Romanus saat menunggui jasad istrinya, Katarina Lalian, di luar Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Minggu(4/9/2016) |
DENPASAR - Romanus (25) hanya duduk termenung di lantai di luar Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah dengan ditemani temannya.
Istrinya, Katarina Lalian (24) yang sebelumnya dirawat di Ruang ICU RSUP Sanglah karena mengalami hipertensi saat kehamilan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya Jumat (1/9/2016) pagi pukul 10.00 WITA.
Disaat kehilangan tengah dirasakan Romanus, hutangnya pada pihak rumah sakit kini mencapai lebih dari Rp 124 juta.
Sebelumnya Katarina mendapatkan perawatan di RSUP Sanglah sejak Sabtu (13/8/2016) karena mengalami hipertensi saat kehamilan (praeklamsia) yang juga menyebabkan dirinya harus melahirkan bayi pertamanya secara caesar.
Romanus mengatakan Katarina sempat tak sadarkan diri dan hilang nafas saat keduanya pergi ke RS menggunakan mobil pinjaman dari seorang teman.
Romanus mengatakan Katarina sudah dirawat selama lebih dari 20 hari dan belum pernah sekalipun sadar sejak masuk RS.
Romanus masih mengingat kondisi terakhir Katarina dimana tensinya sangat tinggi hingga mencapai 190/60.
Ia juga tak merasakan firasat aneh sebelumnya hingga dokter mengatakan istrinya telah meninggal dunia saat itu.
Romanus mengaku belum memikirkan hutang-hutangnya saat ini karena ingin membawa pulang Katarina ke kampung halamannya di Atambua, NTT untuk dimakamkan.
Saat ini Katarina masih ditempatkan di kamar jenazah.
"Saya ingin pulangkan dia besok (senin, red) namun surat-surat administrasi baru bisa diurus besok. Supaya nggak kelamaan disini karena makan biaya juga dan hutang saya makin menumpuk nanti," ujar Romanus yang sesekali menerima telepon dari kerabatnya di Atambua.
Bayinya sendiri masih berada di Ruang Cempaka dan ia baru sempat menengoknya di hari kematian Katarina.
"Tadinya ingin diberi nama bersama dengan ibunya ketika sudah sadar namun malah seperti ini," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Romanus pun menceritakan bahwa Katarina adalah seorang wanita yang suka bekerja.
Sebelumnya Katarina pernah bekerja sebagai petugas kebersihan di Malaysia selama tiga tahun.
Namun semenjak tinggal di Bali dan mengetahui dirinya hamil, Katarina memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjaga kandungannya.
Romanus juga sering membawa istrinya memeriksakan kehamilan di puskesmas ataupun bidan.
Selama pemeriksaan, tensi Katarina selalu berada di angka 100-120 dan Katarina juga tak memiliki riwayat penyakit darah tinggi.
Romanus mengatakan keluarganya dan Katarina di Atambua sudah mengetahui kabar duka tersebut dan sedang mengupayakan cara untuk mengumpulkan uang agar Katarina bisa dibawa pulang ke kampung halaman.
Romanus juga berencana membawa pulang Katarina menggunakan pesawat karena dengan ambulans bisa memakan waktu seminggu.
"Saat ini mau mengumpulkan biaya untuk pemulangan Katarina dulu, kalau hutangnya nanti setelah Katarina sudah dimakamkan disana," tutur Romanus yang tak tahu apakah bisa mendampingi pemakaman Katarina karena takut tak diperbolehkan pihak RS.
Hutang Romanus di RSUP Sanglah kini mencapai Rp 124.607.831.
Romanus mengatakan dirinya selalu mendapat rincian biaya perawatan setiap tiga hari.
Ia menjelaskan rincian tersebut meliputi biaya perawatan dan pengobatan, pemeriksaan penunjang, dan biaya tertinggi berada pada biaya tindakan, operasi, serta farmasi.
Romanus juga akan membicarakan keseluruhan hutangnya dengan pihak RS keesokan paginya.
Ia akan bertanggungjawab membayar semua hutang itu dengan cara dicicil.
"Kalau bayar tunai saya tidak mampu, tapi kalau boleh dicicil akan saya bayar sampai lunas," harapnya.
Ia juga berharap bayinya bisa dibawa pulang bersama dengan Katarina agar dirawat oleh keluarga di Atambua.
Hal itu dikarenakan dirinya hanya seorang diri di Bali dan harus bekerja sebagai buruh untuk mendapatkan uang agar bisa membayar hutang.
"Siapa yang rawat anak kalau dia disini sama saya," tambahnya yang belum sempat berganti pakaian sejak ditemui kamis lalu.
Sampai saat ini bantuan yang mengalir untuk Romanus baru sekitar Rp 200 ribu dari donatur yang menghubunginya melalui telepon.
Romanus juga meminjam rekening dari seorang dokter di RSUP Sanglah karena dirinya tak memiliki rekening dan tak bisa menggunakan atm.
Terpisah, Dirut RSUP Sanglah, I Wayan Sudana mengatakan RSUP Sanglah selalu mengutamakan pelayanan tanpa melihat apakah itu pasien mampu ataupun tidak mampu.
Sudana menjelaskan pihaknya belum dapat mengatakan Romanus tidak mampu karena pria kelahiran Atambua tersebut tidak dapat menunjukkan KTP dan surat keterangan tidak mampu dari daerah.
Meski demikian, pihaknya tetap memfasilitasi Katarina dengan menyediakan kamar ICU dan berbagai tindakan medis yang diperlukan untuk keselamatan Katarina tanpa melihat jumlah tagihan yang terbilang cukup banyak itu.
Sudana mengatakan Pihak RS juga belum dihubungi oleh keluarga Katarina sehingga belum tahu bantuan apa yang tepat diberikan untuk Romanus.
Apabila diperlukan, RSUP Sanglah juga akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah NTT mengenai bantuan yang akan diberikan pada Romanus agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara kedua belah pihak.
"Kami akan bicara dulu dengan bapak Romanus dan tentu berkoordinasi dengan pemerintah daerah pihak yang bersangkutan jika memang benar pasien tergolong kurang mampu agar tidak salah memberikan bantuan nantinya," ujar Sudana di sela-sela kesibukannya.
Sudana juga menambahkan pihaknya dapat memberikan bantuan ambulans secara cuma-cuma apabila benar-benar diperlukan keluarga pasien kurang mampu dan dapat memberikan penangguhan bagi keluarga pasien untuk membayar hutang di RS dengan cara mencicil.
sumber : tribun