SINGARAJA - Korban Made Sudiarsa menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di ICU RSUD Buleleng di Singaraja. Begitu menghembuskan napas terakhir, jenazah Made Sudiarsa langsung dibawa pulang oleh keluarganya ke rumah duka, Banjar Mekar Sari, Desa Pakraman Bukti. Rencananya, jenazah almarhum akan dimakamkan dengan prosesi ritual Makingsan ring Gni di Setra Desa Pakraman Bukti pada Saniscara Paing Menail, Sabtu (3/12) mendatang.
Sedangkan tiga korban penyakit misterius asal sekampung lainnya, hingga Senin kemarin masih dirawat di dua rumah sakit berbeda di Singaraja. Dua dari mereka yang masih keluarga almarhum Made Sudiarsa, menjalani perawatan di Ruang Sandat RSUD Buleleng, yakni I Ketut Sumertayasa, 30 (keponakan dari Made Sudiarsa) dan I Gede Budiana (kakak ipar dari Ketut Sumertayasa). Sementara satu korban penyakit misterus lagi, I Komang Budiarta, 46, masih dirawat di RS TNI AD Singaraja.
Almarhum Made Sudiarta berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta, Ni Wayan Kartini, 40, serta empat anak. Dua dari empat anaknya sudah bekerja, masing-masing I Putu Eka Saputra, 21, dan I Kadek Dwi Wisnu Spautra, 20.
Sebelum akhirnya berpulang buat selamanya, almarhum Made Sudiarsa sempat selama sepekan dirawat di RSUD Buleleng. Almarhum sebelumnya dilarikan ke RSUD Buleleng, Senin (21/11) sore, bersamaan dengan sang keponakan, Ketut Sumertayasa, dan Komang Buiarta yang dirawat terpoisah di RS TNI AD Singaraja. Sedangkan korban Gede Budiana baru dibawa ke RSUD Buleleng dua hari berselang, Rabu (23/11). Keempat warga Desa Bukti ini dilarikan ke rumah sakit dengan gejala yang sama: demam, muntah, kejang-kejang, dan kerap berontak.
Almarhum Sudiarsa awalnya tidak menderita sakit apa pun. Menurut cerita salah seorang kerabatnya, Wiwik Pastiningsih, sebelum jatuh sakit misterius, Sudiarsa yang bekerja sebagai nelayan masih sempat berangkat melaut, Minggu (20/11) dinihari pada pukul 04.00 Wita. Sepulang dari melaut pukul 09.00 Wita, Sudiarsa mengeluh sakit kepala berat.
Sore harinya, bidan desa sempat menyambangi kediaman Sudiarta untuk bantu mere-dakan sakit kepalanya. Namun, upaya bidan desa tidak berhasil. Malamnya, Sudiarsa memanggil kerabatnya, Gede Budiana, untuk memijatnya. “Kebetulan, Gede Budiana dikenal sebagai tukang pijat refleksi,” cerita Wiwik Pastiningsih di rumah duka, Senin kemarin.
Sayangnya, upaya pijat tersebut pun tidak membuahkan hasil. Sakit kepala yang dialami Sudiarsa semakin menjadi. Sampai akhirnya kondisi Sudiarsa memburuk, Senin pagi. Korban mulai bersikap tidak wajar, seperti suka berontak hingga melepas pakaiannya.
“Paginya ketika ditinggal ke warung oleh sang istri, almarhum mulai menunjukkan tindakan yang tidak masuk akal. Misalnya, mencabik-cabik bantal dengan tangan melucuti pakaiannya seperti orang kebingungan,” kenang Wiwik. Sejak itu pula, Sudiarsa tidak mmapu lagi berkata-kata dan pandangannya sangat kosong.
Ketika penyakitnya kumat, tenaganya untuk berontak sangat besar, padahal almarhum tidak makan dan minum sejak hari Minggu. Senin sore, almarhum Sudiarsa kemudian diajak ke RSUD Buleleng, bersamaan dengan keponakannya, Ketut Sumertayasa, dan Komang Budiarta yang dibawa ke RS TNI AD Singaraja. Dua hari setelah almarhum Sudiarsa dilarikan ke rumah sakit, korban Gede Budiana yang sempat diminta bantuan pijat refleksi, ikut kena penyakit misterius hingga dibawa pula keluarganya ke RSUD Buleleng hari Rabu. Bedanya, dari empat korban penyakit misterius ini, almarhum Sudiarsa yang kondisinya paling parah dan koma sejak awal dibawa ke rumah sakit hingga dirawat di Ruang ICU.
Kepala Desa (Perbekel) Bukti, I Gede Wardana, yang masih ada hubungan keluarga dengan almarhum Sudiarsa, juga mengaku bingung dengan penyakit yang diderita empat warganya. Perbekel Wardana mengaku sudah melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berwenang, dengan harapannya segera mendapatkan solusi dan penanganan yang tepat atas serangan penyakit misterius ini.
“Saya juga bingung, karena kasus seperti ini tumben terjadi. Munculnya pun tiba-tiba, dengan gejala yang sama pula. Padahal, keempat warga kami yang terserang penyakit aneh ini tinggal berjauhan,” ujar Perbekel Wardana di rumah duka, Senin kemarin.
Hingga Senin kemarin, penyebab pasti penyakit misterius ini belum diketahui. Meski para korban sudah sempat menjalani CT Scan, namun hasilnya tidak ada menunjukkan virus maupun penyakit yang di bagian kepala. Semula, pihak keluarga berencana melakukan tes darah dan tes urine kepada korban Sudiarsa di Prodia, Senin kemarin. Namun, rencana itu dibatalkan, karena almarhum keburu meninggal.
Dikonfirmasi secara terpisah, Senin kemarin. Wakil Direktur Pelayanan RSUD Buleleng, dr Putu Sudarsana SPPoG, membenarkan pihaknya belum bisa pastikan penyebab penyakit yang diderita tiga pasien asal Desa Bukti tersebut. Untuk mengetahuinya, harus dilakukan proses lumbal fungsi, yakni pengambilan cairan sumsum tulang belakang pasien.
“Rencananya memang dilakukan lumbal fungsi. Pihak rumah sakit memutuskan akan tanggung biaya untuk biaya lumbal fungsi dua pasien yang masih dirawat, Ketut Sumertayasa dan Gede Budiana,” papar dr Sudarsana.
sumber : nusabali