Mancing Danau Batur |
Pendangkalan Danau Batur Berdampak ke Desa Trunyan
Keindahan panorama alam Gunung Batur yang memiliki ketinggian 2.400 meter dari permukaan laut itu sangat serasi dengan Danau Batur di bawahnya yang dapat disaksikan dari kejauhan di objek wisata Penelokan, Kintamani, Kabupaten Bangli, 45 km timur Denpasar.
Perpaduan lembah dan pegunungan serta keunikan seni budaya yang diwarisi masyarakat setempat secara turun temurun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi objek wisata andalan di Kabupaten Bangli tersebut.
Objek wisata Penelokan Kintamani itu memang terkenal seantero dunia, hingga kini masih menjadi idaman wisatawan dalam dan luar negeri saat melakukan pperjalanan wisata ke Bali.
Hawa yang sejuk ditambah pemandangan alam yang indah, kawasan Gunung Batur dengan latarbelakang desa Trunyan, salah satu desa kuno menjadi daya tarik tersendiri bagi turis, meskipun mereka telah berulang kali mengadakan perjalanan wisata ke Pulau Dewata.
Keelokan, Kintamani memang menjadi salah satu objek wisata yang favorit dikunjungi para wisatawan saat melancong ke Pulau Dewata, tutur Made Sunada seorang pemandu wisata yang selalu mengantar tamunya ke lokasi wisata tersebut.
Kekhasan pemandangan Gunung Batur dengan hamparan bebatuan hitam dan Danau Batur berwarna biru melungkung bak bulan sabit berwarna biru di sebuah kaldera yang begitu eksotis dilihat menjadi incaran setiap pengunjung ke sini.
Tempat yang oleh beberapa wisatawan dikatakan memiliki kaldera terindah di dunia itu terletak pada ketinggian sekitar 2.400 meter di atas permukaan laut dengan suhu yang sejuk, sehingga menambah nyamannya suasana ketika menikmati pemandangan eksotis itu.
Lokasinya dapat ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan mobil dari kota Denpasar, dan hanya 20 menit dari Kota Bangli, semakin banyak pengunjung yang berminat untuk mendatangi lokasi wisata Gunung Batur.
Namun kondisi Danau Batur itu belakangan ini cukup memprihatinkan, akibat mengalami pendangkalan yang mencapai tujuh meter. Danau Batur di Kabupaten Bangli, salah satu dari empat Danau di Bali itu masuk dalam kawasan warisan budaya dunia (WBD) yang telah dikukuhkan oleh UNESCO.
Menurut salah seorang tokoh masyarakat setempat Jero Gede Alitan, akibat pendangkalan Danau Batur yang mencapai tujuh meter itu menyebabkan Trunyan, sebuah desa kuno di tepi danau itu mulai kemasukan air.
Bahkan pada musim hujan luapan air Danau Batur berlangsung cukup lama perlu segera penanganan secara tuntas, agar tidak menganggu dunia perpelancongan ke Desa Trunyan yang ada di balik Danau Batur.
Wisatawan dalam dan luar negeri sangat tertarik untuk bisa berkunjung ke Desa kuna tersebut melalui penyeberangan dari Desa Kedisan ke Trunyan, menggunakan perahu atau boat, untuk bisa menyaksikan adat istiadat masyarakat setempat.
Yang lebih menarik lagi, turis bisa menyaksikan mayat penduduk setempat yang ditaruh begitu saja di atas tanah tanpa dikubur, di bawah pohon kayu menyan yang besar, tetapi tidak mengeluarkan bau seperti mayat manusia umumnya.
Untuk tidak menganggu dunia perpelancongan ke Desa Trunyan, di kawasan Kintamani tersebut, maka perlu segera dilakukan pengerukan atas pendangkalan Danau Batur, sehingga mampu juga meringankan beban masyarakat dan petani setempat.
Sesuai catatan Dinas pariwisata setempat jumlah kunjungan turis mancanegara ke Desa Trunyan sejak terjadinya bencana alam tanah longsor yang mengakibatkan pendangkalan tersebut berkurang dari 1.600 orang selama bulan Januari 2014 menjadi hanya 1.196 orang pada Pebruari 2014.
Desa Trunyan, salah satu desa tua di Bali mewarisi adat dan tradisi leluhur diwarnai corak kehidupan yang khas dan memiliki segudang keunikan.
