Ketut Suginari (60) membersihkan dua guci, tujuh gamelan dan dua mangkuk perunggu di rumahnya Banjar Sekarsari, Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali, Jumat (27/5/2016). |
SINGARAJA - Ketut Suginari (60) membersihkan dua guci, tujuh gamelan dan dua mangkuk perunggu di rumahnya Banjar Sekarsari, Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali, Jumat (27/5/2016).
Benda-benda itu secara tidak sengaja ditemukan suaminya, Ketut Nada di kebun cengkih belakang rumahnya empat bulan lalu.
Sejak itulah keluarga ini merawat benda-benda ini.
Wanita paruh baya ini menceritakan, ketika itu suaminya mencangkul tanah di kebunnya untuk ditanami bibit cengkih.
Saat itu cangkulnya membentur benda keras di dalam tanah.
Saat tanah digali secara perlahan, Nada menemukan dua guci itu terpendam di dalam tanah.
Perasaan Nada bercampur tidak karuan antara khawatir, cemas, dan senang ketika menemukan benda-benda itu.
Ia memutuskan tidak langsung mengangkat benda itu dan meminta menantunya, Komang Suardiasa (35) mengangkatnya dan membawa pulang keesokan harinya.
Benda-benda itu ditemukan di dalam tanah yang di sampingnya terdapat sebuah pelinggih kecil.
Di pelinggih yang sudah rapuh di area kebunnya itu, ia bersama suaminya biasa menghaturkan sesajen.
“Waktu itu ramai dan banyak masyarakat yang berkunjung ke sini untuk melihat-lihat. Barang pertama yang ditemukan berupa guci yang di dalamnya terdapat tujuh gamelan, dua mangkuk yang posisinya terbalik,” ujarnya.
Saat ditemukan, kondisi gamelan dan mangkuk perunggu sudah berkarat.
Suginari berusaha membersihkannya dengan serabut kelapa, tetapi karat itu tidak dapat hilang.
“Barangnya sudah berkarat, saya sikat pakai serabut kelapa tapi tidak mau hilang karatnya,” katanya.
Ia mengaku masih belum melaporkan temuannya itu ke perangkat desa.
Selama ini pula belum ada pihak yang bermaksud meneliti benda-benda itu untuk mencari alasan di balik terkuburnya benda itu.
Selama ini keluarganya lebih memilih untuk menyimpan dengan baik di rumahnya.
Ia pun tidak berani menjual benda-benda itu.
Di dalam rumah benda-benda itu disimpan dengan dibungkus saput putih kuning.
Setiap purnama tilem keluarganya menghaturkan canang pada benda-benda itu.
sumber : tribun