DENPASAR - Perasaan Ni Kadek Sri Wahyuni, penyiar Radio RPKD Kota Denpasar, yang terjebak sekitar 30 menit di dalam lift kantor Walikota Denpasar, Sabtu (24/1), campur aduk antara panik dan takut. Di tengah ketidakpastian menunggu pertolongan, Sri Wahyuni yang terjebak sekitar pukul 14.24 Wita, sempat menitikkan air mata. Barulah sekitar 30 menit kemudian, dia berhasil dievakuasi oleh anggota tim dari Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar. Untuk evakuasi, tim Pusdalops BPBD harus membongkar paksa pintu lift menggunakan batangan besi dan kayu.
Setelah berhasil keluar lift di lantai 3, Sri Wahyuni dalam kondisi sadar namun tampak lemas dan trauma. Ditemui ketika menenangkan diri, Sri Wahyuni berkisah tentang kondisinya yang sendirian terjebak dalam lift. “Akhirnya setelah 30 menit kejebak, saya bisa keluar juga,” ucapnya dengan napas yang masih terengah-engah.
Penyiar radio asal Payangan, Gianyar, ini, mengaku akan naik ke lantai 3 untuk melakukan siaran. Namun, sebelum pintu lift terbuka di lantai 3, lampu di dalam lift tiba-tiba padam. “Awalnya ada getaran, langsung lampu padam beberapa detik. Kemudian nyala lagi. Padahal di petunjuk sudah menyala angka 3, tapi pintu tidak terbuka. Berkali-kali saya pencet (tombol) tanda buka, tapi tidak juga berhasil,” kata perempuan berusia 24 tahun ini.
Dengan menyalanya lampu pada angka 3, Sri Wahyuni mengira dirinya sudah di posisi lantai 3. Namun ternyata dirinya masih berada di pertengahan antara lantai 2 dan lantai 3, sehingga pintu lift tidak bisa terbuka. Dalam kondisi panik, Sri Wahyuni berulang kali memencet tombol bel atau alarm pada lift. Namun tak satu pun orang di luar lift yang mendengar. Maklum saja, saat kejadian Sabtu kemarin merupakan hari libur bagi PNS, sehingga kantor walikota di Jalan Gajahmada No 1 Denpasar sepi aktivitas.
Tak kehabisan akal, Sri Wahyuni mencoba menggunakan ponselnya untuk menghubungi rekan kerjanya di studio radio. Beruntung, dalam lift yang pengap ponselnya tetap mendapatkan sinyal, sehingga dengan mudah bisa tersambung dengan rekannya.
“Syukur ada sinyal, saya langsung telepon teman di atas supaya bisa membantu. Setelah itu agak lega karena ada yang tahu. Tapi masih takut kalau-kalau gak bisa keluar,” ungkapnya.
Dalam keadaan pasrah, air mata Sri Wahyuni yang terlanjur menetes akibat panik akhirnya bisa terhapuskan setelah terdengar suara bala bantuan dari luar. “Saya dengar ada ribut-ribut di luar, kemudian pintu lift dicoba dibuka sehingga terasa ada angin segar yang masuk. Barulah saya lega,” ucapnya.
Setelah terjebak di lift, Sri Wahyuni pun mengaku berpikir dua kali untuk naik turun menggunakan lift. “Saat ini masih trauma, gak tahu nanti. Mungkin kalau ada yang diajak naik barengan baru berani. Kalau sendiri belum berani lagi,” imbuhnya.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Pusdalops BPBD Denpasar Ardy Ganggas mengatakan, penyebab lift macet karena masalah teknis, akibat listrik padam sehingga lift tidak berfungsi. Untuk menyelamatkan orang yang terjebak, tim sudah bertugas secara maksimal.
Meskipun harus dengan membongkar paksa pintu lift, menurut Ardy Ganggas, dalam sistem penyelamatan, keselamatan jiwa menjadi prioritas. “Tindakan bongkar paksa itu dilakukan karena korban dalam kondisi panik. Makanya saya perintahkan segera ambil sikap, sebelum hal-hal buruk terjadi. Kerusakannya nanti kan bisa diperbaiki, kalau nyawa kami tidak bisa main-main. Keselamata jiwa jadi prioritas, setelah itu baru harta benda,” jelasnya.
Sedangkan menurut Kasubbag Humas Pemkot Denpasar Dewa Gede Rai, penyebab lift macet karena dampak dari kilatan petir. “Ada petir tadi, yang mengakibatkan salah satu alat yang berkaitan dengan lift secara tiba-tiba rusak. Sehingga pintu gak bisa dibuka,” jelasnya.
Terhadap pintu lift yang rusak akibat dibongkar paksa, Dewa Rai mengatakan sedang dalam proses perbaikan oleh mekanik. “Sekarang sedang ditangani. Mudah-mudahan besok (hari ini) sudah bisa beroperasi kembali,” jelasnya.
Sementara itu, pada Senin (11/1/2016) sekitar pukul 13.22 Wita, seorang pedagang, Komang Sumardana, 18, terjebak selama sekitar 1 jam dalam lift di Pasar Kumbasari, Denpasar. Sumardana terjebak ketika lift yang dipakainya turun dari lantai 3, macet saat sampai di lantai 2.
“Rencananya saya mau turun, tapi tiba-tiba mati liftnya,” kata Komang Sumardana dengan wajah yang masih pucat, usai lolos dari kejadian yang bisa saja merenggut nyawanya.
Dalam keseharian, Sumardana terbiasa naik turun pasar menggunakan lift. “Biasanya lancar dan nggak ada masalah. Tumben kayak gini, saya panik di dalam,” ucap pria asal Karangasem, ini.
Dikisahkan, selama satu jam dalam lift yang tanpa udara sedikitpun, Sumardana merasa tak karuan. “Inguh, panas, pengap. Pokoknya takut kalau nggak bisa keluar,” bebernya dengan napas yang masih terengah-engah.
Beruntung, dengan menggedor-gedor pintu lift keberadaan Sumardana diketahui oleh Ibu Intan, salah seorang pengunjung pasar yang sedang melintas di dekat lift. Dengan segera Ibu Intan meminta bantuan dengan menghubungi Pusdalops BPBD Kota Denpasar. Beruntung bantuan segera datang. Dengan mencongkel, petugas BPBD akhirnya berhasil membuka pintu lift dan mengevakuasi korban Sumardana.
sumber : NusaBali