Ketut Teneng, 3 birokrat yang juga masuk bursa tandem Sudikerta adalah Ketut Rochineng, Tjok Pemayun, dan Dewa Puspaka. 4 Tokoh Birokrasi Bersaing Jadi Cawagub Pendamping Sudikerta |
Pasangan I Ketut Sudikerta-Ni Made Ayu Putri Pastika (Paket Kerta-Ayu) dipastikan lenyap dari simulasi Cagub-Cawagub Bali di internal Golkar, lantaran Gubernur Made Mangku Pastika tidak merestui munculnya sang istri dalam pergulatan politik menuju Pilgub Bali 2018. Setelah Paket Kerta-Ayu minggir, muncul nama Inspektur Provinsi Bali, I Ketut Teneng, dalam bursa Cawagub pendamping Sudikerta.
Sumber NusaBali di lingkaran Golkar menyebutkan, Ketut Teneng merupakan satu dari tiga birokrat Pemprov Bali yang masuk bursa kandidat tandem Sudikerta. Dua tokoh birokrasi lainnya sudah lebih dulu masuk bursa, yakni I Ketut Rochineng dan Tjokorda Ngurah Pemayun.
Ketut Rochineng adalah birokrat asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng yang kini menjabat Kepala badan Kepegawaian daerah (BKD) Provinsi Bali. Sedangkan Tjok Pemayun merupakan birokrat asal Puri Madangan, Desa Petak, Gianyar yang kin i menjabat Sekda Provinsi Bali. Sebaliknya, Ketut Teneng adalah birokrat asal Desa Les, Kecamatan Tekajula, Buleleng yang kini menjabat Kepala Inspektorat (Inspektur) Provinsi Bali.
Selain trio Ketut Teneng, Ketut Rochineng, dan Tjok Pemayun, ada satu lagi tokoh birokrasi dari Pemkab Buleleng yang masuk bursa tandem Sudikerta (Ketua DPD I Golkar Bali) di posisi Cawagub Bali. Dia adalah Dewa Ketut Puspaka, birokrat asal Desa Ringdingkit, Kecamatan Seririt yang kini menjabat Sekda Buleleng.
Menurut sumber tadi, Ketut Teneng masuk bursa menyusul di-delete-nya Paket Kerta-Ayu, lantaran tidak direstui Gubernur Pastika. “Ketut Teneng masuk dalam bursa survei Golkar untuk posisi Cawagub Bali dari unsur birokrasi,” ujar sumber tersebut, Jumat (31/3).
Sekadar dicatat, sebelumnya Sudikerta sempat mengatakan Ketut Teneng sebenarnya pertama kali masuk bursa untuk disimulasikan sebagai Cawagub Bali. Namun, Teneng langsung menolak diikutkan dalam survei simulasi, karena pilih fokus dengan tugasnya di pemerintahan.
Kini, setelah Paket Kerta-Ayu mental, Teneng kembali masuk bursa. Teneng dinilai sebagai representasi pemetaan wilayah Bali Utara (Buleleng) yang memiliki kantong suara yang bisa mendukung kemenangan Cagub-Cawagub. Selain itu, Teneng adalah birokrat berpengalaman dalam pemerintahan, terutama dengan jabatan sebelumnya sebagai Karo Humas Setda Provinsi Bali dan kini Kepala Inspektorat. Provinsi Bali.
Teneng juga punya pengalaman di politik, karena sempat menjadi Kosgoro---salah satu Kino Pendiri Golkar. “Teneng ini seniornya Sudikerta di Kosgoro Bali tahun 1990-an. Nah, pasca reformasi, Sudikerta terjun ke partai politik, sementara Teneng fokus di birokrasi,” ujar sumber tersebut.
Siapkan Ketut Teneng? Saat dimonfirmasi NusaBali, Jumat kemarin, Teneng mengatakan sejak awal dirinya tidak mau diikutkan survei kandidat Cawagub. “Saya bilang ke Pak Wagub (Wakil Gubernur Ketut Sudikerta, Red) secara langsung ketika ditawari akan diikutkan survei, intinya saya tidak mau,” papar Teneng.
