang. Sampai pada akhirnya, sekitar dua kilometer dari tempat kejadian perkara, Jero kehilangan jejak si penjambret.
Jero tidak memiliki petunjuk lagi. Pria asal Banjar Nesa, Desa Banjarangkan, Kelungkung ini, akhirnya memilih mengakhiri pengejaran dan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Gianyar.
"Dia hilang di jembatan Tukad Melangit Banjarangkan, Kelungkung. Saya tidak tahu dia lewat jalan mana. Kalau saya tahu dia lewat mana saya kejar lagi," kata Jero bernada geram.
Firasat sejatinya sudah dirasakan, Jero Mangku Ni Ketut Astini. Pagi kemarin dalam perjalanannya dari rumah menuju Gianyar, seakan ia sudah dibuntuti seorang pria misterius.
Kalung emas yang melingkar di leher sering menjadi perhatian pria itu. Namun, firasat tersebut diabaikannya. Astini lebih memilih berpikir positif.
"Saya mau berobat ke dokter di kelurahan Bitera Gianyar sekitar pukul 10.00 Wita. Pas di jalan itu, kok kayaknya ada yang memperhatikan saya terus. Saya curiga, tapi saya abaikan saja," tuturnya.
Setelah berobat, mereka sekeluarga sempat mampir di sebuah toko suku cadang kendaraan. Saat perjalanan pulang, tiba-tiba ingin membeli sate.
Jero kemudian menepi di salah-satu penjual sate di seputaran jalan raya Banjar Pegesangan Desa Temesi Gianyar.
"Kami beli sate dulu, maunya makan bersama di rumah nanti," katanya. Bungkusan sate sudah digenggam, waktunya pulang untuk menyantapnya.
Jero kemudian menyalakan kendaraannya sambil berkendara pelan. Ternyata sang pembegal mengintai.
Tanpa disadari, motor Jero dipepet dari arah kanan. Si pembegal beraksi begitu cepat. Tanpa tedeng aling-aling, kalung Astini dirampas.
"Saya terus teriak sepanjang jalan. Meneriaki jambret, maling, tolong, tapi tidak ada yang membantu," tutur Astini.
Dua anaknya, I Gede Darma Yoga (9) dan Ni Kadek Dewi Komalasari (4), kaget hingga menangis histeris. Tau kalung ibunya dijambret, Gede justru meminta agar ayahnya terus mengejar penjahat tersebut.
"Uber pak, uber pang bakat (kejar pak, kejar sampai ketemu)," kata Gede berwajah polos menirukan ucapannya saat melapor di Mapolsek Gianyar.
Polisi sudah memberikan atensi terhadap kasus perampasan di jalan alias begal ini. Polisi pun langsung melakukan pengejaran.
Namun, polisi cukup kesulitan karena minimnya informasi terkait ciri-ciri pelaku.
"Yang diketahui hanya memakai motor metik saja, nomor kendaraan juga tidak ada. Kita sudah mengejar," kata Kapolsek Gianyar, Kompol I Made Oka.
sumber : tribun