DENPASAR : Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengimbau kepada seluruh warga negara Jepang yang kini sedang berada di Bali sebagai wisatawan, pekerja, maupun pelajar agar tetap tenang.
Imbauan itu ia sampaikan seusai menggelar acara Darma Santi di Rumah Jabatan Gedung Jaya Sabha Denpasar, Sabtu (12/3). Bila ada warga Jepang yang membutuhkan bantuan tentang berbagai informasi, silahkan segera menghubungi konsulat yang ada di Bali.
"Kami akan berupaya untuk menyiapkan informasi melalui Kemenlu (Kementrian Luar Negeri) di Jakarta tentang situasi terakhir di Jepang," katanya.
Gubernur Bali menyampaikan itu karena saat ini banyak wisatawan Jepang berada di Bali. Puluhan wisatawan asal Negeri Sakura yang sedang berlibur di Pulau Dewata tersebut mengaku terkejut mendengar kabar bencana gempa dan tsunami yang melanda negeri mereka.
Kepanikan warga Jepang diyakini bisa membuat mereka mempersingkat waktu kunjungan di Bali karena mereka ingin kembali ke negeri asal. Sekali pun tempat tinggal mereka jauh dari pusat gempa, mereka mempunyai sanak saudara atau sahabat yang bertempat tinggal di daerah pusat gempa. Bila waktu kunjungan dipersingkat, hal itu bisa merugikan pariwisata di Bali.
Imbauan yang sama juga disampaikan kepada seluruh warga Bali yang tinggal di daerah pesisir pantai. Menurut Pastika, kepanikan yang berlebihan justru lebih besar risikonya bila benar-benar terjadi tsunami, karena upaya untuk menyelamatkan diri berakibat fatal. "Makanya saya berharap seluruh warga Bali tetap tenang dan tidak perlu cemas," ujar Pastika.
Imbauan itu ia sampaikan seusai menggelar acara Darma Santi di Rumah Jabatan Gedung Jaya Sabha Denpasar, Sabtu (12/3). Bila ada warga Jepang yang membutuhkan bantuan tentang berbagai informasi, silahkan segera menghubungi konsulat yang ada di Bali.
"Kami akan berupaya untuk menyiapkan informasi melalui Kemenlu (Kementrian Luar Negeri) di Jakarta tentang situasi terakhir di Jepang," katanya.
Gubernur Bali menyampaikan itu karena saat ini banyak wisatawan Jepang berada di Bali. Puluhan wisatawan asal Negeri Sakura yang sedang berlibur di Pulau Dewata tersebut mengaku terkejut mendengar kabar bencana gempa dan tsunami yang melanda negeri mereka.
Kepanikan warga Jepang diyakini bisa membuat mereka mempersingkat waktu kunjungan di Bali karena mereka ingin kembali ke negeri asal. Sekali pun tempat tinggal mereka jauh dari pusat gempa, mereka mempunyai sanak saudara atau sahabat yang bertempat tinggal di daerah pusat gempa. Bila waktu kunjungan dipersingkat, hal itu bisa merugikan pariwisata di Bali.
Imbauan yang sama juga disampaikan kepada seluruh warga Bali yang tinggal di daerah pesisir pantai. Menurut Pastika, kepanikan yang berlebihan justru lebih besar risikonya bila benar-benar terjadi tsunami, karena upaya untuk menyelamatkan diri berakibat fatal. "Makanya saya berharap seluruh warga Bali tetap tenang dan tidak perlu cemas," ujar Pastika.
Penerbangan Bali-Jepang Normal Pascatsunami
Aktivitas penerbangan dari dan ke Jepang di Bandara Ngurah Rai, Bali, kembali normal pascagempa bumi dan tsunami melanda negeri tersebut.
"Memang pada Jumat (11/3) siang penerbangan dari Bandara Internasional Ngurah Rai ke Jepang sempat ditunda. Namun malam harinya (pukul 21.00 Wita) sudah kembali dibuka," kata General Manager PT (Persero) Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai Purwanto saat dihubungi dari Denpasar, Sabtu (12/3).
Ia mengatakan, pada Jumat malam Garuda Indonesia melayani penerbangan ke Jepang menggunakan tiga pesawat. "Maskapai PT Garuda Indonesia itu melayani tujuan Osaka, Nagoya dan Narita, pergi pulang. Pada Sabtu aktivitas penerbangan itu telah normal," katanya.
Purwanto mengatakan, sejak maskapai Jepang (JAL) pada 2010 menutup menerbangan ke Bali, warga atau wisatawan Jepang yang ingin berlibur ke Indonesia dilayani Garuda Indonesia.
"Pascagempa bumi di Jepang, hingga saat ini di Bandara Internasional Ngurah Rai belum ada peningkatan wisatawan Jepang yang hendak balik ke negaranya," ujarnya.
Namun, pada Jumat malam terdapat puluhan wisatawan asal Jepang yang sedang berlibur di Bali mengaku kaget mendengar berita terjadinya gempa bumi yang mengakibatkan tsunami tersebut.
Koji Sato, wisatawan asal Tokyo, mengatakan dirinya sempat kaget mendengar berita tsunami itu. Karena di daerah yang terkena gelombang pasang, seperti Kota Sendai, kerabatnya banyak bekerja di kota tersebut.
"Saya berupaya menghubungi saudara saya yang bekerja di sana via telepon seluler untuk menanyakan keadaan dan keselamatan dirinya, tetapi hingga kini belum bisa dikontak," katanya. (Ant/OL-01)
"Memang pada Jumat (11/3) siang penerbangan dari Bandara Internasional Ngurah Rai ke Jepang sempat ditunda. Namun malam harinya (pukul 21.00 Wita) sudah kembali dibuka," kata General Manager PT (Persero) Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai Purwanto saat dihubungi dari Denpasar, Sabtu (12/3).
Ia mengatakan, pada Jumat malam Garuda Indonesia melayani penerbangan ke Jepang menggunakan tiga pesawat. "Maskapai PT Garuda Indonesia itu melayani tujuan Osaka, Nagoya dan Narita, pergi pulang. Pada Sabtu aktivitas penerbangan itu telah normal," katanya.
Purwanto mengatakan, sejak maskapai Jepang (JAL) pada 2010 menutup menerbangan ke Bali, warga atau wisatawan Jepang yang ingin berlibur ke Indonesia dilayani Garuda Indonesia.
"Pascagempa bumi di Jepang, hingga saat ini di Bandara Internasional Ngurah Rai belum ada peningkatan wisatawan Jepang yang hendak balik ke negaranya," ujarnya.
Namun, pada Jumat malam terdapat puluhan wisatawan asal Jepang yang sedang berlibur di Bali mengaku kaget mendengar berita terjadinya gempa bumi yang mengakibatkan tsunami tersebut.
Koji Sato, wisatawan asal Tokyo, mengatakan dirinya sempat kaget mendengar berita tsunami itu. Karena di daerah yang terkena gelombang pasang, seperti Kota Sendai, kerabatnya banyak bekerja di kota tersebut.
"Saya berupaya menghubungi saudara saya yang bekerja di sana via telepon seluler untuk menanyakan keadaan dan keselamatan dirinya, tetapi hingga kini belum bisa dikontak," katanya. (Ant/OL-01)
sumber : MICOM