Menurut Teneng, terjun ke politik harus punya 4 syarat. Pertama, menguasai medan (dunia politik secara aktif). Kedua, punya kemampuan (kecerdasan dan akademis). Ketiga, memiliki finansial (uang). Keempat, memiliki massa (orang).”Kalau saya sendiri tidak ada ambisi untuk menjadi Wakil Gubernur, karena saya ini mengukur diri-lah,” tandas Teneng.
Dikonfirmasi terpisah, Jumat kemarin, Ketut Rochineng mengaku hanya menunggu ‘wahyu’ terkait kesiapannya untuk maju sebagai Cawagub Bali ke Pilgub 2018 mendatang. Wahyu yang dimaksud Rochineng adalah petunjuk dari pimpinannya, yakni Gubernur Pastika. ”Tunggu petunjuk Pak Gubernur saja. Kan kalau maju harus ada lampu hijau atau izin pimpinan, ya Pak Gubernur pimpinan kita,” tukas Rochineng.
Menurut Rochineng, masuk dunia politik sudah dirasakannya saat Pilkada Buleleng 2017 lalu. “Tawaran menjadi Calon Bupati saat Pilkada Buleleng sudah ada. Tapi, kalau tidak ada lampu hijau pimpinan, ya nggak maju. Saya tetap jadi PNS,” tegas birokrat yang juga penyanyi Pop Bali ini.
Sebaliknya, Tjok Pemayun tidak menanggapi banyak soal namanya masuk bursa Cawagub pendamping Sudikerta. “Kalau saya terserah yang di atas saja (Tuhan). Kalau sudah yang di atas berkehendak, kita tidak bisa mengelak. Saya tidak mau bahas Pilgub saat ini,” tegas Tjok Pemayun yang notabene pucuk pimpinan birokrasi di Pemprov Bali.
Sementara itu, Sekretaris DPD I Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry, mengatakan kader Beringin berharap figur Cawagub yang diusung nanti bisa mendongkrak suara buat Cagub di Pilgub Bali 2018. Karenanya, yang layak ditandemkan dengan Sudikerta adalah figur dari unsur non kader.
“Bisa dari tokoh independen, birokrat, bisa juga TNI/Polri. Dan, figur Cawagub itu harus punya kemauan, kemampuan, dan kecocokan (chemistry) dengan Cagub. Dari kriteria itu, maka Cagub nanti mengusulkan 3 kandidat Cawagub ke DPP Golkar untuk ditetapkan salah satunya. Siapa-siapa saja itu, ya Cagub nanti menentukan 3 kandidatnya yang akan dibawa ke DPP Golkar,” ujar Sugawa yang juga Wakil Ketua DPRD Bali, Jumat kemarin.
Semula, Paket Kerta-Ayu sempat menyeruak sebagai salah satu pasangan yang dijagukan maju ke Pilgub Bali 2018 dari internal Golkar, selain pasangan Ketut Sudikerta-IB Rai Dharmawijaya Mantra, Ketut Sudikerta-Ketut Rochineng, Ketut Sudikerta-Dewa Ketut Puspaka, dan Ketut Rochineng-Tjok Pemayun. Namun, suami dari Ayu Pastika, yakni Gubernur Pastika, tidak mersetui istrinya tarung ke Pilgub Bali 2018, karena tak mau disebut haus kekuasaan.
Pastika menegaskan, dirinya tidak pernah merestui Paket Kerta-Ayu yang menggelinding di internal Golkar. Pastika juga tidak pernah memberikan lampu hijau kepada istrinya. Pastika pun sudah menelepon Ketua DPD I Golkar Bali, Ketut Sudikerta, atas munculnya Paket Kerta-Ayu.
“Saya tidak mau dicap haus kekuasaan, jadi saya tak mau bangun politik dinasti. Saya tidak pernah menyuruh, meminta, merestui anak saya, istri saya, pokoknya keluarga saya untuk maju berpolitik, apalagi maju tarung ke Pilgub Bali 2018,” tegas Pastika kepada NusaBali di Denpasar, Kamis (30/3).
sumber : nusabali