Kehancuran dunia atau kiamat juga terdapat dalam ajaran agama Hindu, yang disebut dengan Maha Pralaya. IDA PANDITA MPU JAYA ACHARYA NANDA |
DENPASAR - Kehancuran dunia atau kiamat juga terdapat dalam ajaran agama Hindu, yang disebut dengan Maha Pralaya.
Keadaan Maha Pralaya adalah ketika dunia ini tersedot atau mengalami kontraksi bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan.
Dalam proses kiamat tersebut, Tuhan tidak lagi berwujud sekala, seperti tsunami, gempa bumi dan sebagainya.
Tetapi Tuhan memusnahkan alam semesta dalam wujud niskala, dalam arti dunia beserta isinya akan hilang begitu saja.
Ketika kiamat terjadi, saat itu Bhatara Brahma sebagai Sang Pencipta akan mengakhiri semua kerja atau karma-Nya.
Dan, beliau memasuki dunia yang disebut Brahma Natha (malam hari Brahma).
Dunia yang ada saat ini merupakan Brahma Diwa (siang hari Brahma).
Satu hari Brahma disebut dengan Kalpa.
Namun proses kiamat ini tidaklah secepat yang dibayangkan.
Sebab siang hari Brahma melewati 14 yuga atau siklus.
Satu yuga terdiri dari empat zaman, yaitu kertayuga, tretayuga, dwaparayuga dan kaliyuga.
Jadi untuk mencapai Maha Pralaya itu kita harus melewati 14 kali kertayuga, 14 kali tretayuga, 14 kali dwaparayuga, dan 14 kali kaliyuga.
Lalau ke mana manusia saat alam ini kiamat?
Terkait dengan Maha Pralaya ini, pandangan agama Hindu sangat berbeda dengan agama lain.
Dalam pandangan Hindu, khususnya paham Siwa Sidhanta dikatakan bahwa kita tidak perlu khawatir kalau dunia ini kiamat.
Sebab, ketika Maha Pralaya terjadi, tidak ada lagi surga dan neraka.
Semua yang ada saat ini akan kembali bersatu pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atau dalam kata lain moksa.
Oleh karena itu, dalam pandangan Hindu secara eskatologis, dunia akhirat tidak usah dikhawatirkan.
Kita tidak perlu khawatir kalau setelah kiamat, yang jahat akan mendekam di neraka abadi atau kalau berbuat baik akan mendapat tempat di surga abadi.
Tidak ada itu.
Sebab, alam material habis kembali kepada sumbernya, Panca Tan Mantra.
Alam pikiran juga akan tersedot menuju alam Brahma.
Sebab, masa Maha Pralaya ini adalah akhir dari semua ciptaan.
Perlu ditegaskan bahwa kiamat itu memang ada, dan saat ini sedang menuju ke proses itu.
Saat ini dunia baru di swata manu atau yang ketujuh.
Oleh karena itu, kita masih memiliki waktu tujuh yuga lagi sebelum dunia ini kiamat.
Kalau kita ingin mempercepat Maha Pralaya (moksa), kita bisa melakukannya melalui karma-karma yang baik.
Karma yang baik ini dimulai dari konsep berpikir yang baik.
Bagaimana konsep berpikir yang baik dilakukan, pertama-tema marilah kita ‘mengkonsumsi makanan’ yang benar.
Bagaimana cara memperolehnya dan mengelolanya.
Maka dengan demikian, kita akan bisa melihat suatu kebenaran yang hakiki.
Realitas saat ini, pendeta pun dibully, dan agama menjadi sebuah kedok untuk memenangkan sesuatu, sehingga sulit untuk membedakan kebenaran yang hakiki dan mana yang semu.
sumber : tribun