Salah satu pemudik di jalur utama Kabupaten Jembrana, Bali yang hendak menuju Pelabuhan Gilimanuk untuk melakukan penyebrangan ke Pulau Jawa. |
Mudik bagi umat Islam adalah sesuatu yang luhur dan terpuji karena setiap manusia diingatkan untuk kembali ke akar kehidupannya, demikian kata antropolog Pater Dr Gregorius Neonbasu.
"Secara budaya, mudik adalah gerakan kembali ke kampung halaman. Itu merupakan sesuatu yang luhur dan terpuji karena setiap orang diingatkan untuk kembali ke akar kehidupannya yang sangat hakiki," kata Pater.
Dalam perspektif budaya, mudik adalah sebuah tren untuk mengingatkan orang akan dasar kehidupan setiap manusia pada keluarga, orang dekat, leluhur, dan tanah kelahiran atau tanah asal. Pekerjaan yang serba menyenangkan di kota tidak menjadi alasan bagi warga untuk tidak kembali ke kampung asal dan tempat dari mana mereka memperoleh inspirasi untuk menyusun strategi hidup baru.
Sementara secara antropologis, mudik ini berkaitan dengan tata kehidupan manusia bahwa seusai sebuah perjuangan. Dalam hal ini selama bulan puasa hingga Lebaran warga berduyun-duyun pergi ke tempat asal untuk merayakan pesta kemenangan bersama keluarga besar mereka.
Bahkan, tak jarang mereka harus mempertaruhkan nyawa di jalan raya, meskipun bukan itu tujuan pulang ke udik. Tapi, begitulah faktanya. Dari tahun ke tahun jatuhnya korban jiwa dalam perjalanan mudik terus bertambah.
Di Bali saja, sebagaimana data Direktorat Lalu Lintas Polda setempat menyebutkan bahwa sudah ada 10 orang tewas akibat kecelakaan lalu lintas saat hendak mudik Lebaran tahun ini.
Selain itu, 10 orang tercatat mengalami luka berat dan 26 orang lainnya mengalami luka ringan. "Semua kasus kecelakaan lalu lintas itu menimpa pemudik yang menggunakan sepeda motor," kata Kepala Polda Bali Inspektur Jenderal Arif Wachyunadi.
Kebanyakan orang bergelimpangan di "jalur tengkorak" di sepanjang ruas Denpasar-Tabanan-Gilimanuk. Memasuki wilayah Tabanan, medan jalan berkelok, menanjak, sempit, dan permukaan tidak rata. Kanan-kiri jalan juga terdapat jurang terjal.
Jumlah korban tewas selama musim mudik Lebaran tahun ini jauh lebih besar ketimbang tahun lalu. Pada musim Lebaran tahun lalu di Bali telah terjadi tujuh kasus kecelakaan dan hanya satu korban meninggal dunia dengan total kerugian material mencapai Rp145 juta.
Upaya Preventif
Dalam menekan angka kecelakaan selama musim kepadatan arus mudik, Polda Bali telah melakukan berbagai upaya preventif, termasuk pengerahan pasukan secara maksimal.
Sebanyak 1.856 personel kepolisian dilibatkan dalam Operasi Ketupat di Bali yang digelar pada 3-18 Agustus 2013. Operasi itu didukung oleh personel TNI, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, dan petugas keamanan desa adat atau "pecalang".
Selain itu, aparat keamanan juga menyiapkan 23 pos pengamanan dan pelayanan di sepanjang jalur mudik. "Kami telah menyiapkan delapan pos pelayanan dan 15 pos pengamanan," kata Kepala Biro Operasi Polda Bali Komisaris Besar I Gede Alit Widana.
Menurut dia, di dalam pos pelayanan itu disiagakan petugas gabungan dari TNI, kesehatan, dan Sabhara. Sebagian besar pos pengamanan dan pelayanan itu berada di jalur selatan (Denpasar-Tabanan-Gilimanuk) dan jalur timur (Denpasar-Padangbai-Amlapura).
