TABANAN - Bahkan, Ketut Juliantini sempat diseret anjing yang mengigitnya hingga jatuh ke telabah (saluran irigasi).
Peristiwa naas yang menimpa bocah Ketut Juliantini terjadi Minggu (18/10) siang sekitar pukul 11.00 Wita, ketika putri bungsu dari empat bersaudara keluarga pasangan I Gede Nyoman Widana, 42, dan Ni Nyoman Sari, 41, ini tengah main di belakang rumahnya.
Menurut ibundanya, Nyoman Sari, siang itu bocah Ketut Juliantini main ke belakang rumah untuk melihat kolam. Nah, Nyoman Sari yang tengah beraktivitas di dapur, tiba-tiba mendengar putri bungsunya menjerit. Semula, Nyoman Sari mengira anaknya terjatuh ke kolam. Setelah dicari-cari, ternyata bocah malang ini terjerembab di dalam telabah dan berjibaku berupaya melepaskan tangannya yang dikoyak anjing berukuran besar.
Bocah malang ini dipastikan jatuh ke telabah sedalam 1 meter, setelah diseret anjing yang menggigitnya. Telabah itu sendiri hanya berjarak sekitar 1 meter sebelah barat kolam lele. “Saya lihat Luh Tut (panggilan Juliantini) berdarah. Setelah diangkat dari telabah, ternyata menderita luka cukup besar di tangan kanan,” kenang Nyoman Sari saat ditemui di rumahnya di Banjar Tengah, Desa Kukuh, Selasa (20/10).
Siang itu juga, bocah Ketut Juliantini langsung dilarikan ke IRD BRSUD Tabanan untuk berobat. Tim medis di RSUD Tabanan memberikan 8 jaritan atas luka terkoyak anjing di tangan kanan korban. Menurut Nyoman Sari, putri bungsunya yang dikoyak anjing juga sekalian mendapat vaksin seperti VAR, SAR, hingga anti-tetanus.
Hanya saja, untuk mendapatkan VAR dan SAR, keluarga si bocah harus menebus dengan uang Rp 250.000. “Minggu depan anak saya diminta ke rumah sakit lagi untuk kembali mendapatkan vaksin,” cerita Nyoman Sari.
Ditambahkan Nyoman Sari, sepulang dari RSUD Tabanan untuk mengantar putri bungsunya berobat, dia kembali melihat anjing yang sempat menggigit tersebut. Anjing penebar petaka itu terlihat masuk kamar mandi dan minum air. Menurut Nyoman Sari, anjing liar yang mengigit putrinya itu berukuran cukup besar, jalannya sempoyongan, dicurigai mengidap rabies.
“Begitu lihat anjing yang mengigit Luh Tut, saya langsung beritahukan kepada suami. Lalu anjing, itu dibunuh dan dikubur suami saya di belakang rumah,” terang Nyoman Sari. Hanya saja, setelah anjing itu dibunuh, pihaknya tidak melaporkan kasus gigitan ke dinas terkait. “Saya berharap kesehatan anak saya tak terganggu setelah mendapatkan suntikan VAR dan SAR,” harapnya.
Pada hari yang sama, Minggu, juga terjadi kasus gigitan anjing menimpa warga lainnya di Desa Kukuh, Kecamatan Marga. Bedanya, korban lainnya yang tergigit anjing hari itu tinggal di Banjar Lodalang, Desa Kukuh, yakni I Wayan Parta, 60. Korban berusia 60 tahun yang notabene Jro Penyarikan Pura Luhur Gonjeng, Desa Pakraman Kukuh ini pun terluka di kaki kanan hingga bengkak.
Korban Wayan Parta diajak keluarganya berobat ke IRD RSUD Tabanan hanya berselang beberapa menit setelah kedatangan bocah Ketut Juliantini. Bedanya, korban Wayan Parta tidak mendapatkan suntikan VAR, karena anjing yang menggigitnya belum dipastikan positif atau negatif rabies.
“Anjing liar yang menggigit saya itu jalannya sempoyongan, lidahnya menjulur, dengan air liur menetes. Saat saya pukul dengan batang bambu, anjing itu diam saja. Lalu, ada warga melintas dan melarang saya membunuh anjing liar tersebut,” kenang Wayan Parta saat ditemui di kediamannya di Banjar Loladang, Desa Kukuh, Selasa kemarin.
Terjadinya dua kasus gigitan anjing di Desa Kukuh dalam sehari ini, kontan membuat warga setempat was-was. Apalagi, sebelumnya sudah ada tiga warga Desa Kukuh yang tergigit anjing positif rabies, 7 Oktober 2015 lalu. Ketiganya digigit anjang yang sama.
Mereka yang tergiugit anjing rabies kala itu masing-masing Dewa Putu Subawa, 37 (pemilik anjing yang tinggal di Banjar Batanwani, Desa Kukuh), Ni Wayan Sandi, 50 (tinggal di Banjar Tegal, Desa Kukuh), dan Ni Wayan Caming, 55 (tinggal di Banjar Tegal, Desa Kukuh). Ketiganya digigit di hari yang sama oleh anjing yang sama pula. Sehari setelah menggigit tuannya dan dua warga lainnya, anjing penebar petaka itu langsung mati.
Kelian Dinas Banjar Batanwani, Desa Kukuh, I Ketut Murjana, telah melaporkan kematian anjing pasca mengigit tiga warga tersebut kepada dokter hewan yang bertugas di UPTD Peternakan Kecamatan Marga, Tabanan. Setelah diambil sampel otaknya dan diuji laboratorium, hasilnya menunjukkan anjing penebar petaka itu positif rabies.
Karena itu, ketiga korban yang sempat digigit anjing tersebut direkomendasikan untuk mendapatkan VAR ke Rabies Centre RSUD Tabanan. Data yang dihimpun, korban Dewa Putu Subawa dan Ni Wayan Sandi mengalami luka di kaki kanan. Sedangkan korban Ni Wayan Caming tidak sampau terluka, namun sempat bersentuhan dengan anjing gila itu.
“Karena penyebaran virus rabies bisa lewat pori-pori kulit, sehingga korban Ni Wayan Caming juga diberikan rekomendasi agar mendapatkan VAR secara gratis di Rabies Centre RSUD Tabanan,” beber Ketut Murjana.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr Nyoman Suratmika, membantah ada warga korban tergigit anjing harus beli VAR dan SAR di Rabies Centre RSUD Tabanan. “Mungkin dia (keluarga bocah Ketut Juliantini) beli obat yang lain. Kalau VAR dan SAR, itu gratis. Stok masih ada kok,” jelas dr Suratmika saat dikonfirmasi, Selasa kemarin.
Mengenai warga Desa Kukuh lainnya yang tak dapat VAR, dia menyarankan agar mendatangi kembali Rabies Centre RSUD Tabanan. Apalagi, sebelumnya di Desa Kukuh ditemukan anjing positif rabies. Menurut dr Suratmika, protap mengeluarkan VAR dan SAR memang harus ditemukan dulu anjing yang menggigit. Selanjutnya ambil sampel otak untuk uji laboratorium. Protap ini dikeluarkan mengingat tak semua anjing yang menggigit korban positif rabies. “Tapi, jika anjing liar itu tak ditemukan, kita pakai indikasi saja untuk mendapatkan VAR,” katanya.
Sumber : NusaBali