Ribuan orang menjalani operasi vasektomi di Bali |
BALI - Ribuan pria dari seluruh dunia melakukan operasi vasektomi secara bersamaan di Gianyar, Bali, dalam rangka memperingati hari vasektomi dunia.
Sekitar 750 dokter dari 25 negara diterbangkan ke pulau Dewata buat mengoperasi 3.000 sukarelawan.
Dengan acara itu, panitia ingin membangkitkan kesadaran kaum pria dan membantu mereka memikul beban dalam perencanaan keluarga, sesuatu yang selama ini banyak diserahkan kepada perempuan.
"Mereka bisa menjadi pahlawan bagi pasangannya, keluarganya dan masa depan kita," ujar salah seorang penggagas acara, Jonathan Stack.
Menurut data Bank Dunia, empat dari sepuluh kehamilan terjadi di luar rencana. Panitia World Vasectomy Day di Bali menilai, perempuan seringkali menanggung beban kehamilan yang tidak diinginkan.
Untuk itu, sukarelawan akan dioperasi di dalam klinik berjalan, yakni sebuah bus yang dilengkapi dengan peralatan medis.
Selama Hari Vasektomi Dunia, operasi serupa juga dilakukan di berbagai negara, termasuk India, Amerika Serikat dan Spanyol.
Vasektomi hingga kini masih diliputi sikap antipati di Indonesia karena dianggap bertentangan dengan hukum Islam atau budaya lokal.
Di Sumatera 2012 silam, pemerintah menawarkan hadiah uang kepada pegawai negeri sipil yang bersedia mensterilisasi diri. Upaya tersebut menjadi bumerang karena menyulut kemarahan istri-istri mereka.
Di negara lain situasinya tidak berbeda. Aktivis kerap berhadapan dengan anggapan keliru bahwa operasi vasektomi akan merengut kemampuan pria berhubungan seksual.
Iran bahkan menghapus program vasektomi gratis yang selama ini ditawarkan buat penduduk miskin.
Panitia Hari Vasektomi Dunia tahun ini memilih Bali sebagai lokasi penyelenggara karena bertepatan dengan dilangsungkannya Konfrensi Keluarga Berencana Internasional yang diundur lantaran penutupan Bandara menyusul letusan anak gunung Rinjani.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada acara yang sama menemukan bahwa lebih dari 24 juta perempuan di negara miskin saat ini telah mendapat kemudahaan akses kepada alat-alat kontrasepsi.
Namun angka tersebut masih 10 juta lebih rendah ketimbang yang diharapkan.
sumber : tribun