Jumat, 18 Maret 2011
DENPASAR - Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ngurah Wijaya menghimbau komponen pengusaha pariwisata di Bali untuk mengalokasikan kamar hotel dan restoran bagi korban radiasi nuklir di Jepang.
"BTB akan menghimbau dan segera berkoordinasi dengan seluruh pengusaha pariwisata di seluruh Bali untuk mengalokasikan jumlah kamar bagi korban radiasi nukilir di Jepang, bilamana ada di antara mereka yang ingin mengungsi ke Bali," ujarnya di Denpasar, Rabu (16/3).
Pernyataan yang sama disampaikan oleh Wakil Ketua BTB Nyoman Suwindjaya. Menurutnya, para pemilik hotel diharapkan untuk mengalokasikan sebanyak 5% sampai 10% untuk misi kemanusiaan bagi warga Jepang yang ingin datang ke Bali akibat dampak radiasi nuklir.
"Kami bermaksud untuk menghimbau agar pihak hotel dan restoran di Bali mengalokasikan harga kamarnya masing-masing
sebesar 5% sampai 10% bagi warga Jepang yang terkena dampak radiasi nuklir. Kita berharap jangan melihat keuntungan dan kerugian tetapi lebih memperhatikan misi kemanusiaan karena bahaya radiasi yang mengancam warga Jepang tersebut," ujar Suwindhaya.
sebesar 5% sampai 10% bagi warga Jepang yang terkena dampak radiasi nuklir. Kita berharap jangan melihat keuntungan dan kerugian tetapi lebih memperhatikan misi kemanusiaan karena bahaya radiasi yang mengancam warga Jepang tersebut," ujar Suwindhaya.
Menurutnya, alokasi sebesar 5% sampai 10% tersebut bukan diberikan secara gratis, tetapi perlu diberlakukan paket special yang sedikit lebih murah atau sekedar menutup biaya operasional hotel dan restoran. Hal itu sangat penting karena selama ini Jepang selalu menjadi salah satu negara penyumbang wisatawan nomor dua terbesar di Bali setelah Australia.
Lagi pula, bila ada hotel dan restoran yang memberlakukan hal tersebut maka nama mereka akan sering diingat oleh tamu Jepang. Bukan tidak mungkin, tamu tersebut akan mempromosikan nama hotel tersebut kepada keluarga dan sanak saudaranya di kemudian hari.
Untuk mengetahui apakah tamu Jepang berasal dari daerah terkena radiasi nuklir, maka BTB, PHRI akan selau berkoordinasi dengan konsulat Jepang di Bali. Bila tamu tersebut berada di Bali karena ancaman radiasi nuklir, maka himbauan tersebut layak diapresiasi hotel dan restoran di Bali. (OL/OL-8)
Bencana Jepang belum Berdampak bagi Ekspor Bali
DENPASAR: Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan, hingga saat ini belum kelihatan dampak bencana alam di Jepang yang memengaruhi ekspor dari Bali ke Jepang, terutama kerajinan souvenir dan ikan tuna yang selama ini paling diminati Jepang.
"Sudah kurang lebih hampir sepekan ini belum ada tanda-tanda penurunan ekspor ke Jepang. Namun kita meyakini jika pengaruh tersebut pasti ada, karena dampaknya belum kelihatan," ujar Pastika di Renon, Denpasar, Rabu (16/3).
Menurut Pastika, ekspor Bali harus tetap optimistis. Berbagai dampak memang belum kelihatan dan kalau pun ada dampaknya sangat sedikit.
Kepala Disperindag Bali Gede Darmaja mengakui, potensi Jepang dalam menyerap produk lokal Bali menempati urutan kedua setelah Amerika dari 104 negara tujuan ekspor produk asal Bali. Ekspor Bali dalam tiga bulan ke depan diperkirakan akan mengalami penurunan. "Terutama produk nonmakanan seperti kerajinan dan tekstil," katanya.
Dijelaskan, sektor perikanan dan makanan mendominasi ekspor Bali ke Jepang, selain sektor tekstil dan kerajinan. Periode 2010, ekspor Bali mengalami peningkatan hingga 19 persen dengan realisasi mencapai US$95,61 juta dibanding periode 2009 yang mencapai US$80,16 juta. (OL/OL-8)
"Sudah kurang lebih hampir sepekan ini belum ada tanda-tanda penurunan ekspor ke Jepang. Namun kita meyakini jika pengaruh tersebut pasti ada, karena dampaknya belum kelihatan," ujar Pastika di Renon, Denpasar, Rabu (16/3).
Menurut Pastika, ekspor Bali harus tetap optimistis. Berbagai dampak memang belum kelihatan dan kalau pun ada dampaknya sangat sedikit.
Kepala Disperindag Bali Gede Darmaja mengakui, potensi Jepang dalam menyerap produk lokal Bali menempati urutan kedua setelah Amerika dari 104 negara tujuan ekspor produk asal Bali. Ekspor Bali dalam tiga bulan ke depan diperkirakan akan mengalami penurunan. "Terutama produk nonmakanan seperti kerajinan dan tekstil," katanya.
Dijelaskan, sektor perikanan dan makanan mendominasi ekspor Bali ke Jepang, selain sektor tekstil dan kerajinan. Periode 2010, ekspor Bali mengalami peningkatan hingga 19 persen dengan realisasi mencapai US$95,61 juta dibanding periode 2009 yang mencapai US$80,16 juta. (OL/OL-8)
sumber : MICOM