DENPASAR - Sempat dianulir pemerintah saat naik 1 Januari 2014 lalu, harga gas elpiji non subsidi tabung 12 kg kembali dinaikkan PT Pertamina, Rabu (10/9). Harga elpiji tabung 12 kg dinaikkan sebesar Rp 1.500 per kg. Walhasil, harga resmi elpiji 12 kg untuk Denpasar dan sekitarnya naik jadi Rp 110.800 dari semula Rp 89.400 per tabung. Di tingkat agen, harga menjadi Rp 114.300 per tabung.
Kenaikan harga elpiji tabung 12 kg ini diberlakukan PT Pertamina mulai pukul 00.00 Wita, setelah mendapat persetujuan dari pemerintah. "Saya ingin sampaikan, sesuai hasil rapat di Kemenko Perekonomian terkait kenaikan harga elpij tabung 12 kg, maka mulai 10 September 2014 pukul 00.00 harga elpiji naik Rp 1.500 per kg net eks Pertamina," jelas Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya, Rabu kemarin.
Dengan demikian, menurut Hanung, ada kenaikan harga sebenar Rp 18.000 per tabung 12 kg. Kenaikan itu hanya yang berlaku dari Pertamina. Di tingkat agen, tentu beda lagi harganya. "Harga akan meningkat di tingkat agen menjadi Rp 21.000 hingga Rp 22.000 per tabung, karena ada ongkos angkut dan lainnya," terang Hanung.
Kenaikan ini, kata Hanung, akan membuat harga jual elpiji di Pertamina naik menjadi Rp 7.569 per kg. "Sehingga, harga per tabung 12 kg elpiji di tingkat eks Pertamina adalah Rp 114.300," sebutnya. Meski Pertamina menaikkan harga Rp 1.500 per kg, menurut Hanung, di tingkat konsumen akan ada perbedaan. "Harga di warung akan ada perbedaan sekitar Rp 3.000 hingga Rp 5.000 per tabung," imbuh Hanung.
Hanung menegaskan, kenaikan kali ini belum membawa elpiji 12 kg ke harga keekonomian. Sebab, Pertamina masih memberikan subsidi Rp 4.600 per kg elpiji, turun dari sebelumnya yang mencapai Rp 6.000 per kg. Maka, Pertamina punya rencana untuk menaikkan lagi harga elpiji tabung 12 kg per 1 Januari 2015.
Besaran kenaikan harga elpiji awal tahun 2015 mendatang juga sama seperti sekarang: Rp 1.500 per kg. "Sesuai roadmap, maka 1 Januari 2015 kita rencanakan naikkan lagi harga elpiji 12 kg sebesar Rp 1.500 per kg. Namun, karena Pertamina adalah BUMN dan kenaikan ini ada dampaknya yaitu inflasi ke masyarakat, seperti biasa kami akan lapor ke pemerintah dulu," beber Hanung. Menurut Hanung, Pertamina berkepentingan memasarkan elpiji 12 kg dengan harga keekonomian. Pertama, karena elpiji bukan barang subsidi. Kedua, kalau sudah harga keekonomian, maka akan masuk pesaing lain sehingga masyarakat punya pilihan. “Sampai saat ini, belum ada satu pun perusahaan yang memasarkan elpiji 12 kg non subsidi."
Jika naik secara bertahap setiap 6 bulan sekali, menurut Hanung, maka harga elpiji 12 kg baru akan mencapai harga keekonomiannya pada Januari 2016 mendatang. "Kami memang berkepentingan memasarkan elpiji 12 kg dengan harga keekonomian," tandas Hanung.
Hanung mengakui, dengan kenaikan harga elpiji 12 kg, maka masyarakat akan berpindah ke elpiji subsidi tabung 3 kg. Untuk mengawasi penyalahgunaan elpiji 3 kg, Pertamina telah mengembangkan Sistem Monitoring Elpiji 3 Kg (Simol3k). "Jangan sampai ada pengoplosan. Makanya kami kembangkan Simol3k dan bekerja sama dengan kepolisian," katanya.
Elpiji 3 kg sendiri merupakan barang subsidi yang rentan disalahgunakan. Saat ini, harga keekonomian elpiji adalah Rp 12.000 per kg, sementara elpiji 3 kg harga jualnya hanya Rp 4.250 per kg. "Artinya, pemerintah memberikan subsidi Rp 8.000 per kg. Dengan kuota 5,01 MT, subsidinya Rp 40 triliun. Maka harus dipastikan tepat sasaran, jangan sampai ada pengoplosan," ujarnya.
Sementara, Vice President (VP) Communication Pertamina, Ali Mundakir, menyatakan kenaikan harga elpiji tabung 12 kg tidak akan terlalu membebani masyarakat. Pasalnya, konsumen elpiji 12 kg kebanyakan kelompok masyarakat menengah-atas dengan penghasilan rata-rata di atas Rp 5 juta per bulan. "Sudah kita survei, mereka (konsumen elpiji 12 kg) rata-rata penghasilan di atas Rp 5 juta. Itu pengeluaran untuk elpiji masih jauh di bawah komunikasi dan rekreasi. Padahal, elpiji kebutuhan primer," papar Ali Mundakir dilansir detikfinance secara terpisah di Paris, Rabu kemarin.
