Menyingkap Berita Tanpa Ditutup Tutupi
Home » » Buang Sampah Di Areal Pura, Persembahyangan Kita Akan Sia-sia

Buang Sampah Di Areal Pura, Persembahyangan Kita Akan Sia-sia

Written By Dre@ming Post on Senin, 23 April 2018 | 9:15:00 PM

IDA PANDITA MPU JAYA ACHARYA NANDA
DENPASAR - Setiap pujawali di Pura Besakih, umat Hindu di Nusantara selalu berbondong-bondong tangkil untuk menghaturkan bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Meskipun harus terjebak macet dalam waktu berjam-jam, dan harus mengantre di bawah sengatan matahari untuk bisa masuk ke areal pura, hal tersebut tidak pernah menyurutkan niat umat untuk bersembahyang.

Hal ini membuktikan kesadaran umat dalam mendekatkan diri ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sangat besar.

Namun pengorbanan tersebut menjadi sia-sia, ketika usai sembahyang kita justru mengotori kawasan pura dengan sampah.

Dan, hal inilah yang kerap terjadi.

Tidak hanya di Pura Besakih, banyak pura besar yang juga diperlakukan sama oleh oknum umat.

Bahkan, jika tidak membuang sampah di wilayah pura, sampah akan dibuang sembarangan di areal hijau, di sepanjang jalan yang dijadikan akses pulang-pergi.

Kondisi tersebut mencerminkan sebagian umat kita menganggap persembahyangan hanya bersifat personal, yakni antara dirinya dengan Tuhan.

Padahal, sembahyang sesungguhnya adalah cara untuk membangun hubungan harmonis, sesuai konsep ‘Tapak Dara’.

Yakni, vertikal ke atas, artinya menjaga hubungan baik dengan Tuhan.

Vertikal ke bawah dengan lingkungan, sementara garis horizontal adalah dengan sesama manusia.

Sekarang kita berpikir secara sederhana saja.

Ketika kita hanya berpusat pada vertikal ke atas, sementara kita mengabaikan yang ke bawah serta ke samping, tentu kita tidak akan menemukan keseimbangan atau kedamaian.

Akhirnya, semua pengorbanan kita akan menjadi sia-sia.

Karena itu, marilah mulai sekarang kita harus melembagakan konsep persembahyangan sesuai konsep Tapak Dara.

Marilah kita menjaga lingkungan, baik itu tempat suci maupun lingkungan sekitar.

Jika kita menganggap sembahyang sebagai yadnya, kita harus menyadari bahwa yadnya itu tidak sebatas ke atas.

Tetapi juga harus memelihara alam, yang kita yakini sebagai bentuk material dari Tuhan.

Karena itulah, kalau kita berpikir atau melakukan tindakan negatif kepada alam, walaupun tanpa kita sadari, alam akan merespon hal seperti itu.

Dengan tercemarnya pura dari sampah, apakah tidak mengurangi kesucian pura?

Kalau Tuhan itu, tidak akan ternodai jika dinodai.

Tidak akan kotor jika dikotori dan tidak akan hina jika dihina.

Sebab Tuhan itu bersifat mutlak.

Tapi ketika Tuhan memasuki alam material, misalnya pura atau alam semesta, tentu kita harus tetap menjaga kesuciannya.

Makanya ada konsep mareresik (bersih-bersih).

Jika kita mencemari bentuk material Tuhan dengan sampah, maka niat dan pikiran kita akan terkontaminasi oleh sampah itu.

Akibatnya, kita tidak bisa menyerap energi positif dari Tuhan, meskipun kita rajin sembahyang.



Sumber Ceramah: IDA PANDITA MPU JAYA ACHARYA NANDA


sumber : tribun
Share this article :

DKS

Visitors Today

Recent Post

Popular Posts

Hot Post

Dua Pemancing Tergulung Ombak Di Tanah Lot Masih Misteri

Dua Orang Hilang di Lautan Tanah Lot, Terungkap Fakta: Istri Melarang dan Pesan Perhatikan Ombak TABANAN - Sekitar sembilan jam lamany...

 
Support : Dre@ming Post | Dre@aming Group | I Wayan Arjawa, ST
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bali - All Rights Reserved
Template Design by Dre@ming Post Published by Hot News Seventeen