DENPASAR - Pasangan suami istri asal Banjar Malet, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli, I Wayan Setiawan, 39, dan Ni Nengah Ardani, 34, dilaporkan menghilang secara misterius di Johor, Malaysia, 19 Februari 2015 lalu. Mereka menghilang saat memisahkan diri dari 22 anggota romongan tur ke empat negara ASEAN (Filipina, Singapura, Thailand, dan Malaysia).
Kasus menghilangnya pasutri Wayan Setiawan-Nengah Ardani ini baru dilaporkan pihak keluarga korban dari Desa Tiga, Kecamatan Susut ke Mapolda Bali di Jalan WR Supratman Denpasar, Sabtu (14/3). Kasus ini dilaporkan, setelah pihak keluarga lama kehilangan kontak, padahal pasutri yang menghilang ini seharusnya sudah pulang per 19 Februari 2015.
Mereka sebelumnya berangkat tur pada 14 Februari 2015. Informasinya, pasutri asal Bangli yang menghilang di Malaysia ini berangkat tur ke empat negara melalui Travel City Tour di Jakarta. Namun, pihak travel tak menunjukkan respons untuk bertanggung jawab, sehingga keluarga korban pilih melaporkan kasus ini ke Polda Bali. Menurut Kabid Humas Polda Bali, Kombes Hery Wiyanto, kasus menghilangnya pasutri Wayan Setiawan-Nengah Ardani ini dilaporkan salah satu keluarganya dari Bangli, I Wayan Suwi, 61. Sesuai laporan Nengah Suwi ke SPKT Polda Bali, Sabtu lalu, terungkap jika pasutri asal Desa Tiga ini mengikuti tur ke Filipina, Singapura, Thailand, dan Malaysia sejak 14 Februari 2015. Sesuai dengan tiket pesawat Lion Air kode booking ZSZTZM dengan nomor penerbangan JT 281, seharusnya pasutri ini tiba di Johor, Malaysia bersama rombongan pada 19 Februari 2015 dan langsung terbang ke Jakarta sorenya pukul 16.35 WIB. Namun, saat berada di Johor, 19 Februari siang sekitar pukul 13.30 waktu setempat, pasutri asal Bangli ini menghilang dan tidak bisa dihubungi. “Saat rombongan tiba di Jakarta, pasutri ini juga tidak terlihat,” ungkap Kombes Hery Wiyanto di Mapolda Bali, Selasa (17/3).
Menurut Hery, saat ini pihaknya masih melacak travel yang memberangkatkan pasutri Wayan Setiawan-Nengah Ardani tur ke empat negara ASEAN dan orang-orang terkait untuk diperiksa. Dia menyebutkan, prosedur kejadian yang berkaitan dengan luar negeri, harus berkoordinasi dengan Divisi Hubungan Internasional (Hubinter) Mabes Polri. Selanjutnya, Hubinter akan berkoordinasi dengan unsur terkait di luar negeri. “Kami masih menunggu hasil pelacakan Hubinter Mabes Polri,” katanya. Ditegaskan Hery, pihaknya belum berani memastikan penyebab menghilangnya pasutri asal Bangli ini. Termasuk, soal kemungkinan keterkaitan menghilangnya pasutri Wayan Setiawan-Nengah Ardani dengan kelopok ISIS, sebagaimana kasus menghilangnya 16 WNI di Turki. “Jangan dihubungkan ke ISIS. Belum sampai ke situ,” elak Hery. Sementara itu, ayah dari korban hilang Wayan Setiawan, yakni Wayan Suwi, mengaku berupaya menghubungi anak dan menantunya. Namun, pasutri Wayan Setiawan-Nengah Ardanu tidak berhasil dikontak. Terakhir, anaknya itu sempat kirim pesan SMS ke Wayan Suwi, 17 Februari 2015 pagi pukul 07.00 Wita. Dalkam SMS tersebut, Wayan Setiawan mengabarkan dirinya sudah sampai di Singapura. “Pak, tiyang sampun neked ring Singapura (Pak, saya sudah sampai di Singapura,” bunyi SMS yang dikirimkan Wayan Setiawan kepada ayahnya sebagaimana disitir Wayan Suwi saat ditemui di kediamannya di Banjar Malet, desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli, tadi malam.
Namun, setelah menerima SMS tersebut, kata Wayan Suwi, keluarganya sama sekali kehilangan komunikasi dengan anak dan menantinya yang tur ke empat negara ASEAN. “Sejak saat itu, HP anak dan menantu saya tidak bisa dihubungi sampai sekarang. Kami sangat mengkhawatirkan keadaan mereka,” keluh Wayan Suwi sembari menyebut, pasutri Wayan Setiawan-Nengah Ardini menghilang dengan meninggalkan kedua anaknya yang masih remaja, I Wayan Pande Restu, 16, dan Ni Made Sri Mulyani, 11. Pasutri yang kesehariannya bekrja sebagai petani jeruk ini sudah ngebet untuk jalan-jalan ke luar negeri sejak bebepa tahun lalu. Namun, baru kali ini angannya kesampaian. “Mereka berangkat tur ke luar negeri setelah jualan hasil panen jeruk Rp 170 juta,” tutur Wayan Suwi.
sumber : nusabali