Memakai kaus polo, bertopi hitam dan kacamata hitam, Wakil Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya mengunjungi tiga lokasi bencana di Kecamatan Penebel, Jumat (26/12). |
TABANAN - Memakai kaus polo, bertopi hitam dan kacamata hitam, Wakil Bupati Tabanan Komang Gede Sanjaya mengunjungi tiga lokasi bencana di Kecamatan Penebel, Jumat (26/12).
Didampingi anggota DPRD Tabanan, Nyoman Arnawa, Sanjaya meninjau Pura Prajapati Banjar Cacab, Jangkahan, Desa Biaung, Penebel; kemudian Pura Puncak Batur Jero Gede Tajen, Penebel, dan Pura Batur Pande, Banjar Sunantaya, Penebel.
Dua dari tiga pura mengalami kerusakan akibat tertimpa pohon beringin berusia ratusan tahun. Kerugian akibat tertimpa pohon beringin itu mencapai Rp 900 juta.
Lokasi pertama yang dikunjungi oleh Sanjaya dan Arnawa adalah Pura Batur Pande. Bale gong di pura tersebut amblas tergerus air akibat tergerus air hujan.
Sedangkan di Pura Prajapati, ada tiga pelinggih roboh setelah tertimpa pohon beringin yang berusia ratusan tahun. Akibat bencana itu, masyarakat mengalami kerugian hingga Rp 150 juta.
Titik terakhir yang dikunjungi adalah Pura Puncak Batur Jero Gede Tajen. Di sana, tujuh pelinggih juga menjadi korban akibat robohnya pohon beringin yang berusia ratusan tahun. Akibatnya, masyarakat mengalami kerugian hingga Rp 750 juta.
Seorang warga Cacab Jangkahan, Nyoman Oka Arsana berharap, pemerintah memberikan bantuan untuk perbaikan pura yang diempon oleh 124 Kepala Keluarga (KK) ini.
Baik bantuan berupa biaya renovasi hingga alat-alat berat. Pasalnya, waktu yang dimiliki masyarakat untuk melakukan perbaikan hanya sekitar 1,5 bulan.
"Waktu yang kami miliki hanya 1,5 bulan. Mulai dari perbaikan hingga pemelaspasan. Karena nantinya bertepatan dengan Anggarakasih Prangbakat juga akan dilaksanakan pemelaspasan di Pura Dalem setempat," ungkapnya.
Sanjaya mengatakan, musibah ataupun bencana bisa terjadi dimanapun, kapanpun dan menimpa siapa saja. Untuk itu, dirinya menghimbau kepada masyarakat, bencana janganlah dijadikan sebuah penyesalan.
Ambilah sisi positifnya, karena dengan musibah ini rasa kebersamaan dan gotong royong yang dimiliki masyarakat akan semakin meningkat.
"Saya bangga dengan kebersamaan yang dimiliki masyarakat. Karena Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan di luar kemampuan dari umatnya," ungkapnya.
Pura Prajapati hancut lantaran tertimpa pohon beringin tua yang tumbuh dekat pura tersebut.
Pohon beringin dengan diameter 5 meter setinggi 40 meter tumbang pada pukul 22.30 Wita, Selasa, (23/12). Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut namun batang pohon itu menghancurkan bangunan pelinggih seperti padmasana, balai paruman, apit surang, bale pesandekan dan penyengker. Kerugian akibat kejadian itu diperkirakan mencapai Rp 150 juta.
Sedangkan di Pura Puncak Batur Jero Gede Tajen, pada Jumat (12/12) sekitar pukul 11.00 Wita tiba-tiba pohon beringin besar roboh menimpa seluruh bangunan Pura.
Bangunan Pura yang roboh diantaranya pelinggih gedong ratu ayu, bebaturan, catu meres catu mujung, pesimpangan batukaru, pesimpangan dalem kebon tigguh, pesimpangan gunung agung, gedong kawitan.
Selain itu yang juga hancur yakni pelingiih taksu, 2 buah piyasan alit, 2 piyasan besar, gedong penyimpenan, 2 bale pesandekan, 2 kori, 1 tugu. Kerugian akibat kejadian ini mencapai Rp 750 juta.
Sementara itu, di Negara (Kabupaten Jembrana), gorong-gorong yang sudah sejak lama miring terkena imbas abrasi kemarin jebol. Jebolnnya gorong-gorong di kawasan Jl. Kuru Setra di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana
Akibatnya jebolnya gorong-gorong, akses jalan yang menghubungkan Pasar Umum Yehembang dengan areal parkir Pura Rambut Siwi terputus.
Menurut keterangan warga di sekitar, Jumat (26/12), gorong-gorong yang terletak di Timur Setra (kuburan) tersebut sudah amblas dan miring semenjak setahun yang lalu. Warga menduga, gorong-gorong itu rusak lantaran terkena dampak abrasi laut dan sering dilewati oleh truk-truk bermuatan berat.
Namun, karena tak kunjung mendapatkan penanganan, gorong-gorong tersebut akhirnya jebol dan mengakibatkan akses jalan di pesisir pantai tersebut terputus.
"Sebenarnya, sewaktu gorong-gorong tersebut miring, itu sudah harus diperbaiki agar tidak sampai jebol. "Tapi ini kenyataannya malah dibiarkan begitu saja dan sekarang malah jebol setengahnya.
Akibatnya jalannya kan terputus," keluh satu diantara warga yang enggan dikorankan namanya.
"Belum lagi kalau ada Pujawali, Purnama atau Tilem di Pura Rambut Siwi, jalan ini selalu ramai dilintasi oleh pamedek. Warga yang tinggal di sekitarnya juga sering menggunakan jalan itu untuk ke pasar atau tempat lainnya," timpal warga lain.
sumber : tribun