Masyarakat di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Buleleng saat melaksanakan pengibaran Bendera Merah Putih di areal Jeroan Pura Peninjoan, pada Rabu (17/8). |
SINGARAJA- Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dirayakan secara meriah di seluruh tanah air.
Bahkan, masing-masing daerah memiliki keunikan tersendiri dalam memperingati hari sakral ini.
Seperti halnya di Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Buleleng, Rabu (17/8/2017).
Seluruh warga di desa itu melaksanakan pengibaran Bendera Merah Putih di areal Jeroan Pura Peninjoan.
Yang unik dari perhelatan ini, karena diselenggrakan di dalam aeral pura, pakaian yang dikenakan oleh pesertanya pun khusus.
Yakni mengenakan pakaian adat Bali, serta memakai hormat anjali.
Apel bendera ini mulai sekitar pukul 08.00 wita.
Kelian Adat Desa Pakraman Menyali, Jero Mangku Made Anggakasih tampil sebagai pembina upacaranya.
Pesertanya mulai dari siswa sekolah dasar hingga mahasiswa.
Tak ketinggalan prajuru adat, tokoh masyarakat serta ulun desa, juga ikut dalam upacara pengibaran memperingati detik-detik proklamasi.
Mereka berbaris rapi di dalam areal Jeroan Pura, lengkap dengan pemimpin upacara.
Posisi tiang bendera tepat berada di depan pelinggih utama di Pura Peninjoan dengan tinggi tiang sekitar 10 meter.
Setelah bendera Merah Putih diikatkan, dan pengibaran dinyatakan siap dinaikkan, grup obade berada di sisi utara langsung mengiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Namun, khusus untuk sikap hormat terhadap Sang Saka Merah Putih, mereka melakukannya dengan cara yang tak biasa.
Sikap hormat yang diambil memakai hormat anjali.
Dimana, posisi kedua tangan dicakupkan di depan dada.
Dihubungi melalui saluran telepon seluler, Pemangku Merajan Pasek Celagi Menyali, Jero Sri Artayani menuturkan, pengibaran bendera merah putih yang dilaksanakan di Pura Peninjoan memiliki sejarah spiritual yang tinggi.
Konon, pada tanggal 12 November 2005 lalu, Ida Prabhu pengempon Pura Menjangan, mendapat pawisik dari Maha Patih Gajah Madha.
Ia diminta untuk mendatangi desa yg namanya Menyali dan dititahkan untuk mengibarkan bendera merah putih di Pura Dalem Paninjoan Menyali.
Berangkat dari pewasik itu, Prabhu pengempon Pura Menjangan kemudian berkeliling mencari desa yang dimaksud.
Setelah berkeliling mencari, tepat jam 11 malam, Ida Prabhu pegempon Pura Menjangan akhirnya menemukan Desa Menyali.
Ia kemudian menyerahkan bendera sang sangka merah putih kepada pengurus pura, dan meminta agar bendera tersebut dikibarkan selama sembilan hari setiap tahunnya dan pada saat 17 Agustus.
"Menyali dipilih karena merupakan poros atau pusat atau yali Pulau Dewata. Desa tua yang ada sejak jaman Empu Kuturan, dengan bukti pelinggih Lingga Yoni di setiap pura Tua di Menyali," jelasnya.
Sementara itu, Kelian Desa Pakraman Menyali, Jero Mangku Made Anggakasih mengatakan, sejak diserahkan tahun 2005 lalu, bendera yang digunakan belum pernah diganti.
"Kami sangat mensakralkannya. Namun, rencananya di acara pujawali akan kami buatkan duplikatnya. Karena yang asli benderanya sudah mulai rapuh," katanya.
Jro Angga pun berharap, kedepannya agar generasi muda tidak lupa dengan sejarah.
Melalui perayaan HUT RI yang dilakukan di pura Peninjoan ini, antara Dharma Negara dan Dharma agama tetap selaras dijalankan.
"Kami ingin menanamkan semangat menjaga persatuan, menghargai jasa pahlawan serta cinta NKRI, yang dibalut dengan dharma negara dan dharma agama," ungkapnya.
sumber : tribun