Sabtu, 10 Nopember 2012, 06:59
Ketua DPD I Golkar Bali Sudikerta (Tengah) |
Tjok Pemecutan menilai, kepemimpin Ketut Sudikerta selaku Ketua DPD I Golkar Bali tidak bisa menyatukan kekuatan partai. Setelah Paket Ning tumbang di Pilkada Gianyar 2012, kata Tjok Pemecutan, Sudikerta malah menyalahkan kader. Padahal, seharusnya yang bertanggung jawab ketua partai.
"Yang bertanggung jawab atas kekalahan Paket Ning di Gianyar, bukan Dewa Ngakan Rai Budiasa (Ketua OKK DPD I Golkar Bali, Red). Ya, Ketua DPD I Golkar Bali Sudikerta yang bertanggung jawab. Dia yang harus meletakkan jabatannya," tegas Tjok Pemecutan di Denpasar, Jumat (9/11).
Mantan anggota Fraksi Golkar MPR dan Ketua DPRD Badung ini menegaskan, kasus tumbangnya Paket Ning di Pilkada Gianyar bukanlah satu-satunya pil pahit yang dialami Golkar di bawah kepemimpinan Sudikerta. Sejak dipimpin Sudikerta, kata Tjok Pemecutan, jago yang diusung Golkar menelan kekalahan di berbagai daerah, mulai Pilkada Tabanan 2010, Pilkada Denpasar 2010, Pilkada Bangli 2010, hingga Pilkada
Buleleng 2012.
Buleleng 2012.
Dalam waktu dekat, kata Tjok Pemecutan, ada Pilgub Bali 2013 dan Pilkada Klungkung 2013 yang jadi pertaruhan Golkar. "Kita sudah kalah di beberapa Pilkada Kabupaten. Pilgub Bali 2013 nanti tantangannya berat. Jadi, sebaiknya mundur saja Sudikerta, masih banyak ada kader yang siap pimpin Golkar Bali,” tandas tokoh Puri Pemecutan, Denpasar yang semasa walaka bernama Anak Agung Ngurah Manik Parasara ini.
Dikonfirmasi secara terpisah, Jumat kemarin, Ketut Sudikerta menyatakan siap dan tidak takut atas desakan agar meletakkan jabatan Ketua DPD I Golkar Bali. "Silakan dah somasi saya. Tidak menjadi ketua partai, saya tetap bisa makan," tegas Sudikerta yang juga Wakil Bupati Badung.
Paket Ning (Cok Nindia-Ngurah Agung) sendiri, sebagaimana diketahui, dipecundangi pasangan AA Gde Agung Bharata-Made Agus Mahayastra alias Paket Bagus (Cabup-Cawabup yang diusung PDIP) dalam Pilkada Gianyar, 4 November 2012 lalu. Dalam tarung head to head itu, Paket Ning hanya mampu mendulang suara 30,21 persen, sementara Paket Bagus menang dengan mendominasi 69,79 persen suara.
Kekalahan Paket Ning ini kemudian memicu percekcokan antara Sudikerta vs Dewa Rai Budiasa saat rapat pengurus di Sekretariat DPD I Golkar Bali, Jalan Surapati 9 Denpasar, Kamis (8/11) sore. Informasinya, sebelum rapat dimulai, Sudikerta menuding kekalahan Paket Ning di Gianyar terjadi karena Rai Budiasa yang memaksa DPP Golkar dan Ketua DPD I Golkar Bali agar mengusung Cok Nindia sebagai Cabup.
Dituding seperti itu, Rai Budiasa kontan berang dan balik menyerang Sudikerta. Seusai rapat, Rai Budiasa mengaku tidak terima dirinya dikambinghitamkan sebagai biang kekalahan di Pilkada Gianyar 2012. “Sebetulnya, saya yang paling pertama menolak Cok Nindia jika langsung diusung sebagai Cabup Gianyar. Saya meminta agar Cok Nindia diuji dulu kelayakan dan dipertimbangkan elektibilitasnya sebelum dicalonkan. Sekarang setelah kalah, kok saya yang dituding,” ungkap politisi Golkar asal Desa Melinggih Kelod, Kecamatan Payangan, Gianyar ini. Sementara itu, LSM Cakra Gianyar yang selama ini mendukung Golkar, ikut angkat bicara pasca tumbangnya Paket Ning di Pilkada 2012. Ketua LSM Cakra, Wayan Lanang Sudira, tuding DPP Golkar dan DPD I Golkar Bali yang keliru menetapkan Paket Ning sebagai jago partai di Pilkada Gianyar 2012. Soalnya, baik Cok Nindia (tokoh Puri Agung Peliatan) maupun Ngurah Agung (tokoh Puri Agung) Gianyar bukanlah kader Golkar.
