JAKARTA - Para operator seluler tidak menjamin seluruh daerah di Pulau Dewata tersebut akan mengalami pemadaman jalur menuju ke dunia maya.
Pemerintah telah mengeluarkan imbauan kepada operator seluler di Indonesia untuk menonaktifkan layanan data saat Hari Raya Nyepi. Tapi diikuti atau tidak, itu semua dikembalikan pada operator sendiri.
Demikian diungkap Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat ditemui usai peluncuran data center Alibaba Cloud di Jakarta, Kamis (15/3). Ia mengakui, memang ada seruan dan harapan dari tokoh dan kelompok keagamaan agar saat Hari Nyepi, operator seluler menonaktifkan layanan data atau internet. Menyikapi itu, Rudiantara pun lantas berkonsultansi dengan sejumlah pihak. "Menyikapi ini saya menghormati, Bali itu memiliki kekhasan, antara lain menjadi tujuan wisata utama asing dan domestik. Jadi pendekatannya harus pada stakeholder. Saya konsultasi dengan Menteri Agama dan Dirjen Bimas Hindu. Saya konsultansi juga dengan banyak pihak di Bali," ungkap pria yang kerap disapa Chief RA ini.
Setelah konsultasi, akhirnya diputuskan keputusan kembali kepada operator masing-masing. Mereka boleh memutuskan untuk tetap aktif dan menonaktifkan layanan internet saat Hari Nyepi nanti. Salah satu alasannya terkait proses teknis.
Proses menonaktifkan layanan data secara teknis memang bisa dilakukan oleh operator, hanya saja butuh waktu karena masing-masing operator punya kemampuan yang beda-beda.
Ada yang bisa secara cepat, sebaliknya ada pula yang lambat. Selain itu ada yang pengontrolannya mungkin di Surabaya, ada yang di Bali. "Ada hal teknis yang harus diperhitungan, imbauan tersebut baru awal bulan inikan keluarnya. Kalau, misalnya, nomor di Bali ada data atau tidak, itukan harus ada proses teknis. Tidak seperti saklar listrik dimatihidupkan, ada proses teknis," ujar Rudianta. "Beda-beda arsiteknya. Itu masalah teknis semua. Tapi intinya kami hormati seruan dan harapan tersebut," pungkas Menkomfinfo.
Sementara itu, secara teknis, pengamat telekomunikasi dari ITB Muhammad Ridwan Effendi menilai para penyelenggara telekomunikasi ini juga akan kesulitan untuk memadamkan satu wilayah tertentu saja. Di cluster atau POC wilayah Bali saja, misalnya. "Soalnya, sinyal itu tidak mengenal batas wilayah," ucap Ridwan yang dua periode menjabat sebagai Komite Regulasi di Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) kepada detikINET, Kamis (15/3).
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Merza Fachys mengatakan, pihaknya menghargai dan menghormati usulan yang dikemukakan para pemuka keagamaan di Bali agar suasana Nyepi pada tahun ini berjalan khusyuk. "Semaksimal mungkin kami melaksanakan imbauan yang dikatakan oleh pemerintah," kata Merza ditemui di Gedung Kementerian Kominfo, Jakarta.
Meski demikian, kata Merza, para operator seluler tidak menjamin seluruh daerah di Pulau Dewata tersebut akan mengalami pemadaman jalur menuju ke dunia maya.
Sebab, untuk yang bersamaan pemerintah juga mengimbau agar penyelenggara telekomunikasi ini tetap menyediakan akses layanan kepada sektor strategis, misalnya rumah sakit, kebutuhan keamanan untuk polisi dan TNI. "Kita mencoba melaksanakan imbauan ini. Kalau dikatakan internet mati total, tidak. Imbauannya kan sudah jelas, untuk area strategis itu tidak boleh dimatikan," sebut Merza yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Smartfren.
Hingga Kamis siang kemarin, operator masih mencari cara bagaimana cara memadamkan layanan internet. Mengingat pemadaman ini hanya berlaku untuk satu wilayah saja.
"Sampai saat ini kita masih koordinasi lebih lanjut dengan Kominfo. Sampat detik ini masih koordinasi lebih lanjut," ucap Head of External Communications XL Axiata Henry Wijayanto ditemui usai peluncuran paket baru XL Prioritas di Jakarta, kemarin. Henry menyebut ada 2,5 juta pelanggan XL yang berada di Pulau Dewata, dimana 1,5 juta diantaranya adalah pelanggan data.
Dikatakan, untuk mematikan akses internet di satu wilayah, memungkinan terjadi. Tapi karena di saat bersamaan layanan harus tetap terjaga untuk menjangkau area strategis, seperti rumah sakit. Selain itu juga, pemerintah mengimbau agar operator seluler membatasi akses pelanggan seluler di Bali untuk tidak berselancar di media sosial. "Makanya kita terus koordinasi dengan Kominfo mengenai implementasinya bagaimana," sebutnya.
sumber : nusabali