AMLAPURA- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mendatangkan alat bernama Multiple Gas Analyzer System.
Alat yang didatangkan dari Amerika ini digunakan untuk mengukur kandungan gas yang keluar dari kawah Gunung Batur (GB) dan kawah Gunung Agung (GA).
"Alat tersebut sebelumnya sempat digunakan untuk mengukur gas di Gunung Batur. Kan banyak pertanyaan, apakah dengan meningkatnya status Gunung Agung berpengaruh terhadap Gunung Batur, makanya kita ukur lewat kandungan gas," kata Kasubid Mitigasi Gunungapi, PVMBG, Devy Kemal Syahbana, Senin (9/10/2017).
Devy mengatakan, sampai saat ini belum terdeteksi adanya pengaruh aktivitas Gunung Agung terhadap kondisi Gunung Batur secara kandungan gas.
Pada sore pukul 17.15 wita, dua petugas dari PVMBG tampak mengeluarkan alat multi gas ini.
Hanya saja, pengukuran kandungan gas yang keluar dari kawah Gunung Agung belum bisa dilakukan.
Meski alat tersebut sudah diletakkan di Pos Pengamatan Gunungapi Agung, Rendang, Karangasem, namun sampai saat ini belum difungsikan untuk mengukur kandungan gas yang keluar dari kawah Gunung Agung.
"Tadinya kita mau lakukan pengukuran di Gunung Agung, tapi karena aktivitasnya terlalu tinggi, dan PVMBG sudah merekomendasikan untuk tidak masuk ke zona bahaya, maka dari itu sampai saat ini alat ini belum kami gunakan," kata Ugan Saing, petugas PVMBG yang sedang mencontohkan cara kerja alat tersebut.
Multiple Gas Analyzer Sistem, jelas Ugan Saing, merupakan sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur kadar gas yang ada di udara sekitar instrumen.
Biasanya alat tersebut digunakan untuk mengukur gas-gas yang ada di gunung api.
"Untuk alat yang kita punya ini, bersifat mobile, bisa digunakan dari gunung satu ke gunung lainnya," jelas Ugan Saing.
Ugan menjelaskan, alat tersebut bisa berfungsi secara maksimal apabila alat tersebut diletakkan didekat kawah Gunung Agung.
"Jadi kita harus bawa ke sumbernya. Meskipun tidak langsung ke titik keluarnya gas, tapi paling tidak harus dibawa ke sekitarnya" jelas Ugan.
Namun demikian, apabila jangkauan gas yang keluar dari gunung api sampai jauh, maka alat tersebut bisa mendeteksinya.
"Radiusnya tidak bisa ditentukan, tapi sepanjang bisa mencium gas sulfur atau belerang dari sumber itu kita bisa melakukan pengukuran di titik itu," imbuh Ugan.
Alat yang sebelumnya sempat digunakan mengukur Gunung Batur dan sejumlah gunung api lainnya ini bisa mendeteksi tiga jenis gas.
Di antaranya gas sulfur yang terdiri dari gas SO2 atau belerang dioksida, sulfur hidrogen sulfida atau H2S, kemudian karbon dioksida (Co2).
"Kita dapat konsentrasinya di titik itu. Kemudian untuk tujuan monitoring yang kita gunakan rasio untuk masing-masing gas," jelas Ugan Saing.
sumber : tribun