TABANAN - Rombongan wisatawan sekeluarga asal China yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak terseret ombak saat berfoto-ria di Pantai Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, Selasa (4/2) pagi. Dalam musibah maut ini, satu korban tewas tenggelam, yakni Tan Jia Tong, 11. Sedangkan kedua orangtuanya, Tan Yi, 40, dan Tang Bo, 41, berhasil diselamatkan dari maut.
Musibah amuk ombak besar yang menewaskan Tan Jia Tong ini terjadi di bibir pantai belakang Balai Informasi Daya Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot, Selasa pagi pukul 10.20 Wita. Musibah terjadi hanya beberapa saat setelah korban dan kedua orangtuanya tiba di DTW Tanah Lot. Informasi di lapangan, begitu tiba di objek wisata andalan Tabanan ini, wisatawan sekeluarga asal China tersebut langsung menuju pantai belakang Balai Informasi untuk foto-foto di sebelah barat Pura Penyawang Luhur Tanah Lot.
Namun, tiba-tiba muncul ombak besar menghantam dan menggulung mereka. Lifeguard (penjaga pantai) yang mendapat laporan ada korban terseret ombak, langsung berupaya melakukan proses evakuasi. Ada 5 petugas lifeguard yang terjun ke laut untuk menyelamatkan ketiga korban sekeluarga. Selain itu, tenaga kebersihan di DTW Tanah Lot yang punya ketrampilan berenang juga ikut terjun melakukan penyelamatan. Sayangnya, hanya dua korban yang berhasil diselamatkan, yakni pasangan suami istri Tan Yi dan Tang Bo. Keduanya selamat dari maut tanpa terluka. Namun, putri semata wayang mereka yang baru berusia 11 tahun, Tan Jia Tong, gagal diselamatkan. Bocah perempuan ini tewas mengenaskan, diduga karena kehabisan napas saat berjibaku melawan ombak setinggi 3 meter saat terseret.
Sebetulnya, rombongan wisatawan China sekeluarga yang terseret ombak ini sempat dilarang oleh pemandu wisata untuk foto-foto dekat ombak. Sebab, manajemen DTW Tanah Lot telah pasang tanda larangan mengingat ombak pagi itu sedang tinggi. Di samping itu, setiap 5 menit sekali juga didengungkan pengumuman bahwa ombak sedang pasang dan dilarang berfoto dekat pantai. Namun, tiga korban yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak ini tidak peduli. Mereka tetap saja berfoto ria di belakang Balai Informasi DTW Tanah Lot. “Musibah pun terjadi saat mereka sedang asyik mengambil gambar melalui kamera. Bocah perempuan yang tewas itu diterjang ombak saat dipotret dengan posisi membelakangi laut. Kedua orangtuanya coba melakukan pertolongan, tapi mereka malah ikut terseret ombak,” ungkap Humas DTW Tanah Lot, Putu Erawan, saat ditemui di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Tabanan ketika mendampingi korban selamat, Selasa siang. Menurut Putu Erawan, saat kejadian, ombang di Pantai Tanah Lot tingginya mencapai 3 meter. Karenanya, petugas lifeguard pun kesulitan menggunakan perahu karet saat melakukan penyelamatan.
Mereka akhirnya terjun ke laut hanya membawa jaket pelampung untuk korban. Ketiga korban sekeluarga, kata Putu Erawan, berhasil ditemukan petugas lifeguard. Hanya saja, para lifeguard kesulitan memasangkan jaket pelampung, karena korban timbul tenggelam dalam kondisi terombang-ambing. Untungnya, ketiga korban hanya terseret ombak sejauh 7 meter dan berputar-putar di kawasan pantai yang berkarang. “Saya melihat langsung ketika bocah itu (korban Tn Jia Tong) berhasil diambil oleh petugas lifeguard. Saat dipasangi lifejacket (jaket pelampung), bocah itu sudah tidak bergerak. Kemungkinan sudah meninggal di laut karena kehabisan napas,” imbuh Putu Erawan. Putu Erawan mengisahkan, begitu berhasil dievakuasi dari laut, bocah Tan Jia Tong yang sudah tidak bergerak langsung dilarikan ke IRD RSUD Tabanan.