Ali menambahkan, Pertamina pernah mempublikasikan survei dari AC Nielsen. Pengguna elpiji 12 kg adalah sekitar 15 persen dari total pengguna elpiji. Kenaikan harga elpiji 12 kg memang harus dilakukan untuk menekan kerugian Pertamina. Tahun ini, kata dia, Pertamina memperkirakan kerugian di bisnis elpiji 12 kg bisa mencapai Rp 6 triliun.
"Kalau bagi Pertamina, itu mengurangi kerugian signifikan. Ada sebulan Rp 85-90 miliar. Kerugian Pertamina di kisaran Rp 6.000 per kg, hampir 1 juta ton (volume) sebulan. Jadi bisa Rp 6 triliun," jelas Ali.
Pertamina sendiri sebelumnya sempat memberlakukan kenaikan harga elpiji 12 kg pada 1 Januari 2014. Kala itu, harga elpiji 12 kg yang semula hanya Rp 70.200 dinaikkan menjadi Rp 117.708 per tabung. Namun, Presiden SBY meminta Pertamina tinjau ulang kebijakannya, karena kenaikan harga elpiji dianggap memberatkan masyarakat.
Pada akhirnya, Pertamina mengikuti desaakan Presiden SBY. Kenaikan harga elpiji 12 kg pun dianulir per 7 Januari 2014 pukul 00.00 Wita. Harga elpiji 12 kg yang sempat telanjur dinaikkan ke angka Rp 117.708 per tabung, diturunkan lagi menjadi Rp 82.200 per tabung.
Dengan keluarnya keputusan anulir dari pemerintah tersebut, berarti harga elpiji 12 kg hanya dinaikkan Rp 1.000 per kg, dari semula sempat telanjur naik Rp 3.959 per kg sejak 1 Januari 2014. Harga elpiji yang diberlakukan Pertamina berbeda di setiap Region. Untuk wilayah Denpasar dan sekitarnya, harga resmi elpiji 12 kg yang ditetapkan Pertamina kala itu adalah Rp 89.400 per tabung. Namun, harga tingkat pengecer di Bali beragam, sebagian besar menjual dengan Rp 92.000 per tabung.
Pertamina membagi wilayah Indonesia menjadi 8 Region dalam penjualan elpiji 12 kg. Bali masuk Region V bersama Jawa Timur dan NTB. Namun, harga elpiji dalam satu Regiun berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Untuk kawasan Lombok, NTB, misalnya, harga resmi elpiji 12 kg juga beda dari Denpasar. Pasca kenaikan harga elpiji per 10 September 2014 kemarin, Pertamina menetapkan harga resmi elpiji 12 kg di Denpasar dan sekitarnya menjadi Rp 110.800 per tabung dari semula Rp 89.400. Di tingkat agen dan pengecer, harga per tabung elpiji 12 kg tentu saja lebih tinggi lagi.
Sedangkan di wilayah Lombok, Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg dari semula Rp 104.900 menjadi Rp 126.400 per tabung. Sementara di Banyuwngi (Jawa Timur) harga resmi elpiji 12 kg naik dari semula Rp 92.800 menjadi Rp 114.200 per tabung. Demikian pula di Surabaya (Jatim) harga elpiji 12 kg naik dari semula 89.300 menjadi Rp 110.800 per tabung. Lihat tabel. Sementara itu, Assistant Manager External Marketing Operation Region V Pertamina, Heppy Wulansari, menyatakan harga jual elpiji 12 kg pada agen-agen di wilayah Bali kini berkisar Rp.110.800 per tabung. Sedangkan harga di tingkat pengecer bervariasi, menyesuaikan dengan jarak suplai point. “Perubahan harga tersebut sudah berlaku di bali terhitung sejak hari ini (kemarin),” ungkap Heppy saat dikonfirmasi, Rabu kemarin.
Heppy menegaskan, untuk mengantisipasi peralihan konsumen dari elpiji tabung 12 kg ke ke elpiji subsidi tabung 3 kg, maka Pertamina akan melakukan monitoring distribusi elpiji 3 kg sampai pangkalan dengan aplikasi SIMOL3K (Sistem Monitoring Penyaluran Elpiji 3 Kg).
Selain itu, Pertamina juga melakukan antisipasi lonjakan harga elpiji 12 kg di tingkat pengecer, dengan menetapkan harga eceran di SPBU yang menjadi outlet elpiji tabung 12 kg. “Elpiji 12 kg saat ini juga sudah dijual di 146 SPBU yang tersebar di seluruh Bali. Harga di SPBU ini bisa menajdi barometer harga elpiji 12 kg di suatu wilayah. Sehingga, jika harga di pasaran terlalu tinggi, masyarakat bisa membeli elpiji 12 kg di SPBU,” tandas Heppy.
sumber : NusaBali