Rabu, 11 Januari 2012, 05:19
warga memotong pohon yang tumbang - v/g : yan andie |
Bahkan, seorang krama yang berada di pura nyaris jadi korban.
Pohon keresek ukuran besar berusia ratusan tahun di Pura Dalem Pingit ini mendadak roboh, Selasa siang sekitar pukul 13.00 Wita. Saat itu, kondisi cuaca memang buruk, di mana hujan lebat disertai angin kencang. Ketika pohon keresek roboh, ada seorang krama tengah melakukan kegiatan perbaikan palinggih Bale Gong di Pura Dalem Pingit, yakni Kompyang Sueca.
Beruntung, Kompyang Sueca selamat dari maut, karena pohon keresek ini roboh hanya beberapa meter di sebelah Bale Gong. Namun, sejumlah palinggih di Pura Dalem Pingit hancur. Di antaranya, Palinggih Bale Pasamuan, Gedong Ida Batara Sri, dan Gedong Pangerurah Penyarikan.
Menurut Kelian Adat Banjar Kebon Kangin Dewa Putu Ardana, kerugian material akibat musibah yang menimpa Pura Dalem Pingit ditaksir mencapai Rp 150 juta, belum termasuk biaya upakara. “Sedangkan kerugian non material termasuk biaya upacara rsigana, pemelaspas, dan guru piduka mencapai sekitar Rp 50 juta,” keluh Dewa Ardana.
“Tapi, kami bersyukur karena Kompyang Sueca yang sedang mengerjakan Bale Gong selamat dari maut,” imbuh Dewa Ardana saat ditemui di lokasi bencana, Pura Dalem Pingit, kemarin sore.
Krama pangempon Pura Dalem Pingit kemarin sudah menggelar paruman pasca-bencana robohnya pohon keresek yang diyakini angker ini. Paruman itu dilakukan untuk membahas langkah-langkah berikutnya.
Dari paruman itu, diputuskan untuk melakukan ritual nuwur Ida Sesuhunan melalui perantara orang pintar, yang akan dilaksanakan empat hari nanti. Menurut Dewa Ardana, ritual nuwur Ida Sesuhunan ini bermakna mohon izin secara niskala untuk memotong-motong batang pohon keresek yang roboh.
Masalahnya, kata Dewa Ardana, beberapa waktu lalu juga pernah dahan pohon keresek ukuran besar ini roboh, namun tak sampai menimpa palinggih Pura Dalem Pingit. Tapi sekarang, robohnya pohon keresek yang dipercaya angker ini justru menghancurkan sejumlah palinggih pura. Selain itu, menurut Dewa Ardana, beberapa tahun silam juga pernah kejadian ketika pertama kali dahan pohon keresek roboh. Kala itu, ayah dari Dewa Ardana sendiri yang melakukan pemotongan dahan pohon roboh. Sebelum memotong, ayahnya sudah mohon izin dan permakluman secara niskala kepada Ida Sesuhunan.
“Tapi ternyata, ayah saya malah kena musibah. Saat memotong dahan pohon keresek roboh, tangannya kiri ikut terpotong gergaji,” kenang Dewa Ardana. “Karena itu, kali ini kami kembali akan nuwur Ida Batara Sasuhunan. Jika Ida Sasuhunan tidak mengizinkannya, kami tidak berani memotong pohon keresek roboh ini,” lanjut Dewa Ardana.
Selaku Kelian Adat, Dewa Ardana mengaku berharap Pemkab Bangli dan pihak terkait bisa membantu meringankan beban krama pengempon Pura Dalem Pingit yang berjumlah 120 KK, dalam penanggulangan pascabencana. “Total kerugian sudah kami laporkan ke kantor desa, untuk diteruskan ke pemerintah. Mudah-mudahan, segera turun bantuannya,” harap Dewa Ardana.
Musibah hancurnya Pura Dalem Pingit akibat tertimpa pohon keresek roboh ini telah mengundang perhatian sejumlah pejabat di Bali. Kemarin sore, anggota DPRD Bangli Dewa Anom Suta juga langsung meninjau kelokasi bencana, bersama sejumlah pejabat lainnya, termasuk Kapolsek Tembuku AKP I Nyoman Sudiarsa.
Pada hari yang sama, Selasa kemarin, bencana pohon roboh juga kembali terjadi di Tabanan, tepatnya di Banjar Jadi Desa, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri. Gara-gara robohya pohon nangka di dekat sebuah warung ini, kabel PLN terbakar sekitar pukul 16.00 Wita, hingga membuat warga di Perumahan Bukit Sanggulan Indah (BSI) dan sekitarnya panik.
