NEGARA - Sungguh malang nasib I Ketut Budiastra, 52, dan Ni Made Sutiari, 50. Dua petani yang bukan suami istri, sama-sama dari Banjar Rukun, Desa Gumbrih, Kecamatan Pekuatatan, Kabupaten Jembrana, ini diketahui bersamaan tewas karena tersambar petir, saat keduanya menanam semangka di sawah milik korban Budiastra, di Banjar Cepaka, Desa Pangyangan, Kecamatan Pekutatan, Sabtu (28/11) sore.
Berdasar informasi, kedua korban diketahui mulai turun ke sawah mereka pada Sabtu siang kemarin. Waktu memulai turun ke sawah tersebut, hujan yang sempat turun namun tidak terlalu deras, sudah mulai reda. Tetapi belum juga selesai menanam seluruh bibit semangka, hujan kembali turun dan semakin deras.
Mengetahui hujan bercampur suara gemuruh petir itu, kedua korban memutuskan berteduh menuju gubuk yang berada di tengah-tengah lahan sawah. Sayangnya, meski sudah berusaha mencari perlindungan, petir tepat menyambar gubuk tempat mereka berteduh.
Kejadian kedua korban yang tersambar petir ini, dilihat langsung petani lainnya, I Wayan Sudimara, 46. Ketika hujan mulai reda, Wayan Sudimara bergegas mendatangi kedua korban, serta meminta bantuan warga. Namun saat didatangi, kedua korban dipastikan sudah meninggal dunia.
Jenazah mereka pun langsung dilarikan menuju Puskesmas Pekutatan, sebelum dibawa kembali ke rumah duka. Polisi yang sempat turun untuk olah tempat kejadian perkara (TKP) setelah kejadian, memutuskan tidak melakukan proses lebih lanjut, karena telah mendapat kepastian meninggalnya kedua korban akibat tersambar petir, sesuai dengan hasil pemeriksaan pihak Puskemas Pekutatan.
Kanit Reskrim Polsek Pekutatan Iptu I Nyoman Dania, Sabtu petang kemarin, membenarkan kejadian tersebut. Berdasar keterangan salah satu saksi mata, kedua korban tersambar petir sekitar pukul 15.00 Wita. Ketika itu, saksi melihat jelas keadaan petir yang menyambar gubuk kecil tempat kedua korban berteduh. Dari pengecekan ke lokasi, beberapa bagian gubuk juga terlihat hangus.
“Dari pemeriksaan sudah dipastikan sesuai dengan keterangan saksi. Kedua korban bukan suami istri, tapi memang dari satu banjar, dan sama-sama bertujuan menanam semangka,” ujarnya.
sumber : NusaBali