Lakalantas maut yang menimpa 6 siswa SMPN Bebandem ini terjadi di jalan raya Banjar Butus, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Jumat pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Ketika itu, 6 siswa korban lakalantas naik 4 sepeda motor berboncengan ke arah utara, sepulang dari sekolah yang berlokasi tak jauh dari TKP. Saat konvoi itulah, mereka diseruduk kendaraan besar akibat truk nopol DK 9503 KB yang melaju zigzag dari arah berlawanan dalam kondisi rem blong. Para korban langsung bergelimpangan di jalan dalam kondisi bersimbah darah.
Dua di antara siswa SMPN Bebandem yang tengah bersiap menghadapi UN ini tewas, sementara 4 korban lainnya luka serius. Bahkan, sebagian korban luka berat harus dirujuk ke RS Sanglah, Denpasar. Dua korban tewas dalam lakalantas maut pagi itu masing-masing Ni Nengah Sudiani, 14 (siswi Kelas IX E SMPN Bebandem asal Banjar Bukit Paon, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem) dan I Wayan Sulatra, 15 (siswa Kelas IX C SMPN Bebandem asal Banjar Nangka, Desa Bhuana Giri). Korban Nengah Sudiani yang diketahui sebagai anak yatim, langsung tewas di tempat dengan kondisi luka berat di beberapa bagian tubuh, bahkan kepalanya sampai pecah. Jasad Nengah Sudiani kemarin sempat dibawa ke RSUD Karangasem di Amlapura untuk proses pemeriksaan, sebelum dijemput keluarganya untuk disemayamkan di rumah duka. Sementara korban Wayan Sulatra, yang juga mengalami kepala pecah, tewas dalam perjalanan menuju RS Sanglah, Denpasar.
Sedangkan empat siswa yang mengalami luka dalam lakantas ini masing-masing Ni Luh Yuniasih, 15 (siswi Kelas IX E SMPN Bebandem asal Banjar Tanah Aron, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem), I Gede Durita, 15 (siswa IX C SMPN Bebandem asal Banjar Nangka, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem), I Wayan Oka, 15 (siswa Kelas IX C SMPN Bebandem asal Banjar Bukit Paon, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem), dan I Wayan Juwita, 15 (siswa Kelas IX C SMPN Bebandem asal Banjar Nangka, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem). Selain empat siswa SMPN Bebandem, ada lagi satu korban luka berat dalam lakalantas tersebut. Dia adalah Vitalis Wendi Minawomin, 43, sopir truk pasir maut DK 9503 KB. Sopir truk asal Kupang, NTT yang tinggal di Denpasar ini mengalami luka berat karena kendaraannya juga menabrak truk DK 9597 GV yang dikemudikan I Wayan Bakti, 33, dari arah berlawanan. Truk pasir yang dikemudikan Vitalis Wendi Minawomin remuk di bagian depan. Sopir Vitalis Wendi Minawomin yang luka parah pun ikut dilarikan ke RS Sanglah, Denpasar untuk menjalani perawatan intensif bersama para korban lainnya dari SMPN Bebandem. Namun, dari empat siswa SMPN Bebandem yang terluka, dua di antaranya hanya menjalani perawatan di RSUD Karangasem karena lukanya tidak terlalu berat, yakni Ni Luh Yuliani dan I Wayan Oka (menderita patah kaki kiri).
Sedangkan dua siswa korban lakalantas lainnya yang harus dirujuk ke RS Sanglah adalah I Gede Durita (mengalami patah kaki kanan, luka di sekujur tubuh, luka mata kiri), I Wayan Juwita (luka serius di beberapa bagian tubuhnya). Tragedi yang menimpa 6 siswa kelas III SMPN Bebandem ini berawal dari adanya pengumuman persiapan UN di sekolahnya, Jumat pagi. Bersama 108 siswa kelas III SMPN Bebandem lainnya, mereka kemarin ke sekolah untuk dapat pengarahan dari Kepala Sekolah (Kasek) I Nyoman Lipur. Dalam arahan Kasek, seluruh siswa kelas III diwajibkan datang ke sekolah, Sabtu (20/4), untuk mengikuti upacara persembahyangan bersama di palinggih Padmasana. Persembahyangan ini digelar sebagai bagian upaya mohon anugerah jelang UN SMP, yang akan dimulai Senin (22/4) lusa. Sekitar pukul 10.00 Wita, seluruh siswa kelas III SMPN Bebandem yang berlokasi di Banjar Butus, Desa Bhuana Giri pulang ke rumah masing-masing. Nah, 6 korban naik 4 sepeda motor berboncengan ke arah utara.
