GIANYAR - Kematian tragis menimpa I Made Suwena alias Kitut, 46, dan Ni Komang Marini, 42, pasangan suami istri (pasutri) yang tinggal di Banjar Saraseda, Desa/Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Jumat (19/9) dinihari. Keduanya nekat bunuh diri bersama dengan cara menenggak cairan racun pembasmi rumput.
Pasutri Made Suwena dan Komang Marini ditemukan tewas bunuh diri di kamar tidur rumahnya di Banjar Saraseda, Desa Tampaksiring. Saat ditemukan, Jumat dinihari pukul 02.00 Wita, korban Komang Marini sudah tidak bernyawa, sedangkan sang suami Made Suwena dalam kondisi sekarat. Namun, sang suami juga ikut meregang nyawa 1 jam kemudian saat sudah dibawa ke IRS RSUD Sanjiwani Gianyar pukul 03.00Wita.
Tragedi bunuh diri bersama pasangan suami istri ini pertama kali diketahui anak bungsu korban, I Kadek Widiarsa, 16. Saat itu, Jumat dinihari pukul 02.00 Wita, siswa Kelas XI SMA Ambarawati, Tampaksiring ini terbangun dari tidurnya karena mendengar sang ayah Made Suwena mengerang kesakitan. Kebetulan, kamar tidur pelajar SMA berusia 16 tahun ini bersebelahan dengan kamar tidur kedua orangtuanya. Begitu Kadek Widiarsa menengok ke kamar orangtuanya, sang ayah ditemukan tergeletak sekarat, sementara ibundanya sudah tewas. Dalam kondisi panik, Kadek Widiarsa masih sempat menelepon keluarganya hingga mereka berdatangan ke rumah duka.
Sekadar catatan, rumah korban berada sekitar 300 meter arah utara rumah asalnya. Rumah korban berlokasi di pinggir jalan raya menuju Kecamatan Tegallalang, Gianyar. Setelah berkeluarga dan punya anak, pasutri Made Suwena-Komang Marini tinggal berpisah dari rumah asalnya sejak tahun 2001. “Kami hanya tinggal bertiga di rumah (bersama kedua orangtuanya yang nekat bunuh diri, red),” tutur Kadek Widiarsa, Jumat kemarin.
Begitu ditelepon, keluarga dan kerabat korban langsung berdatangan ke rumah duka, dinihari kemarin. Termasuk di antaranya keponakan korban Made Suwena, yakni I Putu Adi. Mereka kemudian mengajak korban Made Suwena yang sekarat ke IRD RSUD Sanjiwani Gianyar. Namun sayang, nyawanya tidak terselamatkan. Sedangkan sang istri, Komang Marini, yang sudah ditemukan jadi mayat, tidak ikut dibawa ke RS. Jenazah pasutri Made Suwena-Komang Marini, yang merupakan korban ulahpati (bunuh diri) sudah langsung dimakamkan keluarganya di Setra Desa Pakraman Saraseda, Tampaksiring pada Sukra Umanis Kelawu, Jumat sore. Hingga jenazahnya dikuburkan, belum diketahui pasti apa motif di balik aksi nekat ulahpati yang dilakukan pasutri Made Suwena-Komang Marini.
Kapolsek Tampaksiring, AKP I Made Suadnyana, mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kasus bunuh diri berpasangan di Tampaksiring ini. Penyelidikan yang dilakukannya bantu tenaga Bantuan Teknik dari Polres Gianyar. Dari penyelidikan awal, diketahui pasutri ini meregang nyawa murni karena bunuh diri dengan menenggak cairan pembasmi rumput.
“Hal itu diperkuat dengan ditemukannya sisa cairan pembasmi rumput merk Gramoxone dan botol minuman mineral tempat cairan racun itu di kamar korban. Tidak ada tanda-tanda bekas kekerasan oleh pihak lain di tubuh korban,” ungkap Kapolsek Made Suadnyana saat dikonfirmasi, Jumat kemarin.
Kapolsek Made Suadnyana mengatakan, korban yang perempuan, Komang marini, diduga kuat nekat bunuh diri dengan tenggak racun karena frustrasi lantaran menderita sakit maag kronis sejak 7 tahun silam. “Tapi, kenapa suaminya memilih ikut minum racun, ini sulit kami pahami,” tandas Kapolsek Made Suadnyana. Korban Made Suwena sendiri selama ini bekerja serabutan. Korban ulahpati berusia 46 tahun ini, antara lain, menjadi pedagang acung, menunggu artshop, dan jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan sang istri, Komang Marini, adalah ibu rumah tangga yang lebih banyak berada di rumah. Putra semata wayang korban, Kadek Widiarsa, mengaku tidak punya firasat apa pun sebelum kematain tragis kedua orangtuanya. Menurut Widiarsa, selama ini kedua orangtuanya tak pernah terlibat masalah atau pertengkaran, termasuk dengan keluarga dan pihak lain. Sehari sebelum kejadian, Widiarsa mengaku sempat dapat pesan dari ayahnya soal pembayaran rekening listrik.
“Yen kal mayah listrik, alih rekening atas nama Pak Sumeja (Jika akan membayar listrik, cari rekening atas nama Pak Sumeja (salah satu paman Widiarsa, Red),” tutur Widiarsa menirukan pesan almarhum ayahnya, Made Suwena. Widiarsa juga sempat diberi petuah agar tetap baik-baik menjalani hidup dan menjaga rumah, karena tinggal sendirinya. Sedangkan satu-satunya kakak perempuan Widiarsa, yakni Ni Putu Lilik Opia Savitri, sudah menikah ke Banjar Pengembungan, Desa Pejeng Kaja, Kecamatan Tampaksing.
Pengakuan hampir senada juga disampaikan Putu Adi, salah seorang adik dari korban Made Suwena. Menurut Putu Adi, antara almarhum pamannya dengan keluarga besar di Banjar Saraseda dan pihak lain tak pernah ada masalah. Karena itu, dia tidak paham apa motif di balik bunuh diri sang paman bersama istrinya itu. ”Saya juga tak habis pikir, kok mereka bersama-sama minum racun?” katanya heran. Sementara itu, Bupati Gianyar AA Gde Agung Bharata terkejut atas kasus ulahpati pasutri di Tampaksiring ini. Bupati Agung Bharata pun langsung perintahkan jajarannya untuk mengecek ke rumah duka. Tujuannya, peristiwa tragis seperti ini agar dikaji sekaligus dicarikan solusi terhadap masalah yang dihadapi keluarga korban. Bupati Agung Bharata menyayangkan aksi bunuh diri ini, karena ulahpati merupakan tindakan yang dilarang ajaran agama. Padahal, jika ada masyarakat hadapi persoalan atau permasalahan yang tidak bisa dipecahkan sendiri, Pemkab Gianyar membuka ruang seluas-luasnya untuk mencarikan solusi. ‘’Biasanya, masalah ekonomi sering menjadi penyebab tindakan bunuh diri. Tapi, apa pun adanya tetap ada solusi, bukan dengan cara bunuh diri,” ujar tokoh Puri Agung Gianyar ini.
sumber : NusaBali