Keunikan tersebut antara lain sistem penguburan mayat, dengan cara meletakan begitu saja di areal pekuburan yang berlokasi di tepi tebing Danau Batur, jaraknya cukup jauh dari pemikiman masyarakat setempat.
Sistem penguburan yang diterapkan masyarakat Trunyan secara turun temurun itu, berbeda dengan cara penguburan umat Hindu lainnya di Bali dalam menangani proses upacara kematian.
Jenazah tidak dikebumikan (dikuburkan), diletakkan begitu saja di atas tanah di areal kuburan dengan dikelilingi batasi "ancak saji" (pagar bambu), dan anehnya jenazah yang membusuk itu tidak menimbulkan bau amis.
Masyarakat setempat percaya jenazah membusuk yang tidak berbau amis itu karena berada di bawah pohon kemenyan, sebuah pohon besar yang mengeluarkan bau harum mampu menetralkan bau yang kurang sedap itu.
Sumber pengairan
Tokoh masyarakat Kintamani Jero Gede Alitan mengungkapkan keluhannya tentang pendangkalan Danau Batur yang mencapai tujuh meter itu pada pertemuan pengelolaan warisan budaya dunia (WBD) di Bali.
Pendangkalan Danau Batur yang masuk kawasan Pura Danu Batur perlu segera mendapat penanganan, karena danau tersebut merupakan sumber pengairan bagi subak di Bali timur dan Bali selatan.
"Di Danau Batur menurut Jero Gede Alitan secara khasat mata (tidak nyata) ada sebelas saluran atau pembagian air untuk irigasi subak di Bali timur dan Bali selatan," tutur Prof Windia yang juga guru besar Fakultas Pertanian Unud.
Pura Danu Batur menjadi satu-kesatuan dengan kawasan Catur Angga Batukaru Kabupaten Tabanan, subak di daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, Kabupaten Gianyar dan Pura Taman Ayun di Kabupaten Badung yang telah dikukuhkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Dr Diah yang memimpin pertemuan itu mengharapkan kepada Jero Gede Alitan yang saat itu didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Bangli untuk segera membuat profosal dalam menangani kasus pendangkalan Danau Batur tersebut.
Windia mengingatkan, menghadapi kondisi yang demikian itu, Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Bangli segera tanggap dan dapat mengatasi masalah pendangkalan Danau Batur itu dengan baik.
Pendangkalan Danau Batur itu diduga akibat Gunung Batur tidak lagi hijau dan lestari, sehingga tanah ketika terjadi hujan hanyut ke danau dan lama kelamaan menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Selain itu masyarakat di sekitar Danau Batur mengembangkan kegiatan pertanian berupa sayur mayur, tomat dan jenis tanaman hortikultura lainnya, sehingga akar tanaman tersebut tidak kuat menahan tanah, sehingga ketika terjadi hujan tanah juga hanyut ke danau.
Oleh sebab itu Pemerintah Provinsi Bali dan Pemkab Bangli diharapkan dapat segera menangani masalah pendangkapan Danau Batur itu dengan baik.
Pertemuan yang dihadiri para pengurus subak (pekaseh), tokoh masyarakat dan Kepala Dinas Kebudayaan dari keempat kawasan yang telah dikukuhkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia itu merupakan tindak lanjut dari hasil sidang komite warisan dunia UNESCO ke-38 yang berlangsung di Doha, Qatar pada Juni 2014.
Geopark dunia
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) secara resmi sejak 2 Nopember 2012 mengakui Gunung Batur itu sebagai Geopark dunia karena memiliki keunikan dan kekhasan sebagai warisan dunia bidang geowisata dunia.
Bahkan UNESCO sudah memasukkan dan mengakui Gunung Batur sebagai Geopark dunia, sehingga Gunung Batur merupakan salah satu kawasan geologi unik dan memiliki kekhasan yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh lembaga dunia itu.
Dengan pengakuan itu, Gunung Batur menjadi taman bumi berkelas dunia dan memiliki geologi bertaraf internasional. Penetapan Gunung Batur tersebut melalui penilaian dan riset yang dilakukan oleh UNESCO. Salah satu syaratnya adalah harus memiliki fenomena kelas dunia, punya keunggulan dengan tempat lain dan yang jelas ada integrasi dari unsur hayatinya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bali, Putu Astawa mengakui, sejumlah danau yang menjadi tempat penampungan air bersih dan irigasi di Pulau Dewata perlu ada usaha pengerukan agar tidak terjadi pendangkalan dan luapan air terutama pada saat musim hujan.
