SINGARAJA - Rencana untuk memindahkan para pengungsi korban Gunung Agung yang kini berada Desa Tembok (Kecamatan Tejakula, Buleleng) dari tenda pengungsian Desa Les (Kecamatan Tejakula, Buleleng), terancam gagal terwujud. ‘Daripada Pindah, Lebih Baik Pulang’.
Masalahnya, para pengungsi rata-rata enggan pindah lokasi pengungsian, dengan beragam alasan. Pengungsi korban bencana Gunung Agung asal desa-desa wilayah Kecamatan Kubu, Karangasem yang kini mengungsi di Desa Tembok dan Desa Les rencananya akan dipindahkan secara bertahap, mulai Jumat (6/10) pagi ini. Pengungsi yang dipindah lebih awal adalah mereka yang menempati tenda pengungsian di Desa Les.
Secara keseluruhan, ada 1.750 jiwa yang tumplek di tenda pengungsian Desa Les, Sebagian besar dari mereka asal Desa Ban, Kecamatan Kubu. Mereka rencananya akan disebar ke sejumlah desa terdekat di Kecamatan Tejakula. Untuk memperlancar pemindahan, Satgas Penanggulangan Pengungsi Gunung Agung Kabupaten Buleleng akan siapkan sejumlah kendaraan Truk milik OPD Pemkab Buleleng.
Namun, upaya pemindahan pengungsi, hari ini, terancam sulit terwujud. Sebab, pengungsi rata-rata enggan pindah lokasi pengungsian. Ada yang berdalih karena keluarga besar, hingga khawatir tidak tertampung semua di tempat barunya. Ada pula yang mengaku khawatir jika dipindah, nanti mereka tidak mendapat pelayanan maksimal. Maka, daripada pindah lokasi pengungsian, lebih baik pulang ke kampung halaman.
“Yen tiyang buin pindah, niki tiyang nak satu dadia satu tenda, nyanan tempatne cupek, sing cukup. Daripada pindah, adenan tiyang mulih balik ke Karangasem. (Kalau saya dipindah lagi, kami ini satu dadia di tenda, nanti di tempat baru sempit, pasti tidak cukup. Daripada dipindah, mendingan balik lagi ke Karangasem, Red),” ujar Gede Arya, pengungsi asal Banjar Pengalusan, Desa Ban, di tenda pengungsian Desa Les, Kamis (5/10).
Paparan senada disampaikan Nyoman Meni. Dirinya justru khawatir kalau dipindah ke tempat lain, nanti tidak lagi mendapat pelayanan maupun makanan. Lagipula, ternak sapinya yang sudah ditampung di dekat tenda pengungsian Desa Les, tidak bisa terurus.
“Men pindah, nyen lakar maang makan? Mimbuh sing megae tiyang niki, nyen kal maang bantuan? Sampi tiyange masi ade di pos pengungsian. Tiyang nunas apang tetap iriki (Jika dipindah, siapa yang ngasi makan? Apalagi kami tidak bekerja di sini, siapa yang akan memberikan bantuan? Sapi saya juga masih di pos pengungsian. Kalau boleh saya meminta biar tetap disini saja),” kata Nyoman Meni.
Beda lagi alasan Wayan Bunter, pengungsi lainnya asal Desa Ban. Wayan Bunter mengaku akan mengikuti keinginan keluarga besarnya. Jika keluarga sepakat pindah, maka dirinya akan ikut. Sebaliknya, jika tidak sepakat, itu artinya dia akan bertahan di tenda pengungsian Desa Les. “Pokoknya saya ikut keluarga besar saja. Kalau sepakat pindah, ya ikut, kalau mereka tidak mau pindah ya saya diam,” tegas Wayan Bunter.
Sementara itu, Camat Tejakula, Nyoman Widiartha, mengaku sudah berkoordinasi dengan Camat Kubu dan Perbekel Ban--asal warga pengungsi di tenda pengungsian. Dalam pemindahan pengungsi itu, para pihak dari Kecamatan Kubu dan Desa Ban akan dilibatkan untuk ikut memberi penjelasan.
“Kita sudah sempat rapatkan, nanti Camat Kubu dan Perbekel Ban serta tokoh-tokoh dari Desa Ban akan kita libatkan untuk pemindahan pengungsi. Memang kita akui kendalanya di situ (tidak mau pindah, Red), tapi kita akan terus berupaya mensosialisasikan dan mengajak warga agar bersedia pindah,” terang Camat Widiartha, Kamis kemarin.
Sedangkan Perbekel Ban, Wayan Potag, yang ditemui di lokasi pengungsian kemarin, mengaku sudah mengetahui rencana pemindahan warganya. Dia sangat setuju dengan pemindahan itu, agar pengungsi mendapat tempat yang lebih layak. Namun dirinya tidak bisa memaksakan kehendak. “Saya selaku Kepala Desa Ban, setuju jika tempat penampungan yang baru lebih layak dari ini. Terpenting, semua pengungsi sepakat untuk pindah. Nanti jika dipaksakan, takutnya mereka lebih memilih pulang ke Karangasem ketimbang direlokasi ke tempat yang baru. Kan kami juga yang repot,” kata Perbekel Wayan Potag.
sumber : nusabali