"Sayalah penggagas Paket Cakra (Tjokorda Raka Kerthyasa-AA Kakarsana) di Gianyar. Saya yang pertama meminta agar DPP Golkar mengusung Tjokorda Raka Kerthayasa Cok Ibah) dan Anak Agung Kakarsana. Ini kombinasi kader-kader yang kuat, kenang Lanang Sudira, Jumat kemarin. “Sebetulnya, boleh saja usung Cok Nindia, tapi AA Kakarsana harus dipakai (sebagai Cawabup Gianyar, Red). Cok Ibah juga sudah siap jadi Ketua Tim Pemenangan (Paket Cok Nindia-Kakarsana)," lanjut Lanang Sudira.
Namun, DPP Golkar tetap merekomendasi pasangan Cok Nindia-Ngurah Agung, yang kedua-duanya merupakan figur non kader. "DPP Golkar dan DPD I Golkar Bali yang keliru menurunkan non kader kedua-duanya. ‘Kan Cok Ibah saat itu siap jadi ketua tim pemenangan," ungkap Lanang Sudira. Menurut Lanang Sudira, ada LSM di Gianyar yang mendorong-dorong agar Cok Nindia maju ke Pilkada 2012. Sedangkan pihak LSM Cakra Gianyar kala itu mengusulkan Cok Ibah. Sebetulnya boleh saja Cok Nindia yang maju, asalkan AA Kakarsana dilibatkan sebagai tendemnya di posisi Cawabup Gianyar. "Kalkulasinya, kalau usung pasangan Cok Ibah-Kakarsana atau Cok Nindia-Kakarsana, bisa menang. Ini berdasarkan penunjuk niskala juga, saat kami sembahyang bersama Cok Ibah dan jajaran Golkar,” kenang Lanang Sudira. Cok Ibah sendiri merupakan politisi senior Golkar asal Puri Agung Ubud. Mantan Ketua DPD II Golkar Gianyar yang juga Bendesa Adat Ubud ini kini duduk sebagai anggota DPRD Bali. Cok Ibah masih merupakan kerabat Cok Nindia sesama Sameton Keturunan Dalem Sukawati (KDS).
Sedangkan AA Kakarsana merupakan pengurus DPD I Golkar Bali asal Puri Blahbatuh. Cok Ibah dan Kakarsana sempat diwacanakan akan maju berpasangan ke Pilkada Gianyar 2012, dengan diusung gabungan beberapa parpol gurem. Pasangan Cok Ibah-Kakarsana dikemas dalam Paket Cakra. Namun, setelah keluarnya rekomendasi Paket Ning dari DPP Golkar, Cok Ibah pilih mundur.
Menurut Lanang Sudira, ada benarnya seperti isu yang beredar melalui SMS bahwa Golkar kurang semangat di Pilkada Gianyar 2012. “Mesin Partai Golkar di Puri Agung Ubud dan di Puri Blahbatuh tidak hidup. Komunikasi politik antara Cok Nindia selaku kandidat dengan partai juga nggak jalan," katanya.
Di sisi lain, Forum Pengurus Kecamatan (PK) Golkar Se-Gianyar membantah tudingan pelbagai pihak yang menyatakan mesin partai tidak bergerak, sehingga Paket Ning kalah. Tanpa bermaksud mengkambinghitamkan siapa pun, mereka hanya menerima dan memperjuangkan Paket Ning yang direkomendasi DPP Golkar. Hal ini diakui Ketua PK Golkar Blahbatuh, Agus Hery Tenaya, di Gianyar, Jumat kemarin. Menurut Agus Hery, pihaknya tidak tahu seperti apa hasil survei DPP Golkar sehingga Paket Ning direkomendasi. “Sejak rekomendasi turun, kami di Gianyar langsung menbentuk tim pemenangan mulai tingkat kabupaten sampai tingkat desa, lanjut mendampingi kandidat turun ke desa-desa,” katanya. Agus Hery juga mengakui, lawan unggul karena sejak awal Paket Bagus sudah unggul dalam ketersediaan logistik baik oleh kader PDIP yang duduk di legislatif dengan bantuan melalui anggaran pemerintah maupun bantuan pribadi ke pelosok desa. “Kalau ingin cari sebab kekalahan Paket Ning, itu karena banyak faktor. Misal, ketokohan figur dan faktor lain yang tidak etis kami sebut,” terangnya.
sumber : NusaBali