Sabtu, 4 Februari 2017 hari ini, umat Hindu di Bali kembali merayakan
hari Tumpek Landep. Pada hari ini, segala jenis benda yang tajam seperti keris
dan senjata pusaka lainnya diberikan upacara khusus. Selain itu, berbagai jenis
alat produksi atau aset pribadi seperti mesin maupun kendaraan bermotor pun ikut
diupacarai. Namun, makna hakiki Tumpek Landep yakni mencapai landeping idep (ketajaman kesadaran
diri) belum sampai ditangkap.
Tumpek Landep dirayakan saban Saniscara Kliwon Wuku Landep. Tumpek Landep menjadi hari raya tumpek yang pertama dalam satu siklus
Secara
konsepsi, menurut Dra. NI Made Sri Arwati dalam buku Hari Raya Tumpek (Upada Sastra, 2003) yang dipuja pada hari Tumpek
Landep adalah Sanghyang Pasupati. Selain itu, Tumpek Landep juga sebagai pujawali Batara Siwa yang berfungsi
melebur atau mamralina.
“Tumpek
Landep merupakan hari peringatan untuk memohon keselamatan ke hadapan Hyang
Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Senjata atau peralatan yang dibuat
dari besi, logam, perak, emas dan sejenisnya yang dipergunakan oleh manusia
dalam kehidupannya,” jelas Arwati.
Pengharapannya
tentu saja agar segala benda yang telah sangat membantu aktivitas manusia itu
kian diberkahi sehingga tetap memberikan tuah, tetap memberikan manfaat bagi
kerahayuan umat manusia dan dunia. Di sini juga tersirat adanya ungkapan terima
kasih manusia Bali terhadap berbagai jenis
benda atau alat-alat produksi tersebut.
Beginilah
memang cara tradisional manusia Bali menghargai keberadaan teknologi. Kendati
pun secara fisik yang tampak adalah pemberian sesaji kepada senjata pusaka atau
alat-alat produksi, secara esensi sejatinya sebagai pernyataan syukur dan
penghargaan karena segala teknologi itu telah membantu manusia dalam menjalani
hidup dan penghidupannya.
Tetua-tetua
Bali Iloe tampaknya amat menyadari betapa pentingnya peranan teknologi.
Teknologi yang membuat manusia bisa menaklukkan berbagai kesulitan-kesulitan
dalam hidup. Teknologi pula yang menempatkan manusia meningkatkan taraf
kehidupannya.
Bila
makna ini yang ditangkap, semestinya manusia Bali tidak hanya berhenti dengan
ritual pengharapan agar segala senjata bertambah tajam atau alat-alat produksi
tetap memberikan manfaat. Akan tetapi, mesti secara kreatif pula mengejar
pencapaian-pencapaian teknologi yang bisa membantu manusia Bali
sendiri meraih kesejahteraan hidupnya.
Itu
berarti manusia Bali mesti mengedepankan logika, olah pikir. Pesan ini pula
yang disiratkan dari perayaan hari Tumpek Landep. Agar manusia tiada henti
mengasah ketajaman pikirannya sehingga tercapai kecemerlangan budi.
Menurut
Drs. IB Putu Sudarsana, MBA., M.M., dalam buku Ajaran Agama Hindu: Acara Agama
(Yayasan Dharma Acarya, 2003) kata landep
berarti ‘tajam’ atau ‘ketajaman’. Dengan demikian hari suci Tumpek Landep
adalah peringatan turunnya manfestasi Sanghyang Widhi Wasa ke duania dengan prabawa Sanghyang Pasupati untuk
menganugerahgkan intelegensia (IQ) kepada semua makhluk di dunia.
Barangkali
karena itulah Tumpek Landep jatuh dua pekan setelah hari suci Saraswati yang
dimaknai sebagai hari pemuliaan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan membuat
manusia bisa mencapai kecerdasan, ketajaman logika juga kebijaksanaan.
Mr. Brain Revolution______________
Dikutip daripelbagai sumber
Mr. Brain Revolution______________
Dikutip daripelbagai sumber