Putu Erawan sendiri ikut ke rumah sakit. Sedangkan para lifeguard DTW Tanah Lot dibantu pihak kepolisian masih berjibaku untuk menyelamatkan ayah korban tewas, yakni pasutri Tan Yi dan Tang Bo. Pasutri asal China ini dievakuasi petugas lifeguard dengan mengambil jalan memutar, karena pantai di sebelah barat Pura Penyawang Luhur Tanah Lot dikitari dinding berkarang. Petugas kemudian masuk ke laut untuk seterusnya naik dari Enjung Galuh, yang berjarak belasan kilometer sebelah barat lokasi musibah. Setelah berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat, pasutri tan Yi dan Tang Bo kemudian dilarikan ke IRD RSUD Tabanan untuk mendapatkan perawatan. Baik Tan Yi mauun Tang Bo tidak mengalami luka serius. Pantauan di IRD RSUD Tabanan, Selasa siang, ibunda bocah tewas, Tang Bo, terus menangis histeris atas kematian tragis putri semata wayangnya.
Wanita berusia 41 tahun ini juga memeluk anak semata wayangnya yang sudah tak bernyawa. Sedangkan suaminya, Tan Yi, terduduk lesu. Sesekali, lelaki berusia 40 tahun ini menangis histeris. Musibah maut yang menimpa wisatawan sekeluarga asal China ini terbilang sangat tragis. Mereka justru tertimpa musibah hanya beberapa jam menjelang pulang ke negerinya. Semula, pasutri Tan Yi dan Tang Bo dijadwalkan bertolak ke China, Selasa sore. Kunjungan ke Pantai Tanah Lot kemarin diagendakan oleh tour leader-nya untuk makan siang. Menurut tour leader (pemandu wisata)-nya, wisatawan sekeluarga asal China ini sudah berlibur di Bali selama 4 hari 3 malam. Mereka menginap di salah satu hotel di kawasan wisata internasional Kuta, Badung.
Kesehariannya, pasutri Tan Yi dan Tang Bo bekerja sebagai importer. “Sore ini (kemarin) mereka harusnya check out dari hotel untuk pulang ke China,” ungkap tour leader yang enggan disebut namanya ini. Menyusul musibah maut ini, Manajer DTW Tanah Lot, Ketut Toya Adnyana, menyampaikan bela sungkawa. Menurut Toya Adnyana, kejadian yang menimpa wisatawan China ini merupakan musibah akibat kondisi alam. “Tadi pagi, air laut pasang di Tanah Lot mencapai puncaknya. Kita telah pasang rambu-rambu tanda bahaya. Namun, mereka memaksa sekali untuk mengambil foto di sebelah barat Pura Penyawang Luhur Tanah Lot,” sesal Toya Adnyana. Sementara itu, manajemen DTW Tanah Lot sejak awal berusaha menjaga keamanan wisatawan yang berkunjung. Selain memasang rambu-rambu, juga selalu dengungkan pengumumkan melalui pengeras suara. Kecuali itu, manajemen juga pasang 16 titik CCTV di areal vital DTW Tanah Lot.
Hanya saja, lokasi hantaman gelombang di sebelah barat Pura Penyawang Luhur Tanah Lot tidak terjangkau CCTV. Selama ini, hanya dipantau hingga di Candi Bentar yakni sekitar 4 meter dari Pura Penyawang Luhur Tanah Lot. Toya Adnyana memaparkan, dengan terjadinya musibah maut yang menelan korban nyawa, pihak manajemen DTW Tanah Lot telah berkoordinasi dengan pamangku Pura Tanah Lot. Berdasarkan koordinasi itu, direncanakan akan digelar upacara Pecaruan di lokasi pada Buda Kliwon Ugu, Rabu (5/2) ini. Upacara Pecaruan ini digelar dengan tujuan untuk menyucikan kembali areal Tanah Lot yang leteh (kotor secara niskala) akibat adanya korban tewas terseret ombak. “Besok (hari ini) kita gelar Upacara Pecaruan untuk bersihkan areal secara niskala,” tutur Toya Adnyana.
sumber : NusaBali