Beberapa pos pengamanan dan pelayanan juga disiapkan di jalur tengah (Denpasar-Bedugul-Singaraja) dan jalur utara (Singaraja-Gilimanuk).
Sementara itu, pihak kepolisian juga telah memetakan tujuh pos pengamanan prioritas pemberangkatan dan kedatangan penumpang di Terminal Ubung (Denpasar), Terminal Mengwi (Badung), Terminal Gilimanuk (Jembrana), Pelabuhan Gilimanuk (Jembrana), Pelabuhan Padangbai (Karangasem), Pelabuhan Benoa (Denpasar), dan Bandara Ngurah Rai (Badung).
Polisi telah memetakan titik-titik rawan kemacetan di tujuh pos pengamanan tersebut, termasuk di sejumlah objek wisata seperti di Tanah Lot (Tabanan), Kebun Raya Eka Karya Bedugul (Tabanan), sejumlah objek wisata di Kabupaten Gianyar, dan Pantai Kuta (Badung).
Upaya preventif lainnya adalah dengan membagikan tips mengenai mudik yang aman dan nyaman dengan menggunakan sepeda motor. Dalam sosialisasi itu Kepolisian Resor Kota Besar Denpasar menggandeng produsen semen PT Holcim Indonesia.
Uniknya, audiens sosialisasi itu adalah kalangan pekerja bangunan yang mudik dengan mengendarai sepeda motor. Kebetulan para tukang bangunan yang mendapat fasilitas mudik dari Holcim.
Para pekerja konstruksi itu mendengarkan dengan saksama paparan dari perwira Satuan Lalu Lintas Polrestabes Denpasar mengenai kiat-kiat melakukan perjalanan yang aman, nyaman, dan selamat sampai di tujuan.
Pada sosialisasi itu polisi juga menyuguhkan beberapa potongan film peristiwa kecelakaan lalu lintas yang lebih banyak disebabkan faktor kelalaian pengendara kendaraan bermotor.
"Program ini baru pertama kali kami gelar di Bali. Di Jakarta sudah sembilan tahun berturut-turut kami menggelar program ini," kata Juhans Suryantan selaku Vice President PT Holcim Indonesia di sela-sela buka bersama ratusan tukang dan kuli bangunan di Denpasar itu.
Pada Lebaran tahun ini, Holcim memfasilitasi 500-1.000 tukang dan kuli bangunan di Bali yang hendak mudik Lebaran ke daerah-daerah di Pulau Jawa. Para tukang dan kuli bangunan yang mudik dengan menggunakan sepeda motor itu mendapat tiket penyeberangan Pelabuhan Gilimanuk-Pelabuhan Ketapang secara cuma-cuma.
Juhans mengemukakan bahwa program mudik tersebut sama sekali tidak mempertimbangkan faktor penjualan semen yang diproduksi di Narogong, Jawa Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah, itu. "Program ini semata-mata untuk meringangkan beban ahli bangunan sekaligus membantu pihak kepolisian dengan memberikan edukasi berlalu lintas agar mereka aman dan nyaman dalam perjalanan mudik," katanya.
Sementara itu, saat arus balik yang diperkirakan mencapai puncaknya pada 10-12 Agustus 2013, pihak kepolisian akan mengawal pengendara sepeda motor dan mengimbau bagi pemudik sepeda motor yang membonceng istri dan anak-anaknya untuk pindah ke bus yang disiagakan Polda Bali dan Kodam IX/Udayana.
"Kami berikan pelayanan itu terutama kepada pemudik yang dibonceng seperti ibu-ibu yang juga mengajak anak-anak, kami imbau atau kalau perlu diwajibkan untuk baik bus," kata Kapolda.
Tujuh bus itu disiagakan di Pelabuhan Gilimanuk sebagai pintu gerbang Bali dari arah Jawa dan Pelabuhan Padangbai dari arah Lombok.
Dua polisi ikut dalam bus untuk mendampingi sopir dalam turut mengamankan arus lalu lintas selama dalam perjalanan. Para penumpang itu kemudian diturunkan di Terminal Mengwi atau Terminal Ubung.
sumber : antarabali