Selain luapan air Danau Batur juga Danau Buyan di Kabupaten Buleleng yang hampir setiap musim hujan warga sekitarnya harus mengungsi, karena luapan air danau itu merendam daerah pemukiman penduduk dalam lahan pertanian di sekitarnya.
Oleh sebab itu pengerukan sejumlah danau, selain Danau Batur di Kabupaten Bangli juga Danau Tamblingan, Danau Buyang di Kabupaten Buleleng serta Danau Beratan di Kabupaten Tabanan.
Keempat danau di Bali itu menjadi tempat penampungan dan penyuplai air untuk daerah Bali, baik untuk air minum maupun untuk pengairan irigasi pertanian.
Sumber-sumber air bersih atau mata air yang ada semakin berkurang, akibat adanya penebangan kayu di daerah hulu, maupun di hutan-hutan yang ada sehingga banyak sungai kondisinya mengering dan cukup mengkhawatirkan.
Pada sisi lain jumlah penduduk Bali bertambah terus kini mencapai empat juta jiwa lebih yang memerlukan adanya persediaan air minum bersih, yang volumenya bertambah terus sejalan laju pertumbuan penduduk.
Oleh sebab itu perlu adanya usaha-usaha selain melakukan pengerukan danau yang sudah dangkal, juga penanaman penghijauan termasuk tanaman hutan bambu di daerah pegunungan, karena tanaman bambu banyak menyimpan air, ujar Putu Astawa.
Legislator Desak Pemda Tangani Pendangkalan Danau Batur
Denpasar - Anggota DPRD Bali Ketut Kariyasa Adnyana mendesak pemerintah provinsi dan Kabupaten Bangli untuk melakukan penanganan pengerukan terhadap pendangkalan Danau Batur hingga tujuh meter.
"Kami harapkan Pemerintah Provinsi Bali untuk melakukan koordinasi dengan Pemkab Bangli untuk menindaklanjuti permasalahan Danau Batur seperti sekarang," katanya seusai menghadiri sidang paripurna DPRD Bali, di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan akibat dari pendangkalan danau yang berada di kaki Gunung Batur tersebut, warga masyarakat sekitar, antara lain rumah warga di Desa Terunyan sebagian terendam air.
"Memang kalau sudah mengalami pendangkalan, tentu air Danau Batur akan menggenangi desa-desa yang ada di pingkiran danau. Karena itu kami berharap secepatnya pemerintah mengambil tindakan," ucap politikus asal Busungbiu, Kabupaten Buleleng itu.
Kariyasa Adnyana mengatakan pendangkalan tersebut akibat aktivitas masyarakat setempat, dimana lahan yang dulunya ditanami pohon-pohon besar, namun sekarang lahannya dimanfaatkan untuk menanam sayur-sayuran.
"Dampak penanaman sayur-sayuran dengan menggunakan pupuk anorganik, sehingga struktur tanah pun ikut juga mengalami kerusakan. Secara perlahan-lahan tanah itu akan terkikis ke danau tersebut dan sisa pupuk itu membuat tanaman eceng gondok dan gulma menjadi subur yang menutupi Danau Batur," ujar alumni Fakultas Pertanian Unud ini.
Ia berharap kepada masyarakat setempat agar ikut menjaga lingkungan hidup, sehingga keberadaan Danau Batur tetap lestari. Jika beraktivitas menanam sayuran agar menggunakan pupuk organik dalam upaya mengurangi kerusakan kuntur tanah.
"Kami berharap warga di sana bila menanam sayur menggunakan pupuk alami atau organik, sehingga kerusakan tanah bisa dijaga dan tidak tergerus saat musim hujan ke danau," katanya.
Sebelumnya, Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof. Dr. Wayan Windia menduga Pendangkalan Danau Batur itu akibat Gunung Batur tidak lagi hijau dan lestari, sehingga tanah ketika terjadi hujan hanyut ke danau dan lama kelamaan menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Selain itu masyarakat di sekitar Danau Batur mengembangkan kegiatan pertanian berupa sayur mayur, tomat dan jenis tanaman hortikultura lainnya, sehingga akar tanaman tersebut tidak kuat menahan tanah, sehingga ketika terjadi hujan tanah juga hanyut ke danau.
"Oleh sebab itu Pemerintah Provinsi Bali dan Pemkab Bangli diharapkan dapat segera menangani masalah pendangkalan Danau Batur itu dengan baik," katanya.
sumber : antarabali