Pantauan di lapangan, api di kabel PLN ini sempat menari-nari selama hampir 1 jam, disertai bunyi ledakan. Awalnya, ada satu titik api tepat di antara kabel dan ranting yang menimpa kabel itu. Warga tidak berani mengambil tindakan apa-apa, sehingga mereka hanya menonton dan berdoa agar tidak terjadi sesuatu.
Selang beberapa menit kemudian, titik api menjalar disertai suara ledakan-ledakan kecil. Sekitar 1 jam api menari-nari, barulah warga menelepon Kantor PLN Tabanan. Seorang petugas PLN kemudian datang saat api sudah padam. Lalu, empat petugas PLN kembali datang berupaya memotong kabel dan membersihkan ranting pohon. Aksi PLN pun menjadi tontonan warga.
Sehari sebelumnya, pohon bunut yang roboh di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan juga menyebabkan tiang listrik roboh hingga menimpa sebuah mobil Daihatsu Grand Max DK 972 M yang dikemudikan Komang Sija Adnyana. Beruntung, Sija Adnyana yang asal Banjar Tegal Belodan, Desa Dauh Peken, Kecamatan Tabanan tidak terluka. Bukan hanya itu, seorang warga setempat, Jro Mangku Istri, 37, juga terluka berat akibat robohnya pohon bunut ini hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Pada saat hampir bersamaan, dua tiang listrik lainnya juga roboh di depan rumah Kelian Adat Banjar Munggal, Desa Kukuh, I Wayan Sangga. Lokasinya hanya berjarak 4 meter arah selatan dari tiang listrik yang roboh menimpa mobil tadi. Sedangkan satu tiang listrik lagi roboh menimpa tembok panyengker dan garase Kantor Desa Kukuh. Tembok panyengker sampai hancur di sudut selatan-timur, demikian pula garase kantor desa.
Sementara itu, sebuah pura keluarga di Banjar Padangtunggal Kauh, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, diterjang longsor. Kendati tak ada korban jiwa maupun terluka, musibah yang terjadi Minggu (8/1) sore pukul 17.00 Wita ini menyebabkan warga sekitar ketar-ketir, karena mereka khawatir terjadi bencana susulan.
Pura keluarga yang longsor ini berada di pekarangan rumah milik 4 kepala keluarga (KK). Sejumlah KK yang tinggal di sekitar lokasi mengaku waswas terjadi bencana susulan, seperti keluarga I Wayan Wartika, I Made Taruk, dan Ni Nyoman Sridana. Apalagi, tembok panyengker pura keluarga yang diterjang longsor tersebut telah miring dan retak. “Ya, saya juga takut, tiap malam waswas rumah saya kena longsor dari tembok tetangga,” keluh Nyoman Sridana, Selasa kemarin.
Sridana mengakui, jalan keluar masuk menuju pekarangan rumahnya mesti melintasi lorong yang dibatasi tembok panyengker pura yang telah miring dan retak tersebut. “Kami tidak bisa tidur nyenyak, karena khawatir terjadi musibah longsor menimpa rumah kami jika hujan malam hari,” katanya. Kelian Banjar Padangtunggal Kauh I Wayan Dulur, mengatakan bencana longsor untuk kesekian kalinya di pura keluarga yang berada di pekarangan rumah 4 KK ini sudah dilaporkan ke Pemkab Karangasem. “Saya sudah bersurat ditembuskan ke beberapa instansi terkait. Hanya saja, belum ada utusan dari pemerintah melakukan pengecekan ke lokasi,” ujar Wayan Dulur, Selasa kemarin.
Sementara, salah satu pemilik pekarangan rumah di mana pura keluarga yang longsor berada, Ni Wayan Seruni, mengatakan ini untuk kesekian kali sanggahnya longsor. Sebelumnya, sekitar 3 tahun lalu, pura keluarga ini juga longsor hingga menghancurkan Palinggih Gedong, Rong Tiga, dan Padmasana. Sedangkan dalam musibah terakhir, Minggu sore, palinggih yang roboh ke jalan raya hanya Palinggih Padmasana. Menurut Wayan Seruni, saat musibah 3 tahun silam, keluarganya harus keluar Rp 15 juta untuk biasa perbaikan sanggah.
sumber : NusaBali