Senin, 04/02/2013 07:09
Menurut Sekretaris DPD PDIP Bali, Nyoman Adi Wiryatama, Megawati dijadwalkan akan tiba di Bali, Senin pagi ini dan langsung memberikan briefing kepada pengurus PDIP terkait pelaksanaan Pilgub 2013. Briefing rencananya di kediaman pribadi keluarga Megawati di Vila Cucukan, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. “Ya, rencananya Ibu tiba di Bali besok pagi (hari ini). Itu pun masih tentatif, baru rencana,” ujar Adi Wiryatama saat dikonfirmasi, Minggu (3/2). Ditanya apakah Megawati datang untuk menyelesaikan persoalan rekomendasi Cagub-Cawagub Bali, Adi Wiryatama mengatakan semuanya belum jelas. “Yang pasti, Ibu turun memberikan pengarahan untuk kader. Kalau rekomendasi, saat pendaftaran calon ke KPU nanti sudah pasti.
Ditambahkan Adi Wiryatama, Rakerdasus PDIP baru akan dilaksanakan setelah proses pendaftaran Cagub-Cawagub yang diusung partainya ke KPU Bali. Dalam Rakerdasus nanti, tidak lagi menjaring paket calon. “Makanya dilaksanakan setelah pendaftaran calon. Rakerdasus nanti cuma mendengarkan visi-misi kandidat, sekalian konsolidasi,” jelas mantan Bupati Tabanan dua kali periode ini. Informasi lain di internal PDIP, paket Cagub-Cawagub partai besutan Megawati baru akan didaftarkan ke KPU pada hari terakhir, 6 Februari 2013 nanti. Siapa yang diusung PDIP sebagai Cagub-Cawagub, sampai saat ini belum jelas, meskipun Ketua DPD PDIP Bali AA Ngurah Oka Ratmadi alias Cok Rat menyebutkan paket AA Ngurah Puspayoga-Putu Agus Suradnyana (paket PAS). Sedangkan Wakil Ketua Bidang Organisasi DPD PDIP Bali, Wayan Sutena, mengatakan masalah rekomendasi Cagub-Cawagub tidaklah diributkan lagi. Bagi PDIP, kata Sutena, rekomendasi hanya sebuah jalan dan proses. Siapa pun yang direkomendasi sebagai Cagub-
Cawagub ke Pilgub Bali, 15 Mei 2013 mendatang, kader pasti akan mendukungnya.
Cawagub ke Pilgub Bali, 15 Mei 2013 mendatang, kader pasti akan mendukungnya.
“Kami bukan partai yang berambisi kekuasaan. Proses dan mekanisme jalan, siapa pun nanti yang diusung itu, mesin partai sudah siap. Seluruh kader jangan sampai terkotak-kotak-lah,” ujar Sutena yang juga Ketua Tim Penjaringan dan Penyaringan Calon DPD PDIP Bali saat dikonfirmasi terpisah, Minggu kemarin. Sementara, anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Made Arjaya menyebutkan belum kunjung jelasnya rekomendasi Cagub-Cawagub bukanlah keterlambatan, meskipun pendaftaran calon ke KPU sudah akan ditutup per 6 Februari. Arjaya menegaskan, rekomendasi paket calon yang lahir menjelang penutupan pendaftaran ke KPU Bali merupakan proses alot yang memang benar-benar menjadi sebuah pertimbangan matang DPP PDIP. “Saya melihat ini bukan sebuah keterlambatan, namun proses pengambilan keputusan yang terencana dan matang. Tapi bagi kami, siapa pun nanti yang diusung partai, kita sudah siap memenangkannya,” tandas politisi muda PDIP yang juga Ketua Komisi I DPRD Bali dua kali periode ini. Sebagai pekerja partai, Arjaya menyatakan dirinya akan semaksimal mungkin bekerja. “Besok dikeluarkan rekomendasi Cagub-Cawagub, besok pula kami sudah gerak untuk mensosialisasikannya. Kita sudah siap tempur,” katanya meyakinkan. Di sisi lain, pengamat politik Nyoman Wiratmaja menilai dominasi PDIP di Bali bukanlah jaminan untuk memenangi Pilgub 2013. PDIP memang mendominasi 7 dari 9 kursi Bupati/Walikota di Bali, namun pertarungan Pilgub tidaklah sama dengan mengeroyok satu kabupaten. Menurut Wiratmaja, di kalangan internal PDIP juga terjadi persoalan dan para Bupati/Walikota kesulitan untuk mengelola daerahnya sendiri.
Wiratmaja melihat, belum kunjung turunnya surat rekomendasi Cagub-Cawagub Bali dari DPP PDIP menunjukkan adanya tarik menarik di internal partai besutan Megawati. “Tarik menarik ini terjadi karena tidak ada kadernya yang menonjol dan bisa menyaingi Made Mangku Pastika yang diusung Golkar-Demokrat bersama partai koalisinya,” jelas Wiratmaja dilansir Antara secara terpisah, Minggu kemarin. "Ini yang menjadi persoalan serius bagi mereka (PDIP). Mudah-mudahan ada figur pengintegrasi di internal PDIP. Jika tidak, perselisihan akan terus meruncing. Apalagi, di beberapa daerah juga terjadi perpecahan PDIP," imbuhnya. Persoalan seperti sekarang, lanjut Wiratmaja, akan menjadi tantangan serius bagi PDIP ke depan jika hanya terus mengandalkan figur-figur tradisional, tanpa melakukan pengaderan yang baik. "Kualitas figur sangat menentukan di Pilkada, beda sekali dengan di Pemilu Legislatif di mana calon cukup hanya bermain di satu Dapil dan mengolah beberapa desa." Wiratmaja kemudian mencontohkan kemenangan Jokowi di Pilgub DKI Jakarta 2012 lalu, yang lebih disebabkan faktor kualitas dan integritas pribadi, bukan oleh faktor PDIP sebagai pengusung. "Karena itu, PDIP Bali juga harus cerdas melihat situasi," tandas Wiratmaja.
