SEMARAPURA - Peristiwa magis terjadi seusai upacara pengabenan ikan Paus berbobot sekitar 50 ton di Pantai Batu Tumpeng, Banjar Tangkas, Desa Pakraman Gelgel, Kecamatan Klungkung pada Purnamaning Kadasa, Rabu (23/3) sore. Pasalnya, bau menyengat yang sebelumnya merebak selama hampir dua pekan sejak penguburan bangkai Paus terdampar, justru mendadak hilang begitu ritual pengabenan selesai.
Kelian Pura Batu Tumpeng, Desa Pakraman Gelgel, I Wayan Kereng, mengatakan bau menyengat yang sebelumnya bertebaran di sekitar kuburan bangkai Paus raksasa, kini berupah jadi bau wangi seperti bunga. “Kondisi membuat banyak orang terheran-heran. Ini di luar nalar,” ungkap Wayan Kereng di, Jumat (25/3).
Peristiwa kampihnya bangkai Paus raksasa berwarna hitam dan berkepala kotak, sebagaimana diberitakan, pertama kali diketahui dua warga Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung, I Nengah Sunarta dan I Nengah Darta, Senin (14/3) subuh sekitar pukul 05.00 Wita. Malamnya, bangkai Paus dikuburkan di tepi pantai tak jauh dari lokasi terdampar pas tengah malam pukul 24.00 Wita.
Setelah dikubur, dari atas gundukan kuburan bangkai Paus justru tercium bau menyengat. Padahal, liang kubur Paus dengan luas 20 meter x 6 meter, kedalamannya mencapai sekitar 8 meter. Bau menyengat menyebar hingga radis 150 meter dari lokasi kuburan. dan, itu berlangsung terus hingga sebelum upacara pengabenan untuk Paus, yang diyakini sebagai hewan suci ancangan (penjaga) Ida Batara Baruna---penguasa alam laut.
“Saya awalnya mengira ada bangkai tikus. Tapi, setelah ditelurusi, ternyata bau menyengat itu bersumber dari kuburan Paus,” terang Wayan Kereng, Jumat kemarin. “Ajaib, setelah digelar upacara pengabenan, bau menyengat berubah jadi aroma wangi-wangian seperti bunga. Ini sulit dinalar,” lanjut tokoh adat yang juga birokrat dan menjabat sebagai Sekertaris Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (PPK) Klungkung ini.
Menurut Wayan Kereng, ketika bau menyengat masih menyebar, warga dari berbagai pelosok yang mendatangi kuburan Paus di Pantai Batu Tumpeng tidak pernah sepi. Nyaris setiap hari selalu ramai pengunjung. Bahkan, di malam haris, sering ada krama yang datang bersemadi (meditasi) di atas kuburan Paus. “Dari pagi sampai malam, ada saja warga yang datang ke kuburan Paus ini. Warga umumnya menghaturkan persembahan, dengan harapan memperoleh keselataman,” katanya.
Sementara itu, upacara pengabenan alit di kuburan bangkai Paus dilaksanakan Jro Mangku Wayan Suwitra dan keluarganya pada Purnamaning Kadasa, Rabu sore pukul 16.00 Wita. Upacara tersebut dipuput langsung Jro Mangku Switra, tokoh spiritual asal Desa Pakraman Kamasan, Kecamatan Klungkung yang kesehariannya merupakan Pamangku Pangayah Tapakan Sad Kahyangan. Pengabenan alit untuk bangkai Paus terdampar ini menggunakan sarana banten suci selem (hitam), soroan selem, dandanan, prayascita duur mangala, pejati, dan rantasan putih.
Menurut Jro Mangku Wayan Suwitra, pengabenan alit digelar keluarganya karena mendapat wangsit (petunjuk niskala). Wangsit itu diterima melalui istrinya, Jro Mangku Istri Rasniti, ketika menggelar upacara Pasupati Penyengker Tirta di rumahnya kawasan Banjar Bucu, Desa Pakraman Kamasan pada Soma Kliwon Krulut, Senin (21/3) lalu.
Dalam kondisi kerauhan dan sambil menangis, Jro Mangku Istri Rasniti meminta dipapah ke penyawangan Dalem Ped di areal pekarangan rumahnya. “Ikan Paus itu kan merupakan Ratu Lingsir Sang Watu Renggong,” jelas Jro Mangku Suwitra, Jumat kemarin.
Roh halus yang merasuki raga Jro Mangku Istri Rasniti saat kerauhan, mengatakan bahwa ikan Paus terdampar ke pesisir pantai dalam kondisi tak bernyawa, karena melanggar aturan laut, yakni melewati tapal batas ketika mencari makanan. Bukan hanya Paus tersebut yang terdampar, anaknya yang masih kecil juga ditemukan mati terdampar di perairan Nusa Penida, Klungkung. “Anak Paus yang terdampar di perairan Nusa Penida dudah diupacarai oleh krama sekitar dan telah mendapatkan tempat yang layak,” terang Jro Mangku Suwitra.
Peristiwa kampihnya bangkai Paus raksasa berwarna hitam dan berkepala kotak itu sendiri, sebagaimana diberitakan, pertama kali diketahui dua warga Desa Jumpai, Kecamatan Klungkung, I Nengah Sunarta dan I Nengah Darta, 14 Maret 2016 subuh pukul 05.00 Wita. Ketika itu, mereka ini hendak membuka jaring Lobster di Pantai Batu Tumpeng.
Mereka terkejut melihat ada Paus terdampar hanya berjarak 3 meter dari bibir pantai. Setelah diamati, Paus tersebut sudah dalam kondisi mati. Peristiwa terdamparnya bangkai Paus raksasa disampaikan kepada warga lainnya. Sampai akhirnya bangkai Paus diunggah ke media sosial Facebook (FB). Dari situ, informasi dengan cepat menyebar luar.
Senin pagi sekitar pukul 06.00 Wita, puluhan warga mulai berdatangan ke Pantai Batu Tumpeng untuk menyaksikan langsung bangkai Paus. Sebagian dari mereka berfoto selfie, bahkan ada yang naik ke atas bangkai Paus itu. Sejak pagi hingga petang, pengunjung silih berganti datang ke lokasi teronggoknya bangkai Paus di Pantai Batu Tumpeng.
Tidak sedikit di antara warga yang datang sambil membawa canangsari dan dihaturkan di atas bangkai Paus. Bahkan, ada pula sejumlah warga yang datang ke lokasi dengan membawa gergaji dan blakas (sejenis golok) untuk memotong gigi dan kelamin bangkai Paus.
Petugas dari berbagai unsur juga terjun ke lokasi TKP untuk mengevakuasi bangkai Paus raksasa. Namun, evakuasi baru bisa dilakukan pas tengah malam pukul 24.00 Wita, hingga bangkai Paus raksasa langsung dikuburkan.
sumber : NusaBali