I Wayan Sujana dan Wayan Sari, Orangtua Bayi Tanpa Anus di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali |
DENPASAR - Suasana duka tengah menyelimuti keluarga Wayan Sari (40) dan Wayan Sujana.
Bayinya meninggal di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, (2/7/2016) dini hari.
Bayi laki-laki ini mengalami kelahiran tanpa anus (Atresia Ani) dan sudah dua bulan dirawat, sejak tanggal 20 Mei 2016.
Dokter mengatakan sang bayi mengalami sesak napas.
Dari mulutnya mengeluarkan darah.
Jasad bayi kemudian dibawa ke kamar jenazah dan baru bisa dibawa pulang pukul 14.00 wita, di Banjar Yeh Kori, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali.
Lebih menyedihkan lagi, bayi tersebut dibawa pulang ke desa menggunakan sepeda motor karena orangtua tak sanggup menyewa ambulans.
Sebenarnya, kenapa bayi bisa terlahir tanpa anus?
Seperti yang dikutip, pemicunya adalah kontaminasi zat kimia pada kandungan ibu hamil.
Selain obat-obatan, makanan awetan dan alkohol juga dapat menyebabkan penyakit bawaan tersebut.
"Atresia ani terjadi karena kontaminasi zat kimia terutama dalam usia tiga bulan kehamilan. Itu merupakan kelainan bawaan dan terjadi kesalahan pembentukan organ," ujar dr Caroline SpA, dokter spesialis anak.
Kelainan ini menyebabkan bayi kesulitan mengeluarkan mekonium atau tinja.
Perut bayi akhirnya menjadi buncit.
Rupanya kelainan tersebut merupakan bentuk kelainan bawaan, di mana tidak adanya lubang dubur terutama pada bayi.
Untuk itu, usai persalinan, lubang dubur bayi harus segera diperiksa.
Fatalnya, jika tidak segera dilakukan dapat mengancam jiwa bayi-bayi atresia ani.
Jika selama tiga hari tidak diatasi, feses atau tinja bayi akan tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
"Kalau sudah tahu, segera mungkin dilakukan pembedahan, dibuat lubang dubur dulu di perutnya. Soalnya kalau tidak keluar bahaya. Perut bayi jadi kembung," jelas Caroline.
Setelah kondisi bayi membaik, seperti berat badannya sudah mencapai 10 kilo, itu sudah memadai untuk dibuatkan anus melalui operasi kedua.
sumber : tribun