SINGARAJA - Sejumlah kader elite mempertanyakan sikap Ketua DPD II Golkar Buleleng, Nyoman Sugawa Korry, yang bonceng dan perkenalkan figur Ketut Rochineng sebagai kandidat Calon Bupati (Cabup) Buleleng saat pertemuan untuk menggalang koalisi Golkar-Gerindra-Demokrat, dua pekan lalu. Bahkan, persoalan merembet ke rangkap jabatan Sugawa Korry yang kini juga menjadi Sekretaris DPD I Golkar Bali.
Tindakan Sugawa Korry yang datang membonceng Ketut Rochineng dan memperkenalkannya sebagai kandidat Cabup Buleleng, dipersoalkan karena hingga kini Golkar belum pernah membahas masalah mekanisme pencalonan. “Banyak yang pertanyakan itu (jurus Sugawa Korry perkenalkan Ketut Rochineng, Red). Belum pernah ada pembahasan kok. Tapi, kenapa sudah memperkenalkan figur segala?” protes seorang elite Golkar di Singaraja, Minggu (13/3).
Sugawa Korry selaku Ketua DPD II Golkar Buleleng sebelumnya memang sempat mengumpulkan seluruh Pengurus Kecamatan (PK) Golkar se-Buleleng dan semua anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng. Mereka dikumpulkan di sebuah rumah makan kawasan Pantai Penimbangan Singaraja, 28 Februari 2016, untuk mengenal sosok Ketut Rochineng, birorkat Pemprov Bali asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng.
Dalam pertemuan kala itu, Sugawa Korry juga mengundang Ketua DPC Gerindra Buleleng Jro Nyoman Ray Yusha dan Ketua DPC Demokrat Buleleng, Luh Gede Herryani. Pertemuan itu sekaligus penjajakan Koalisi Bali Mandara (KBM) antara Golkar-Gerindra-Demokrat.
Ternyata, langkah Sugawa Korry perkenalkan Ketut Rochineng (borokrat yang kini Kepala Badan Kepegawaian daerah Provinsi Bali) sebagai kandidat Cabup Buleleng ke Pilkada 2017, justru memicu perselisihan di internal Golkar. Banyak kader, baik Ketua PK Golkar maupun anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng yang memasalahkan sikap Sugawa Korry.
Bagi mereka, manuver Sugawa Korry---politisi senior Golkar asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang kiga Wakil Ketua DPRD Bali---bisa timbulkan pesepsi bahwa Golkar telah memiliki calon dan menutup kandidat lain ikut berproses di partainya menuju Pilkada 2017. “Apalagi, sudah langsung perkenalkan figur hanya kepada Ketua PK Golkar dan anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng. Di Golkar itu ada organisasi lain juga, ya semestinya dilibatkan juga mereka,” sesal sumber tadi.
Ketua PK Golkar Tejakula, Putu Tirta Adnyana, termasuk salah satu elite Beringin yang getol mempertanyakan langkah Sugawa Korry. Anggota Fraksi Golkar DPRD Buleleng ini mengaku ingin menegakkan mekanisme di internal partai, sebelum memutuskan usung calon.
Menurut Tirta Adnyana, sejauh belum pernah ada rapat membahas Pilkada Buleleng 2017 di internal Golkar. Apalagi, Golkar harus berkoalisi dengan parpol lain untuk bisa mengusung pasangan calon ke Pilkada, karena hanya memiliki 7 kursi di DPRD Buleleng (kuasai 15,57 persen suara parlemen) alias masih kekurangan 4,43 persen suara.
“Saya sangat apresiasi dengan Pak Ketut Rochineng, karena dia sebagai PNS tentu sudah siap dengan resikonya jika ingin maju. Tapi, harapan saya, sebelum itu (perkenalan, Red), internal Golkar ada rapat dulu. Tidak bisa diselesaikan hanya lewat PK Golkar dan Fraksi Golkar. Kan banyak organisasi di Golkar,” tegas politisi Golkar asal Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini, Minggu kemarin.
Tirta Adnyana juga menyinggung rangkap jabatan yang kini dilakukan Sugawa Korry, yakni sebagai Ketua DPD II Golkar Buleleng dan sekaligus Sekretaris DPD I Golkar Bali. Masalahnya, kata dia, sejauh ini belum ada surat apa pun terkait dengan posisi rangkap jabatan itu, apa dibolehkan atau tidak.
“Apalagi, Pak Sugawa Korry itu memperkenalkan Pak Rochineng. Jangan sampai nanti langkahnya itu dicemooh, karena sampai saat ini apa bisa rangkap jabatan? Saya akan pertanyakan masalah ini ke DPD I Golkar Bali,” tandas Tirta Adnyana.
Sementara itu, Sugawa Korry yang dikonfirmasi secara terpisah, Minggu kemarin, menegaskan dirinya mengetahui mekanisme di internal partai. Tapi, langkahnya memperkenalkan Rochineng sebagai kandidat Cabup Buleleng yang diusung Golkar, merupakan persiapan awal. “ Tentu nanti ada rapat-rapat,” tegas Sugawa Korry.
“Begini, karena ada keingina Pak Rochineng bertemu dengan kader partai, ya saya terima dan sampaikan kepada para kader. Tentu nanti harus mengikuti mekanisme. Rekomendasi tetap kewenangan DPP Golkar, bukan DPD Golkar,” lanjut mantan Cabup Buleleng yang diusung Golkar di Pilkada 2007 ini.
Disinggung masalah rangkap jabatan yang dipersoalkan kalangan kader, menurut Sugawa Korry, hal itu terjadi karena sampai saat ini jadwal Muswarah Daerah (Musda) Golkar Kabupaten belum ada. Jadwal itu akan ditentunkan setelah Munas Golkar---yang diagendakan Mei 2016.
“Sekarang juga masih banyak yang rangkap jabatan. Pak Geredeg (Ketua DPD II Golkar Karangasem Wayan Geredeg, Red) dan Pak Dauh (Ketua DPD II Golkar Gianyar Made Dsauh Wijana) juga masih rangkap jabatan. Kalau tunjuk Plt, itu dilakukan jika ada persoalan terhadap ketua. Ini kan belum ada Musda saja,” ujar politisi yang sudah dua periode duduk di DPRD Bali ini.
sumber : NusaBali