AMLAPURA - Masih ingat Jro Mangku Bon, 72, warga Desa Pakraman Pucang, Banjar Dinas Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem?
Jro mangku yang bikin heboh setelah beberapa kali nekat naik ke puncak Gunung Agung (GA) yang sedang erupsi pada tahun 2017 lalu ini, rumahnya kini mengalami kerusakan parah akibat diguncang gempa bumi pada, Minggu (5/8) lalu.
Pantauan di lokasi, rumah Jro Mangku Bon alami rusak berat. Temboknya jebol, atap berserakan, dan dinding bangunan lainnya juga berjatuhan. Pasca kerusakan rumah yang dialaminya akibat guncangan gempa itu, Jro Mangku Bon tinggal di rumah keponakannya di Banjar Pucang. Selama ini Jro Mangku Bon tinggal sendirian di lereng Gunung Agung, cukup jauh dari pusat permukiman Banjar Pucang.
Dekatnya lokasi rumah Jro Mangku Bon dengan Gunung Agung sehingga memudahkannya melakukan aktivitas spiritual, salah satunya mendaki Gunung Agung. Kabar rusaknya rumah Jro Mangku Bon pun menyentuh hati para donator untuk meringankan bebannya. Salah satunya, Yayasan Sale Men Indonesia pimpinan Mr Robert. Mereka memberikan bantuan bahan bangunan dan sembako.
Penyerahan bantuan berlangsung di kediaman Jro Mangku Bon di Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Sabtu (8/9) pukul 10.30 WITA.
Nampak hadir saat penyerahan bantuan, Perbekel Ban I Wayan Potag, Kelian Banjar Pucang Jro Gede Kariarta, petugas Babinsa (Bintara Pembina Desa) Ban Sertu Dua Adolpino, Babinkamtibmas Desa Ban, Relawan Pasebaya Agung Karangasem dikoordinasikan I Komang Eka Semara Putra, relawan dari ORARI Karangasem dan yang lainnya.
Relawan Eka Semara Putra memotivasi Jro Mangku Bon, agar tetap tabah menghadapi cobaan bencana alam. "Semoga dengan adanya bantuan, rumah Jro Mangku Bon, cepat berdiri, dan bisa ditempati," jelas Eka Semara Putra.
Jro Mangku Bon berterima kasih kepada pihak yang peduli atas bencana dideritanya, baik kepada yayasan, relawan dan pemerintah terkait lainnya. "Bantuan material bangunan bagi kami sangat membantu, apalagi ditambah dapat bantuan sembako," jelas Jro Mangku Bon.
Jro Mangku Bon, tercatat telah 33 kali mendaki Gunung Agung sejak tahun 1963, termasuk 4 kali mendaki selama Gunung Agung berstatus awas. Jro Mangku Bon menuturkan, saat mendaki tahun 1963 dengan tahun 2018 katanya, ada perbedaan terkait erupsi Gunung Agung. Tahun 1963 sebelum terjadi letusan berupa lelehan lava pijar, ditandai rentetan gempa besar. Kali ini sejak Jumat (22 September 2017), belum pernah ada gempa sedahsyat tahun 1963. Itu artinya, belum sepenuhnya Gunung Agung bisa dibilang meletus.
"Itulah sebabnya, saya tetap tinggal di lereng Gunung Agung," jelas Jro Mangku Bon yang tinggal di Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, 3 kilometer dari kawah Gunung Agung. Walau tinggal 3 kilometer dari kawah Gunung Agung yang merupakan KRB III, rawan kena hujan abu, hujan pasir, dan gas beracun, hal itu tidak pernah dirisaukannya.
sumber : nusabali