Gubernur Bali Perintahkan Galang Bantuan Bencana
DENPASAR - Gubernur Wayan Koster perintahkan jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemprov Bali galang dana sumbangan untuk korban bencana gempa 7,4 SR dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Penggalangan dana ini langsung di bawah koordinasi Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra.
“Saya sudah perintahkan Pak Sekda (Dewa Made Indra) kumpulkan dana untuk korban bencana alam di Sulawesi Tengah. Sekarang sedang jalan itu,” ungkap Gubernur Koster seusai sidang paripurna di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Rabu (3/10).
Menurut Koster, penggalangan dana bantuan dan pengiriman relawan ke lokasi bencana tidak perlu menunggu imbauan dan surat edaran dari Mendagri. Sebab, bencana di Sulteng adalah bencana nasional. “Kita nggak usah tunggu surat resmi dari pusat untuk kirimkan bantuan. Spontanitas kita galang,” katanya.
Koster menyebutkan, Pemprov Bali melalui Sekda Dewa Made Indra dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah menyusun tim untuk melakukan inventarisasi korban bencana di Sulteng, terutama krama Bali. “Nanti inventarisir warga Bali di Sulteng yang terdampak bencana, supaya memudahkan koordinasi menyerahkan sumbangan,” tegas Koster yang kemarin didampingi Wagub Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) dan Sekda Dewa Made Indra.
Koster juga perintahkan Sekda Dewa Indra dan jajarannya koordinasi dengan PHDI Bali, untuk menyusun strategi dan pola penyerahan bantuan yang akan dibawa ke Sulteng. “Nanti Pak Sekda galang sumbangan sukarela dari pegawai yang komplit dulu. Begitu terhimpun dan bisa diserahkan kepada masyarakat, baru kita berangkat,” tegas Gubernur yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Menurut Koster, penyerahan bantuan untuk korban bencana di Sulteng masih panjang prosesnya. Sedangkan dana bantuan untuk korban bencana gempa di Lombok, NTB sudah terkumpul sekitar Rp 800 juta. Bantuan untuk korban gempa Lombok rencananya segera akan diserahkan. Gubernur Koster sendiri rencananya akan ikut ke Lombok.
Sementara, Sekda Dewa Indra mengatakan penggalangan dana bantuan untuk korban bencana di Sulteng dilakukan di tiap-tiap OPD. “Kami sedang jalan ini lakukan penggalangan sumbangan untuk bencana Sulteng. Begitu terkumpul, segera akan dikirimkan ke Palu. Nanti ada tim yang menyerahkannya,” papar Dewa Indra.
Menurut Dewa Indra, Pemprov Bali memang belum berencana mengirimkan relawan seperti yang disampaikan Gubernur Koster. Sebab, relawan yang dikerahkan pusat juga sudah cukup. Hanya bantuan logistik yang diusahakan Pemprov Bali. “Kita sedang gerak ini,” kata mantan Kepala BPBD Provinsi Bali ini.
Sementara itu, korban tewas akibat bencana gempa disertai tsunami di Palu dan Donggala, Jumat (28/9) sore, terus bertambang. Hingga Rabu kemarin, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban tewas tembus angka 1.407 jiwa. Itu korban tewas yang jenazahnya sudah ditemukan saja. Diperkirakan masih banyak korban yang tertimbun.
"Jumlah korban jiwa per 3 Oktober 2018 pukul 13.00 WIB sebanyak 1.407 orang, terdiri dari wilayah Kota Palu, sebagian Donggala, sebagian Sigi, dan Parigi Moutong," ungkap Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Rabu kemarin.
Sutopo menyebutkan, dari 1.407 korban tewas itu, sebanyak 1.177 orang ditemukan di Palu. Sisanya, di Sigi sebanyak 65 orang dan di Parigi Moutong ditemukan 12 jenazah. Selain korban tewas, kata Sutopo, yang dilaporkan hilang mencapai 113 orang, sementara korban yang masih tertimbun sebanyak 152 orang.
Di sisi lain, Presiden Jokowi kemarin kembali terjun ke lokasi bencana di Sulteng. Jokowi mengatakan, proses evakuasi korban yang terjebak di reruntuhan Hotel Roa Roa Palu masih berlangsung. Jokowi sempat meninjau langsung proses evakuasi korban gempa di Hotel Roa Roa Palu. Jokowi juga sempat masuk ke dalam hotel dan melihat proses evakuasi jasad korban dari balik reruntuhan.