Musibah terjadi saat para korban yang konvoi memasuki lokasi TKP dekat Galian C GMT (Gusti Made Tusan). Saat itu, iring-iringan empat sepeda motor tersebut membuntuti truk kosong DK 9597 GV yang dikemudikan I Wayan Bakti, 33, sopir asal Banjar Tengah, Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Karangasem. Tiba-tiba, dari arah berlawanan (utara) muncul truk DK 9503 KB pengangkut pasir yang dikemudikan Vitalis Wendi Minawomin. Truk bermuatan pasir ini melaju zigzag diduga karena mengalami rem blong. Truk yang melaju zigzag ini pun menghantam truk nopol DK 9597 GV yang melaju dari arah berlawanan, bersis di depan konvoi para siswa SMPN Bebandam. Akibatnya, truk kosong yang dikemudikan Wayan Bakti berputar hingga posisinya balik arah ke selatan. Saat berputar itulah badan truk menyapu empat sepeda motor anak-anak
SMPN Bebandemm, hingga dua di antaranya tewas dan empat korban lagi terluka. Korban Luh Yuniasih, yang terluka di kepala dan kaki, mengaku tidak menyangka akan terjadi musibah seperti itu. “Saat itu, saya boncengan dengan Nengah Sudiani (siswi yang tewas di tempat). Motor yang saya tumpangi berada di posisi nomor tiga dalam iring-iringan,” cerita Luh Yuniasih saat ditemui dalam perawatan di IRD RSUD Karangasem, Jumat kemarin. “Kami jatuh semua karena dihantam truk kosong memutar yang diseruduk truk dari arah berlawanan. Saya sendiri terpental ke aspal sebelah kiri,” lanjut Luh Yuniasih yang kemarin ditunggui ibundanya, Ni Ketut Siti, di rumah askit.
SMPN Bebandemm, hingga dua di antaranya tewas dan empat korban lagi terluka. Korban Luh Yuniasih, yang terluka di kepala dan kaki, mengaku tidak menyangka akan terjadi musibah seperti itu. “Saat itu, saya boncengan dengan Nengah Sudiani (siswi yang tewas di tempat). Motor yang saya tumpangi berada di posisi nomor tiga dalam iring-iringan,” cerita Luh Yuniasih saat ditemui dalam perawatan di IRD RSUD Karangasem, Jumat kemarin. “Kami jatuh semua karena dihantam truk kosong memutar yang diseruduk truk dari arah berlawanan. Saya sendiri terpental ke aspal sebelah kiri,” lanjut Luh Yuniasih yang kemarin ditunggui ibundanya, Ni Ketut Siti, di rumah askit.
Kasek SMPN 3 Bebandem, I Nyoman Lipur, mengaku pihaknya amat terkejut atas musibah dialami enam anak didiknya. Apalagi, musibah ini terjadi hanya berselang tiga hari menjelang pelaksanaan UN SMP. Gara-gara musibah tersebut, enam siswa yang mengalami lakalantas dipastikan tak bisa ikut UN SMP, apalagi dua di antaranya tewas. “Jadinya, jika UN dilaksanakan hari Senin, dari total 114 siswa kelas III di SMPN Bebandem, dipastikan hanya 108 yang bisa ikut,” tutur Kadek Nyoman Lipur saat melayat ke rumah duka korban tewas Ni Nengah Sudiani di Banjar Bukit Paon, Desa Pakraman Bhuana Giri, Jumat siang. Salah satu korban tewas, Ni Nengah Sudiani, diketahui sebagai siswi yatim. Sebab ayahnya, I Wayan Resep, telah lama meninggal dunia. Selama ini, Nengah Sudiani tinggal bersama ibunya, Ni Nyoman Srimben, dan lima saudaranya. Hingga Jumat kemarin, jenazah Nengah Sudiani masih disemayamkan di rumah duka.
“Belum tahu kapan akan dikuburkan, karena masih menunggu keluarga klop pulang,” ujar kakak korban, I Gede Sukarta. Sementara itu, sopir truk Wayan Bakti mengaku tidak mengetahui pasti, apakah truk miliknya yang menghantam enam siswa SMPN Bebandem ini hingga menelan korban jiwa. “Yang jelas, truk saya ditabrak truk pasir, kemudian berputar balik arah,” tutur Wayan Bakti. Hingga Jumat kemarin, polisi baru menetapkan satu tersangka dalam lakalantas maut yang menewaskan dua siswa SMPN Bebandem ini. Tersangka tersebut adalah Vitalis Wendi Minawomin, sopir truk pasir nopol DK 9503 KB yang jadi pemicu kecelakaan. Tersangka Vitalis Wendi Minawomin sendiri harus dilarikan ke RS Sanglah karena mengalami cedera leher cukup serius. Sebelum dilarikan ke RS Sanglah, sopir asal Kupang ini sempat mengakui truk yang dikemudikannya mengalami rem blong. ”Memang remnya blong, terasa dari jauh. Saya berusaha menghindar tapi tidak bisa,” tutur Vitalis Wendi.
sumber : NusaBali