Putu Sumiati dan Komang Gede Suarjana saat didatangi relawan di rumahnya Banjar Dinas Tiyingan Kauh, Bebandem, Karangasem, Rabu (23/5/2018) kemarin. |
Bibir Suniati terus mengucapkan terima kasih kepada para donatur yang telah membantunya.
Bantuan yang diberikan donatur berupa kasur untuk tidur, almari pakaian, uang, dan kebutuhn lain.
"Terima kasih atas bantuan dari donatur. Saya ucapkan terima kasih," ucap Suniati sembari menitikkan air mata.
Gadis cantik ini berharap bantuan yang diberikan donatur dibalas oleh Ida Shang Hyang Widhi Wasa.
Donatur yang datang memberikan bantuan mulai dari Kapolsek Bebandem, bank swasta, serta komunitas kemanusian.
Bupati Karangasem, IGA Mas Sumatri, juga menyerahkan bantuan ke rumah dua anak yatim ini sekitar pukul 18.00 Wita.
Dalam kesempatan tersebut, Mas Sumatri menjanjikan Suniati pekerjaan jika telah menerima ijazah SMA.
Suniati diketahui baru saja lulus SMA.
Bupati juga akan mengomunikasikan dengan dinas terkait agar adik Suniati, Suarjana, tak sampai putus sekolah.
Suarjana saat ini masih duduk di bangku SMP kelas VII.
"Kita was-was melihat kondisinya. Tidak ada lampu, tinggal di tengah kebun. Masalah kerjaan kita akan hubungkan dengan pengusaha dan dinas yang kekurangan tenaga kerja," ujar Mas Sumatri.
Para donatur meminta Suniati dan Suarjana tinggal sementara di rumah bibi atau pamannya demi keselamatannya.
Pasalnya kondisi rumah memprihatinkan karena tak ada listrik untuk penerangan.
Kepala Dusun Tihingan Kauh, I Wayan Puria, berharap juga berharap kedua anak yatim piatu ini sementara menginap di rumah paman dan bibi demi keamanan dan kesehatan.
Apalagi keadaan rumah mereka hanya beralaskan tanah.
Seperti diberitakan Tribun Bali sebelumnya, dua kakak adik ini ditinggal kedua orangtuanya.
Ayahnya, I Ketut Lepir, meninggal dunia empat hari lalu lantaran menderita kanker stadium empat.
Sedangkan ibunya sudah meninggal dua tahun lalu.
Kedua anak ini hidup serba kekurangan.
Rumah yang didapat dari bedah rumah masih semi permanen.
Kondisi dalam rumah sangat minim.
Tidak ada almari ataupun kasur.
Ukuran kamar 3 x 3 meter, beralas tanah.
Saat tidur, kedua anak ini memakai tikar robek berukuran 2 x 1 meter tanpa bantal.
Saat malam hari kedua kakak adik ini harus bertarung melawan dingin.
Suarjana mengaku, kebiasaan ini lama dilaluinya.
Sebelum dapat bedah rumah, bersama sang ayah mereka tidur di gubuk beralaskan tikar.
Mereka memasak depan rumah dengan kayu bakar.
Rumah mereka pun tak dialiri listrik setelah dicabut PLN karena tak mampu bayar bulanan.
Air juga disegel.
Kedua anak ini juga menanggung beban utang yang ditinggalkan ayahnya.
Diketahui ayahnya sudah lama sakit sehingga tidak bisa kerja.
Menurut seorang relawan, Wayan Andy Karyasa, besaran utang yang dibayarkan sekitar Rp 5 juta.
Termasuk utang sekolahnya sekitar Rp 600 ribu.
Kedua anak yatim ini pun membutuhkan bantuan dana untuk melunasi utang-utangnya.
Selain juga untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah Suarjana.
sumber : tribun