Bahkan, Pemerintah yang telah "mengantongi" rencana penataan kawasan pariwisata di lokasi tersebut berencana akan mengganti patung Putri Duyung yang selama ini menjadi ikon kawasan kafe remang-remang dengan patung Dewa Baruna.
Rencana penggantian patung yang berada di pesisir pantai Desa Delodberawah, Kecamatan Mendoyo ini diungkapkan oleh Bupati Jembrana, I Putu Artha ketika menerima audiensi dengan Danrem 163/Wirasatya, Kolonel Arh. I Gede Widayana, Selasa (12/9).
Dalam audiensi yang berlangsung di ruang VIP Kantor Bupati Jembrana tersebut turut dihadiri pula oleh Dandim 1617/Negara, Letkol Kavaleri Hendra Ferdinandus, Wakil Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan beserta jajarannya.
Menurut Bupati Artha, pihaknya sejatinya telah membangun sejumlah fasilitas pendukung pariwisata di pesisir pantai Desa Delodberawah tersebut.
Selain menyediakan sebuah toilet umum, dan sirkuit Makepung, Pemkab Jembrana belum lama ini juga membangun Wantilan yang ditujukan untuk tempat kuliner.
Namun sayang, kawasan wisata ini belakangan terkesan lesu akibat kesan negatif yang ditimbulkan oleh keberadaan kafe remang-remang di pesisir pantai setempat sehingga masyarakat enggan untuk berekreasi.
Oleh sebab itu, kata Bupati Artha, dalam waktu dekat ini pihaknya akan segera menutup operasional kafe remang-remang yang jumlahnya mencapai puluhan tersebut. Kedepan, untuk "mempercantik" kawasan wisata pantai Delodberawah ini pihaknya akan menata areal pantai serta mengganti sebuah patung berbentuk Putri Duyung yang berada tepat di pertigaan di ujung Selatan jalan menuju pantai.
Rencananya, Pemerintah akan mengganti patung Putri Duyung ini dengan patung Dewa Baruna untuk "merefresh" kawasan wisata tersebut.
Selain itu, kata dia, kedepan pihaknya juga berharap program positif yang selama ini dijalankan oleh Korem 163/Wirastya dan Kodim 1617/Negara seperti TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD), karya bakti serta penyuluhan-penyuluhan bisa dibawa ke Desa Delodberawah.
Dengan demikian, kesan negatif kawasan kafe remang-remang yang selama ini menempel erat di desa ini diharapkan bisa hilang dengan masuknya program-program dari TNI ini. Begitu juga dengan masyarakat setempat yang diminta kesadarannya untuk bersama-sama menjaga dan memelihara kawasan ini agar bisa berkembang di kemudian hari.
"Dalam waktu dekat kafe-kafe itu akan segera ditutup, namun untuk menghilangkan image negatif ini yang susah dan perlu waktu. Kedepan antar Pemkab Jembrana dan TNI bisa bersinergi membangun Delodberawah sehingga kesan-kesan negatif itu berangsur-angsur bisa hilang," tandas Bupati Artha.
Sekilas Tentang Dewa Baruna
Dewa Baruna biasa di gambarkan sebagai figur dewata dengan selalu memegang senjata gada. Baruna atau Varuna berasal dari akar kata var (menutup atau membentang) yang berarti melindungi dari segala penjuru atau berarti pula mengikat yang jahat sehingga tidak bebas berbuat.
Baruna juga dikenal sebagai Dewa Air atau Samudra yang berwujud seekor Naga yang menakutkan. Wujud arcanya dapat ditemukan dalam bentuk arca atau pratima terutama pada Pura Segara.
Menurut kepercayaan orang Bali, segala penyakit dan hama bersumber dari laut selatan ini yang dikuasai oleh Dewa Laut, Sang Hyang Baruna; Dari laut selatan itulah dahulu pernah disebutkan segala hama penyakit disebarkan oleh Ratu Gde Mecaling, sehingga sampai saat ini di Bali tetap dilaksanakan upacara Nangluk Merana untuk menangkal atau mengendalikan gangguan - gangguan yang dapat membawa kehancuran atau penyakit pada tanaman yang disebarkan melalui laut.
Dengan kekuatan kesucian Betara Baruna yang merupakan salah satu dari asta dewata, maka sepatutnyalah kita dalam melaksanakan berbagai upacara yadnya yang berhubungan dengan laut untuk dapat memohon ijin terlebih dahulu kepada Beliau seperti ngulapin di segara saat nyekah sebelum melaksanakan upacara pitra yadnya sebagai penghormatan kepada para leluhur kita.
Dewa Baruna, fungsi keberadaannya sungguh sangat mulia demi keselamatan kita.
Laut ataupun samudera yang dijaga Dewa Baruna pun memiliki sifat yang tidak kalah mulianya , yaitu bisa menampung seluruh air sungai dengan segala sesuatu yang ikut mengalir di dalamnya. Namun samudera tidak akan pernah tumpah. Hyang Baruna seperti samudera bisa menampung apa saja yang jelek ataupun baik. Ia sabar dan berwawasan sangat luas, seluas samudera.
Sekilas Tentang Dewa Baruna
Dewa Baruna biasa di gambarkan sebagai figur dewata dengan selalu memegang senjata gada. Baruna atau Varuna berasal dari akar kata var (menutup atau membentang) yang berarti melindungi dari segala penjuru atau berarti pula mengikat yang jahat sehingga tidak bebas berbuat.
Baruna juga dikenal sebagai Dewa Air atau Samudra yang berwujud seekor Naga yang menakutkan. Wujud arcanya dapat ditemukan dalam bentuk arca atau pratima terutama pada Pura Segara.
Menurut kepercayaan orang Bali, segala penyakit dan hama bersumber dari laut selatan ini yang dikuasai oleh Dewa Laut, Sang Hyang Baruna; Dari laut selatan itulah dahulu pernah disebutkan segala hama penyakit disebarkan oleh Ratu Gde Mecaling, sehingga sampai saat ini di Bali tetap dilaksanakan upacara Nangluk Merana untuk menangkal atau mengendalikan gangguan - gangguan yang dapat membawa kehancuran atau penyakit pada tanaman yang disebarkan melalui laut.
Dengan kekuatan kesucian Betara Baruna yang merupakan salah satu dari asta dewata, maka sepatutnyalah kita dalam melaksanakan berbagai upacara yadnya yang berhubungan dengan laut untuk dapat memohon ijin terlebih dahulu kepada Beliau seperti ngulapin di segara saat nyekah sebelum melaksanakan upacara pitra yadnya sebagai penghormatan kepada para leluhur kita.
Dewa Baruna, fungsi keberadaannya sungguh sangat mulia demi keselamatan kita.
Laut ataupun samudera yang dijaga Dewa Baruna pun memiliki sifat yang tidak kalah mulianya , yaitu bisa menampung seluruh air sungai dengan segala sesuatu yang ikut mengalir di dalamnya. Namun samudera tidak akan pernah tumpah. Hyang Baruna seperti samudera bisa menampung apa saja yang jelek ataupun baik. Ia sabar dan berwawasan sangat luas, seluas samudera.
sumber : tribun, Googling