Sabtu, 9 Juni 2012, 08:39
ist |
Salah satu kader militan PDIP yang punya basis massa signifikan, Made Arjaya, mengatakan apa yang disampaikan Cok Rat adalah sebuah pendapat. Cok Rat sudah objektif menilai kinerja Pastika sangat bagus dengan program-programnya. “Tapi, kalau bicara depak mendepak, ya mungkin saat ini terlalu dini menghembuskan itu. Karena, rakyat akan antipati terhadap PDIP yang dicap suka menganiaya orang,” ujar Arjaya yang juga Ketua Komisi I DPRD Bali dari Fraksi PDIP, di Denpasar, Jumat (8/6).
Lagian, lanjut Arjaya, proses di partai untuk penjaringan calon juga belum ada. “Kita berikan dulu kesempatan semua kadnidat yang ingin berproses melalui PDIP, seperti yang sudah berjalan sebelumnya. Saya belum sempat tanya Cok Rat, apakah memang seperti itu pernyatannya,” imbuh Arjaya sembari menyebut, kalau sudah ada keputusan partai untuk Pilgub Bali 2013, pihaknya selaku kader akan tunduk dan
mendukung siapa pun yang dicalonkan.
mendukung siapa pun yang dicalonkan.
Arjaya juga menyorot soal isu Koalisi Merah-Kuning (PDIP-Golkar) yang dihembuskan kelompok pribadi. Menurut Arjaya, kalau wacana koalisi dihembuskan oknum dari PDIP, hal itu justru konyol. “Sangat bodoh itu. Karena, di tengah-tengah PDIP yang elektibilitasnya tinggi, masa harus gabung dengan parpol lain? Kita harus bersikap, ya tapi jangan dulu dihembuskan Merah-Kuning untuk kepentingan pribadi. Jangan ada tikus di kandang Banteng-lah,” tegas politisi militan PDIP asal Sanur, Denpasar Selatan ini.
Sementara, anggota Fraksi PDIP DPR Bali dari Dapil Buleleng, Dewa Nyoman Rai Adi, mengatakan pihaknya melihat kinerja Pastika sangat bagus dan mampu mendongkrak citra partai. “Elektabilitas partai terus meningkat dengan program-program yang digulirkan Pastika. Kan sayang kalau barang yang bagus dilepas, nanti malah menyesal. Ibarat pepatah, membuang kapak malah memungut jarum, yang tak ada manfaatnya,” tandas Dewa Rai Adi. Dewa Rai Adi mengaku menghargai statemen Cok Rat, karena diarahkan membuka pintu lebar-lebar untuk para kader PDIP maju ke Pilgub Bali 2013. “Tapi, kan beliau (Cok Rat) juga bilang bahwa kinerja Gubernur Pastika sangat bagus,” ujar Dewa Rai Adi.
Ditambahkan Dewa Rai Adi, melepas Pastika sama artinya PDIP akan bunuh diri. Soal aspirasi yang dikatakan Cok Rat dari akar rumput, Dewa Rai Adi juga menampiknya. “Teman-teman di Fraksi PDIP masih mengharapkan beliau (Pastika),” katanya.
“Mana ada selama ini kepala daerah dari non kader yang diusung PDIP memberikan kontribusi begitu tinggi kepada partai, seperti Pastika? Kantor kita (Sekretariat DPD PDIP Bali) di Jalan Banteng Denpasar yang semula sesak, menjadi sudah bagus atas sumbangan Pastika. Ya, kita pakai logika sajalah,” lanjut politisi PDIP asal Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Dikonfirmasi secara terpisah, Jumat kemarin, Sekretaris DPD PDIP Bali Nyoman Adi Wiryatama menyebutkan sikap Cok Rat dihargainya sebagai ketua partai. Namun, Adi Wiryatama menyatakan masih menunggu adanya keputusan yang resmi dari DPP PDIP terkait masalah ini. “Kita hargai pendapat kader kita, bukan hanya Cok Rat. Tapi, saya menjunjung tinggi kalau nanti partai sudah mengeluarkan keputusan,” ujar Adi Wiryatama. “Kalau sudah ada keputusan dari partai secara resmi, secara organisasi, bukan hanya saya, Cok Rat dan seluruh kader PDIP juga harus mengamankan keputusan tersebut,” lanjut mantan Bupati Tabanan dua kali periode ini.
Sementara, kalangan kader senior PDIP menyayangkan statetmen Cok Rat soal partainya tidak akan memakai Pastika. Salah satunya, Made Arimbawa, kader militan asal Kerambitan, Tabnanan yang notabene mantan Sekretaris Deperda PDIP Bali. Arimbawa menyebut statemen Cok Rat sangat terlambat.
