Dewa Gede Nusadi Mesiana (17) semasa hidupnya |
Pelajar Cerdas Tewas Gantung Diri: Ibuku Tersayang, Aku Minta Maaf
MANGUPURA - Mendung duka menyelimuti suasana hati keluarga Dewa Gede Nusadi Mesiana (17).
Juara Teruna Teruni Bali 2014 ini meninggal dunia dengan cara gantung diri di kediaman mereka, Blok S No. 12 Perum Raya Kampial, Kuta Selatan, Kuta, Badung, Bali, Kamis (11/2/2016), pukul 10.30 wita.
Kedua orangtuanya menangis histeris seakan tak percaya anak pertama dari tiga bersaudara ini harus pergi selamanya.
Sang bunda, I Dewa Ayu Sri Armini menangis histeris.
Keluarga dan tetangga memeluknya, menenangkan Armini.
Sementara sang ayah, Dewa Ketut Winanya, terus menggelengkan kepala, tak terima buah hati mereka pergi dengan cara yang tidak wajar.
Winanya terlihat histeris saat melihat foto Nusadi ketika masih kecil.
Siapa Nusadi? Dia sosok pendiam tapi cerdas.
Meraih banyak prestasi.
Menurut keluarganya, Nusadi pernah meraih juara pertama lomba Teruna Teruni se-Bali tahun 2014.
Ia juga sering mengikuti lomba-lomba lainnya dan menyabet juara.
Winanya menyebut putranya itu sebagai siswa yang menonjol pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
“Setelah mengikuti pembinaan jelang mengikuti lomba teruna teruni se-Bali 2014, Nusadi menjadi anak yang sopan dan penurut,” kenang Winanya sambil mengusap air matanya.
Winanya tak memiliki firasat buruk perihal kepergian putranya.
“Saya menawarkannya untuk pulang kampung saat penampahan galungan, namun Nusadi menolaknya dan lebih memilih tinggal di rumah sendirian. Saat di kampung di Desa Tista, Busungbiu, Buleleng, saya menelepon dan menanyakan kabarnya. Ia jawab baik-baik saja,” tutur Winanya sambil menahan tangis.
Paman Nusadi, Dewa Gede Alit, juga membenarkan bahwa keponakannya merupakan sosok pendiam.
“Dia memang pendiam, kalau ditanya baru menjawab,” jelasnya.
Keponakannya itu, diakuinya, jarang pulang ke kampung halamannya di Desa Sidembunut, Bangli.
Alit sempat mendapatkan kabar dari tetangga yang menemukan Nusadi di rumahnya Nusa Dua bahwa keponakannya itu sempat sembahyang saat Hari Raya Galungan, Rabu (10/2/2016).
Mendengar kabar duka tersebut, kedua orangtuanya pingsan.
Sebelum mengakhiri hidupnya, Nusadi menulis sepucuk surat untuk orangtuanya dalam Bahasa Inggris.
Surat itu diletakannya di kamar orangtuanya. Isi surat itu demikian.
Keluargaku tersayang,
Ini sudah 18 tahun semenjak aku lahir. Aku selalu mendapatkan apa pun dari kalian.
Kalian memperlakukanku seperti hanyalah aku satu-satunya.
Tidak ada yang bisa dilakukan oleh anak bodoh ini untuk membayar apa yang kalian lakukan padaku.
Pengorbanan yang besar, usaha dan semuanya.
Ibuku tersayang,
Kamulah yang selalu mengerti aku.
Aku minta maaf untuk segala kesalahan yang kubuat.
Aku minta maaf telah membuatmu khawatir.
Aku secara emosional tidak bisa mengontrol diriku.
Tapi kamu selalu tahu.
Kamu adalah ibu terkuat yang bisa mengasuh anak arogan sepertiku, walaupun aku marah padamu.
Kamu adalah ibu terbaik selamanya.
Ayahku tersayang,
Aku telah belajar banyak bagiku.
Kamu adalah motivator dalam hidupku.
Tidak ada orang lain yang bisa menggantikanmu.
Aku telah tumbuh dengan usahamu yang tak terkira.
Banyak yang ingin aku katakan padamu, bagaimana aku ingin menunjukkan rasa hormatku.
Mungkin aku tidak bisa membuatmu bangga padaku.
Aku mungkin tidak bisa menjadi sosok yang kamu inginkan.
Tapi, asal kamu tahu, bahwa kamu adalah ayah terbaik.
Ayah dan ibu terima kasih untuk semua yang kalian berikan padaku.
Aku bangga aku bisa menghabiskan hidupku bersama kalian berdua, orang-orang kesayanganku.
Juara Teruna Teruni Bali 2014 Bunuh Diri Pakai Kasa
MANGUPURA - Warga Kuta Selatan gempar.
Pelajar SMAN 1 Kuta Selatan, Dewa Gede Nusadi Mesiana (17).
ditemukan tewas gantung diri di tiang beton teras depan rumah mereka di Blok S No. 12 Perum Raya Kampial, Kuta Selatan, Kuta, Badung, Bali, Kamis (11/2/2016), pada pukul 10.30 Wita.
Korban, juara Teruna Teruni Bali 2014, meregang nyawa saat kedua orangtuanya berlibur merayakan Galungan di kampung.
"Korban tergantung di tiang beton dengan kain kasa warna putih terikat di lehernya,” kata I Gede Juniarta, seorang saksi, kemarin.
Menurut Juniarta, saat kejadian korban tinggal sendiri di rumahnya. Kedua orangtuanya pulang kampung sejak dua hari yang lalu.
Menurutnya, di TKP tidak ditemukan benda-benda atau bahan lain yang ada kaitannya dengan kematian korban.
Selain itu, di tubuh korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau bekas luka terbuka.
Pada saat diketemukan, katanya, mata korban sedikit terbuka dengan lidah agak menjulur.
Salah satu anggota kepolisian Polresta Denpasar yang enggan disebutkan namanya mengatakan, korban ditemukan di teras depan kamar, korban tergantung pada di beton dengan kain kasa warna putih terikat di leher.
“Menurut saksi bahwa saat kejadian korban hanya tinggal sendiri di rumah kontrakan (tempat kejadian perkara). Sedangkan kedua orangtuanya pulang kampung sejak sehari sebelum Hari Raya Galungan,” ujarnya.
Kini jenazah Nusadi sudah dipulangkan ke kampung halamannya di Desa Sidembunut, Bangli, menggunakan ambulance RSUP Sanglah.
Menurut hasil pemeriksaan luar yang dilakukan oleh Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, pada jenazah ditemukan luka lecet tekan yang melingkari leher dengan arah miring dari depan bawah ke belakang atas.
“Selain itu ada tanda-tanda mati lemas. Luka-luka lain tidak ditemukan,” ujar Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr. Dudut Rustyadi.
sumber : tribun