Diperkirakan masih ada 30 korban yang tertimbun puing reruntuhan hotel 8 lantai yang ambruk ini. "Di Hotel Roa Roa juga diperkirakan masih ada 30 korban yang ada di dalam. Proses ini terus kita selesaikan agar seluruh korban yang ada bisa diangkat," kata Jokowi seusai meninjau Hotel Roa Roa di Jalan Parttimura Palu, Rabu kemarin.
Menurut Jokowi, evakuasi juga masih dilakukan di wilayah Kelurahan Petobo, Kota Palu, lokasi terparah terdampak gempa. Di Petobo, pemukiman penduduk ditelan bumi, karena fenomena likuifaksi akibat gempa. Diperkirakan ada ratusan orang tertimbun lumpur yang kini sudah mulai mengeras. "Proses evakuasi tadi di Petobo juga proses evakuasi. Memang tahapan kita ini pada tahapan evakuasi," ujar Jokowi.
Distribusi Logistik Terkendala, I Gusti Putu Artha Minta Pemerintah Beri 300 Persen Pasokan Premium
Presiden Jokowidodo tinjau Palu Kembali |
Misal, terkait pasokan premium yang masih sangat jauh dari kebutuhan.
"Kemarin misalnya, satu pompa cuma dapat 1 tangki sehingga satu jam sudah habis dan anteran sampai 3 km. Ini evaluasi," kata Gusti Putu Artha ketika dihubungi via telepon, Rabu (3/10/2018) sore.
"Pemerintah mungkin bisa memberi pasokan 300 persen dari hari biasa. Ini baru akan relatif membantu sehingga genset bisa hidup dan MCK bisa berfungsi."
Selain itu akibat kurangnya pasokan BBM ini membuat relawan tidak bisa bergerak untuk mendistribusikan logistik karena motor tidak bisa dipakai.
"Ini juga mempengaruhi distribusi logistik. Ini sebenarnya yang paling serius," katanya.
Kemudian, problem listrik, karena hampir seluruh wilayah Sulawesi Tengah menurutnya masih belum memperoleh aliran listrik.
Untuk pemulihan akan butuh waktu yang lama, di dalam kota bisa satu minggu dan di luar kota bisa sampai satu bulan lebih.
"Problem listrik mati ini karena infrastruknya yang hancur. Tiang-tiang hancur dan penggantian butuh waktu lama."
"Sehingga bensin ini dipercepat dan bensin juga mempengaruhi MCK. Di Palu ini jorok luar biasa karena tidak ada air untuk MCK dan tidak bisa menaikkan air karena genset mati," imbuhnya.
Masalah lain yaitu air bersih untuk MCK dan kebutuhan rumah tangga.
Selanjutnya yaitu terkait penyaluran logistik. Untuk saat ini menurutnya komunitas orang Bali di Palu sebanyak 20 ribuan dan sebagian besar sudah pulang ke daerah masing-masing.
Tim dari PHDI, Peradah, dan Prajaniti telah memfasilitasi kebutuhan umat dan membuat posko di Pura Agung Jagatnatha yang dipimpin oleh keliang banjar setempat.
"Di sini saya jadi penasehat dan donatur. Di posko tersebut telah berhasil membangun dapur umum dan MCK. Mandi sudah bisa di sini kalau di rumahnya tidak ada air bisa di sini," katanya.
Tim di posko tersebut rata-rata memasak hingga 10 kg sekali masak. Jika habis maka akan memasak lagi.
"Setiap habis kita masak lagi dan kita siapkan 24 jam, berapapun yang datang mereka harus makan," katanya.
Untuk bantuan sembako sudah langsung dibagikan ke masyarakat yang terdampak.
"Hari ini saja kita kehabisan kebutuhan air mineral karena ini kebutuhan masyarakat Bali dari berbagai titik datang ke sini minta bantuan. Sejauh ini tokoh merespon kebutuhan dengan baik dan bisa memanajemen dengan baik," katanya.
Warga yang tinggal di pemukiman masing-masing juga bisa datang ke posko untuk mengambil makanan dan logistik yang bisa diolah sendiri di masing-masing rumah.
sumber : Nusabali, Tribun