Seharusnya, statemen itu tepat kalau dikeluarkan semasa Gubernur Bali Dewa Made Beratha. Diingatkan Arimbawa, Dewa Beratha dulunya juga non kader yang diusung PDIP menjadi Gubernur Bali melalui pemilihan di DPRD. “Jika saat itu diusulkan usung kader, Cok Rat sirep gen di puri, menek dadi Gubernur (Cok Rat tidur saja di puri, naik jadi Gubernur, Red). Dulu saya sudah perjuangkan itu untuk usung kader internal, tapi non kader yang dipilih,” kenang Arimbawa di Tabanan, Jumat kemarin.
Selain sangat terlambat, kata Arimbawa, statamen Cok Rat ini juga dinilai bermakna ganda. Sebab, pernyataan usung kader internal bisa juga mengarah ke Pastika yang sebelumnya sudah diusung PDIP. Lagipula, popularitas Pastika saat ini sangat moncer dengan program-program unggulannya “Sekarang kita harus ketahui, apakah saudara Made Mangku Pastika yang diusung PDIP sudah memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA)? Sebab, ukuran kader adalah KTA. Dulu Pastika kan diusung PDIP. Jika sekarang ber-KTA PDIP, jelas dong dia kader dan bisa diusung lagi,” ujar mantan Ketua DPRD Tabanan 1999-2004 dan Ketua Fraksi PDIP DPRD Bali 2004-2009 ini.
Arimbawa apa pun statetmen Cok Rat, keputusan final soal siapa yang akan diusung ke Pilgub Bali 2013 tetap berada di tangan DPP PDIP. Dia mencontohkan kasus dua jilid rekomendasi di Pilkada Tabanan 2010 lalu, ketika DPP PDIP menganulir rekomendasi Jilid I pasangan Wayan Sukaja-Ni Putu Eka Wiryastuti dan menggantinya dengan rekomendasi Jilid II yang mengusung Ni Putu Eka Wiryastuti-Komang Gde Sanjaya.
Arimbawa pun mengajak kader PDIP untuk tidak terlena dengan masa lalu ketika partainya sedang jaya pasca reformasi. Sekarang kekuasaan PDIP di Bali sudah mulai diimbangi partai lain. “Hitung-hitungannya, jika mendepak Pastika, kerugian sudah di depan mata. Apalagi, banyak partai lawan juga incar Pastika, karena Gubernur kita ini secara pribadi memiliki kecerdasan dan berpengalaman jadi pemimpin,” tegas Arimbawa.
Sedangkan Ketua DPC PDIP Tabanan, Ketut Suryadi, mengaku secara pribadi tetap ingin usung Pastika sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2013. Namun, Suryadi lebih berpegang pada mekanisme partai. “Kalau itu sebagai pernyataan pribadi Cok Rat, silakan. Mau siapa saja, setiap personal punya pilihan dan sikap politik. Secara pribadi, saya masih inginkan Pastika,” ujar politisi sekaligus seniman yang akrab dipanggil Boping ini.
Meski mengaku tak kenal dengan Pastika, namun Suryadi melihat secara objektif kemampuan Gubernur dalam memimpin Bali periode 2008-2013. Pastika disebutnya punya program kerakyatan yang masih perlu untuk dilanjutkan. Suryadi pun menyindir, kebanyakan kader maupun non kader kalau sudah duduk di kursi kekuasaan, lupa darimana kekuasaan itu berasal.
Mereka, kata Suryadi, luma kekuasaan itu milik rakyat dan partai. “Seolah-olah kekuasaan miliknya. Dapur partai yang dulu memasak, menanak, dan menghidangkan kedudukan buat dirinya, sering dilupakan. Jadi, kader maupun non kader sama saja,” tegas Suryadi yang juga Ketua DPRD Tabanan. “Bagi saya, kader atau non kader tidak masalah. Aasal mampu hadirkan kebijakan pro rakyat, harus didukung. Kalaupun ngotot usung kader internal, apakah berani jamin yang diusung itu akan menjadikan rakyat dan partai sebagai panglima?” tanya Suryadi.
Sebelumnya, Cok Rat mengisyaratkan partainya kemungkinan tidak akan mengusung kembali Pastika sebagai Cagub, karena aspirasi akar rumput menghendaki usung kader sendiri. Ada dua alasan utama, kenapa PDIP pilih mengusung kader sendiri ke Pilgub Bali, Mei 2013 mendatang. Pertama, karena elektabilitas PDIP yang terus meningkat berdasarkan survei sejumlah lembaga riset. Kedua, karena adanya aspirasi arus bawah agar partainya mengusung kader sendiri.
"Dalam Pilgub Bali 2013, kami akan mengusung kader. Sebab, itu merupakan aspirasi dari akar rumput," tandas Cok Rat dilansir Vivanews di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Kamis (7/6). Cok Rat mengakui, Pastika memang masih memiliki popularitas, kinerjanya selama memimpin Bali cukup baik, programnya juga bagus. Tapi, aspirasi akar rumput menginginkan agar kader PDIP yang maju ke Pilgub Bali 2013.
sumber : NusaBali