Gambar Ilustrasi Kapal Ikan Terbakar |
DENPASAR - Peristiwa nahas dialami Anak Buah Kapal (ABK) Kapal Penangkap Ikan Benoa saat tengah berlayar di Laut Merauke.
Dalam perjalanan tersebut, kapal yang membawa 26 awak itu mengalami musibah kebakaran.
Dari informasi yang dihimpun, kejadian ini sudah terjadi sejak sekitar dua minggu lalu dan menewaskan 4 awak kapal.
Dari hasil pencarian kepolisian hingga saat ini baru menemukan dua jenazah korban tewas, yaitu Leo Candrayana (25) dan Egi Mahardika (21).
Keduanya langsung dievakuasi menuju Pelabuhan Benoa dan diserahkan di Unit Forensik RSUP Sanglah untuk menjalani pemeriksaan luar pada Senin (19/3/2018) pagi.
Seorang kerabat salah satu korban bernama Leo, Hardi Aswin (29) menuturkan baru tahu kejadian ini Senin (19/3/2018) dini hari kemarin.
Leo yang diketahui baru merantau sekitar dua bulan ini berasal dari Jakarta.
"Ayah kandung korban juga sudah diberitahu, hari ini beliau sudah datang kesini menjemput jenazah. Ia datang bersama pimpinan RT di Jakarta," ungkapnya saat dikonfirmasi di unit forensik RSUP Sanglah, Selasa (20/3/2018).
Sementara dalam hasil pemeriksaan luar, dikatakan Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Denpasar, dr. Dudut Rustyadi, tidak ditemukan adanya luka-luka maupun patah tulang sebelum kematian.
Dimungkinkan, lanjut Dudut, korban langsung melompat terjun ke air begitu kapal terbakar untuk menyelamatkan diri.
Hanya ditemukan beberapa anggota tubuh yang tak utuh.
"Beberapa bagian tubuh hilang karena dimakan binatang air pasca kematian akibat tenggelam," ujarnya saat ditemui usai pemeriksaan.
Ia menambahkan, jenazah Leo diperkirakan sudah lama berada di air.
Mengingat kondisi kulit jenazah saat ditemukan sudah terjadi pembusukan atau penyabunan.
"Jadi kulit jaringan ototnya sudah berubah menjadi licin seperti lilin. Hal ini biasa ditemukan pada jenazah tenggelam yang berada di air selama 10-14 hari, karena kelembaban tinggi ditambah panas matahari dan udara yang mengalir," jelasnya.
Hingga berita ini diturunkan, jenazah Leo Candrayana telah dijemput keluarga untuk dipulangkan ke Jakarta melalui jalur darat sekira pukul 16.30 Wita.
Kepulangan jenazah diantar puluhan anggota Ojek Online Solidaritas Tanpa Batas (SBT).
Solidaritas dari driver ojek online ini datang karena ayah korban juga seorang driver ojek online di Jakarta.
Tampak puluhan driver berkumpul di Unit Forensik RSUP Sanglah sedari siang tadi.
"Awalnya tahu dari KBGB (Keluarga Besar Grab Bike) Kebayoran. Ayahnya kan, driver ojek online. Jadi, waktu dapat informasi, kami langsung kesini (Forensik RSUP Sanglah) sebagai wujud solidaritas kami. Kami ikut antar, tapi cuman sampai Kediri, Tabanan," kata salah satu driver.
sumber : tribun