54 Sulinggih Doa Bersama dan Peringati 54 Tahun Gunung Agung Meletus
AMLAPURA - Sebanyak 54 sulinggih, 34 lanang dan 20 istri, berasal dari berbagai soroh, berdoa agar dampak bencana Gunung Agung (GA) bisa seminimal mungkin.
Sebanyak 54 sulinggih menggelar doa bersama, memohon keselamatan agar dampak bencana Gunung Agung bisa diminimalkan. Doa bersama yang dihelat Pemerintah Kabupaten Karangasem itu mengundang 54 sulinggih dari berbagai soroh, sekaligus mengenang 54 tahun Gunung Agung meletus.
Acara yang digelar di Pura Dang Kahyangan Bukit di Banjar/Desa Bukit, Kecamatan Karangasem, pada Saniscara Kliwon Wariga, Sabtu (7/10), tersebut dihadiri Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Wakil Bupati I Wayan Arta Dipa, Ketua DPRD Karangasem I Nengah Sumardi, Kapolres AKBP I Wayan Gede Ardana, Wakapolres Kompol AA Gde Mudita, dan segenap pimpinan OPD.
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemkab Karangasem I Gede Basma, menyatakan, mengundang 54 sulinggih selain bermaksud untuk menggelar doa bersama, sekaligus juga mengenang 54 tahun Gunung Agung meletus. “Karenanya kami sengaja undang 54 sulingih, perwakilan dari delapan kecamatan,” kata Gede Basma.
Sebelum acara doa bersama, sebanyak 54 sulinggih yang terdiri dari 34 lanang dan 20 istri, menggelar paruman. Paruman membahas tata cara berdoa memohon keselamatan atas ancaman bencana Gunung Agung, yang telah berstatus awas.
Paruman yang dikoordinasikan Ida Pedanda Gede Jelantik Dwaja dari Gria Jelantik, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem, selaku Ketua Dharma Gosana Provinsi Bali. Dalam paruman itu disepakati, untuk seluruh sulinggih yang tidak mengenakan busana lengkap, sebaiknya mapuja tidak menggunakan genta.
Selanjutnya satu kemasan banten pejati untuk melakukan pamujaan ditempatkan di depan masing-masing sulinggih. Kemudian seluruh sulinggih memercikkan tirta di atas persembahan banten pejati, disusul melakukan pamujaan.
“Doa ini tujuannya untuk memohon keselamatan, agar semesta dan umat sedharma selamat dari bencana. Walau akhirnya bencana datang, tetapi tidak menimbulkan kerusakan besar,” ujar Pedanda Jelantik Dwaja.
Sedangkan saat persembahyangan bersama diantarkan delapan sulinggih, yakni, Ida Pedanda Gede Ketut Buruan (Gria Carik, Banjar Kelodan, Desa/Kecamatan Manggis), Ida Pedanda Ketut Manuaba (Gria Punia Batan Poh Pidada, Lingkungan Tampuagan II, Kelurahan Karangasem), Ida Pedanda Gde Wayan Demung (Gria Demung, Banjar Tilem, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem), Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Dwaja (Gria Jelantik, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem), Ida Pedanda Gede Ketut Dwija Nugraha (Gria Demung, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem), Ida Pedanda Gede Putra Tamu (Gria Jungutan, Banjar Lebah Sari, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem), Ida Pedanda Istri Kania Karang Jingga (Gria Bajing Sekuta, Lingkugan Ampel, Kelurahan Karangasem), dan Ida Pedanda Gede Ketut Pinatih Pasuruan (Gria Tengah, Banjar/Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem).
Bupati Mas Sumatri mengatakan, sebagai umat sedharma tak henti-hentinya berdoa mohon keselamatan, karahayuan, dan keutuhan semesta. “Paling tidak permohonan kali ini agar erupsi Gunung Agung yang akan terjadi, agar tidak membahayakan umat sedharma. Lahar agar mengalir pelan menyusuri sungai menuju hilir,” harap Bupati Mas Sumatri.
Pawirasa Jembrana Gelar Doa Bersama untuk Gunung Agung
NEGARA - Pejabat Pemkab Jembrana bersama Komunitas Pawirasa (Peduli) Masyarakat Jembrana melakukan doa bersama, agar Bali dijauhkan dari bencana khususnya erupsi Gunung Agung.
Bupati Jembrana I Putu Artha, Sekda I Made Sudiada, pejabat lainnya serta anggota Komunitas Pawirasa Masyarakat Jembrana, berkumpul di Pura Jagatnatha, Negara, untuk melakukan doa bersama, Kamis (5/10) malam.
Selain pejabat Pemkab Jembrana, ratusan umat Hindu dari kalangan pelajar, termasuk Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP), Kementerian Agama dan Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI), bendesa atau ketua adat juga ikut dalam doa bersama ini. Doa bersama ini dituntun oleh Koordinator Pamangku Pura Jagat Natha I Wayan Suarda.
“Kami merasa prihatin dan waswas terkait aktivitas Gunung Agung. Dengan doa ini, kami mohon kepada Ida Hyang Widi Wasa agar Bali dijauhkan dari bencana,” kata Ketua Pawirasa Masyarakat Jembrana I Nengah Mendres.
Sedangkan Bupati I Putu Artha usai persembahyangan, mengatakan, dengan doa berbagai pihak dia berharap aktivitas vulkanik Gunung Agung tidak terus meningkat hingga menyebabkan letusan.
“Sebagai manusia kami mohon kepada Ida Hyang Widi Wasa agar Gunung Agung tidak meletus, agar masyarakat yang saat ini mengungsi bisa kembali pulang dan beraktivitas seperti biasa,” katanya.
Seusai doa bersama, Bupati Putu Artha bersama rombongan PHDI, MMDP, dan sejumlah pejabat Pemkab Jembrana, melanjutkan persembahyangan di Pura Dangkahyagan Indra Kusuma, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya.
sumber : nusabali