Wiratmaja sendiri tidak memungkiri salah satu kekuatan PDIP di Bali adalah memiliki pemilih tradisional hingga 30 persen. Kelompok ini memilih tanpa melihat figur yang diusung, tapi yang penting PDIP-nya. Wiratmaja juga menggarisbawahi, kasus Pilgub Bali 2013 ini termasuk sangat unik. "Soalnya, sampai pada proses pendaftaran calon dari partai dibuka KPU, baru satu paket Cagub-Cawagub yang sudah jelas maju (maksudnya Mangku Pastika-Ketut Sudikerta alias paket Pasti-Kerta)," katanya. Menurut Wiratmaja, Pilgub Bali 2013 menjadi momentum baru juga karena partai-partai koalisi berhasil mendapatkan kandidat incumbent Mangku Pastika. Ini menjadi momentum untuk mendapatkan keseimbangan politik di Bali yang selama ini didominasi PDIP. "Namun, jika koalisi lengah, maka dominasi PDIP akan sulit juga untuk dikalahkan pada Pemilu-pemilu berikutnya. Sebaliknya, jika momentum koalisi bisa menang, kemungkinan keseimbangan perpolitikan akan semakin kondusif." Sementara itu, Golkar selaku motor penyokong Koalisi Bali Mandara di Pilgub Bali 2013 langsung tancap gas menggeber paket Pasti-Kerta. Salah satunya, kegiatan konsolidasi disertai bahkti sosial yang digelar di Desa Nagasepeha, Kecamatan Buleleng, Minggu kemarin, yang menghadirkan Mangku Pastika selaku Gubernur Bali dan Ketut Sudikerta selaku Ketua DPD I Golkar Bali. Gubernur Pastika sendiri hadir secara kebetulan, karena kemarin melakukan sidak program Simantri dan Bedah Rumah di sejumlah desa di kawasan Buleleng, termasuk di Desa Nagasepaha.
Kegiatan konsulidasi di Desa Nagagasepeha kemarin dihadiri Wasekjen DPP Golkar Gede Sumarjaya Linggih alias Demer, jajaran DPD I Golkar Bali, dan para Ketua DPD II Golkar se-Bali. Rombongan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) juga turut hadir. Di hadapan sekitar seribuan lebih masa dari Desa Nagasepaha dan desa-desa sekitarnya, Pastika menegaskan dirinya sebagai putra Buleleng sangat peduli dengan Gumi Panji Sakti. Maka, dosa jika dirinya sebagai Gubernur tidak peduli dengan Buleleng.
“Ada pihak-pihak yang ngomong Mangku Pastika sing runggu ken Buleleng (tidak peduli dengan Buleleng). Jangan-jangan yang bilang itu sing runggu ken Buleleng,” tegas Pastika. “Atau jangan-jangan (yang bilang itu) ane ngomong to bukan orang Buleleng? Saya orang Buleleng asli,” imbuhnya. Terkait dengan isu-isu miring itu, Pastika minta seluruh masyarakat Buleleng untuk tidak mudah percaya. “Jangan mudah percaya berita-berita bohong itu,” ujarnya. “Mangku Pastika Buleleng asli, jadi kalau tidak peduli Buleleng, pasti sakit gede. Begitu pula masyarakat Buleleng yang tidak pilih Mangku Pastika juga akan sakit gede, he..he…” Sedangkan Ketua DPD I Golkar Bali Ketut Sudikerta juga tidak kalah gesitnya dalam menyampaikan program-program partainya. Sebaliknya, Ketua DPD II Golkar Buleleng Nyoman Sugawa Korry berjanji akan pasang badan dan mati-matian membela Gubernur Pastika dari serangan lawan politik. Korry pun membantah kritik lawan politik yang menyerang “Gubernur tidak peduli Buleleng’. “Semua isu itu omong kosong. Buktinya, selama empat tahun Pak Gubernur menjabat, sudah mengelontor dana BKK ke Buleleng sekitar Rp 383 miliar lebih. Ini tertinggi di Bali dan Buleleng tetap diprioritaskan pembangunannya oleh Pak Gubernur,” tandas Korry.
Selain itu, anggaran JKBM untuk Buleleng sebesar Rp 55,6 miliar, kemudian bedah rumah Buleleng kebagian dana Rp 37,21 miliar. Sedangkan untuk program Gerbangsadu, kata Korry, Buleleng mendapat jatah Rp 33,6 miliar. “Pembangunan Waduk Titab untuk pengairan di Buleleng Barat pun digelontor dana dari Provinsi sebesar Rp 48 miliar,” katanya.
sumber : NusaBali