AMLAPURA - Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) masih mempertimbangkan menurunkan status siaga atau level III ke waspada (level II).
Alasannya, Gunung Agung masih fluktuasi. Meski secara kepercayaan, jika kawanan kera telah bertengger hingga ke puncak kawah Gunung Agung, pertanda sudah aman melakukan pendaikian. Jumlah gempa belakangan mencapai belasan kali sehari. Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM, Dr Devy K Syahbana SSi, mengungkapkan warga menyambut positif adanya foto kawanan kera mendaki hingga ke kawah Gunung Agung. Pertanda Gunung Agung aman untuk didaki, tidak ada lagi gas belerang yang membahayakan dan tidak lagi ada hembusan serta hujan abu.
Hanya saja, menurut Devy K Syahbana, mengevaluasi Gunung Agung yang sedang aktif, tidak bisa dilihat hanya dari sisi visual saja. Sebab deformasi (tubuh) Gunung Agung belum sepenuhnya normal, masih tahap mengempes. Sedangkan kondisi geokimia (gas) belakangan mulai tidak ada yang keluar, dan temperatur mulai stabil. “Banyak faktor jadi ukuran untuk melakukan evaluasi perkembangan Gunung Agung. Adanya kera naik Gunung Agung, terlihat aman dan nyaman bertengger di puncak, itu salah satu dari bahan evaluasi,” katanya, Minggu (29/4).
Devy K Syahbana mengakui, dapur magma masih aktif, hanya saja tidak sampai memunculkan magma hingga ke kawah seperti yang pernah terjadi beberapa bulan sebelumnya. Sedangkan perkembangan selama pukul 00.00-18.00 Wita, hanya dua kali gempa vulkanik dalam dengan durasi 24-28 detik, gempa itu sama sekali tidak dirasakan masyarakat di KRB III.
Terpisah, Perbekel Desa Peringsari, Kecamatan Selat, I Wayan Bawa, yang mengaku dapat kiriman foto kawanan kera bertengger di puncak Gunung Agung, berharap pertanda telah aman dan bisa mendaki hingga ke puncak.
“Itu kan terlihat dari visualnya, yang lebih paham petugas PVMBG,” katanya. Wayan Bawa menyebarkan foto-foto itu, maksudnya agar semua masyarakat mengetahui kondisi terakhir puncak Gunung Agung, di mana kawah gunung yang berisi magma telah membeku jadi lahar.
sumber : nusabali