BANGLI -
I Made Gianyar secara resmi dilantik kembali menjadi Bupati Bangli 2016-2021, Rabu (17/2). Ini periode kedua kepemimpinan Bupati Made Gianyar di Bali, setelah masa jabatan sebelumnya 2010-2015. Made Gianyar akan melanjutkan pondasi perjuangan membangun daerah yang diletakkan almarhum Ida Bagus Made Sutha, Bupati Bangli pertama yang meninggal dunia saat berpidato di sidang DPRD tahun 1969 silam.
Seperti kepemimpinan periode pertama 2010-2015 lalu, Made Gianyar kembali berpaket dengan Sang Nyoman Sedana Arta di posisi Wakil Bupati Bangli periode kedua 2016-2021 ini. Pasangan Made Gianyar-Sedana Arta dipercaya kembali menduduki jabatannya, setelah pasangan incumbent yang diusung PDIP ini memenangkan Pilkada Bangli, 9 Desember 2015 lalu.
Made Gianyar merupakan pemimpin Bangli ke-10 sejak era kemerdekaan. Tapi, dia menjadi figur ke-9 yang menjabat sebagai Bupati. Sebab, penguasa Bangli pertama, Ida AA Ketut Ngurah yang bertahta selama 37 tahun periode 1923-1960 menyandang jabatan Regen Bangli. Sedangkan figur pertama yang resmi menjabat Bupati Bangli adalah almarhum Ida Bagus Made Sutha periode 1960-1969.
Ida Bagus Made Sutha yang sandang predikat Bupati Bangli pertama merupakan ayah dari Ida Bagus Gede Agung Ladip---yang kemudian menjadi Bupati Bangli periode 1990-2000. IB Made Sutha berasal dari Griya Giri Bukit, Kota Bangli. Dia naik tahta tahun 1960 menggantikan Ida AA Ketut Ngurah, tokoh Puru Agung Bangli yang semula menjadi Regen Bangli sejak 1923.
Bupati IB Made Sutha boleh dikata sebagai pemimpin Bangli dalam masa-masa sulit. Ketika itu, Kota Bangli belum seperti sekarang. Pusat pemerintahan (Kantor Bupati) masih berada di di Jalan Nusantara Bangli, sebelah timur laut Catus Pata (Perempatan Agung) Kota Bangli---yang kini menjadi Kantor BPD Cabang Bangli. Dari kantor yang kecil itulah Bupati IB Sutha melaksanakan pemerintahan di awal-awal berdirinya Kabupaten Bangli.
Sejarah kemudian mencatat, Bupati IB Sutha sebagai salah satu pemimpin Bangli yang paling dikenang masyarakat. Bukan saja karena memerintah di masa-masa sulit, tapi Bupati IB Sutha yang notabene ayah dari birokrat Bagian Humas Setda Provinsi Bali Ida Bagus Ludra ini juga meninggal secara tragis. Dia meninggal mendadak setelah ambruk saat berpidati di sidang DPRD Bangli tahun 1969.
Sekitar 21 tahun pasca meninggalnya Bupati IB Sutha, putra sulung almarhum yakni IB Gede Agung Ladip terpilih menjadi Bupati Bangli pada 1990. Politisi Golkar ini bahkan selama dua periode menjabat Bupati Bangli sejak 1990 hingga 2000. Di era kepemimpinan Bupati IBGA Ladip ini, banyak prestasi ditorehkan Bangli.
Sebelum Bupati IBGA Ladip berkuasa, lebih dulu terdapat 4 penguasa Bangli pasca meninggalnya almarhum IB Sutha. Pertama, Dewa Made Beratha, yang menjabat Bupati Bangli 1969-1970. Birokrat Pemprov Bali asal Sengguan Kangin, Kota Gianyar ini hanya setahun menjabat Bupati Bangli. Dewa Beratha sendiri kemudian terpilih menjadi Gubernur Bali dua periode yakni 1998-2003 dan 2003-2008.
Setelah Dewa Beratha tinggalkan jabatan Bupati Bangli tahun 1970, muncul Tjokorda Gde Ngurah dari Puri Kaleran Bangli menjadi Bupati di Gumi Sejuk periode 1970-1975. Tjok Gde Ngurah kemudian digantikan I Ketut Winaya, yang menjadi Bupati Bangli 1975-1985. Ketut winaya merupakan birokrat asal Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Di era kepemimpinan Ketut Winaya inilah dirintis penataan pusat pemerintahan (Puspem) Bangli ke lokasi yang sekarang di kawasan LC Subak Uma Aya.
Bupati Ketut Winaya kemudian digantikan AA Gede Putra, tokoh asal Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar yang menjadi Bupati Bangli 1985-1990). Bupati Agung Putra ini meneruskan proses pemindahan pusat pemerintahan yang dirintis Winaya.
Pasca lengsernya Winaya, naiklah IBG Agung Ladip sebagai Bupati Bangli 1990-2000. Sebagai putra daerah pertama yang kembali memimpin Bangli sejak almarhum ayahnya, IB Sutha, banyak harapan ditumpukan masyarakat terhadap Bupati Ladip. Sebagian harapan masyarakat terpenuhi.
Bupati Ladip dikenal sangat disiplin dan tegas. Jika ada pegawai yang kancing bajunya tidak terpasang, tak segan Bupati Ladip memasangnya di depan pehawai lain. Di era Bupati Ladip pula, Bangli untuk pertama kalinya meraih trofi Adipura dan penghargaan tersebut kemudian direbut secara beruntun. Di bawah kepemimpinan Bupati Ladip pula, Bangli dinilai berhasil dalam pembangunan di segala bidang, sehingga memperoleh penghargaan ‘Pataka Parasamya Purnakarya Nugraha’ dari Presiden.
Perlu dicatat, IBA Agung Ladip merupakman Bupati Bangli terakhir di era Orde Baru. Setelah Bupati Ladip lengser, muncul kemudian politisi PDIP Nengah Arnawa menjadi Bupati Bangli hingga dua kali periode (2000-2005 dan 2005-2010). Tapi, sebelum Nengah Arnawa naik sebagai Bupati Bangli pertama era reformasi, sempat ada I Wayan Suarka (Sekda Bangli asal Penebel, Tabanan) yang menjadi ‘Bupati Caretaker’ selama 6 bulan.
Bupati Nengah Arnawa sendiri merupakan politisi PDIP asal Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli. Di era kepemimpinan periode 2000-2010, Bupati Arnawa salah satunya concern terhadap keseniannya. Saat itulah digelar Festival Bapang Barong. Bupati Arnawa juga amat perhatian dengan pembangunan pura. Di era kepemimpinannya, dicanangkan kebijakan beri dana abadi bagi semua Pura Kahyangan Jagat yang ada di Kabupaten Bangli.
Setelah Arnawa lengser, kemudian tampil Made Gianyar menjadi Bupati Bangli 2010-2015 dan terpilih kembali periode 2016-2021. Made Gianyar yang merupakan politisi PDIP asal Desa Bunutin, Kecamatan Kintamani, sebelumnya selama dua periode menjadi Wakil Bupati pendamping Arnawa.
Kini, dalam periode kedua kepemimpinannya selaku Bupati Bangli 2016-2021, Made Gianyar amat diharapkan masyarakat mampu bikin gebrakan hingga membuat Bangli ke arah lebih maju lagi. “Semua pemimpin pasti ingin berbuat yang terbaik di semua bidang. Tapi, kami berharap ada skala prioritas dalam membangun Bangli ke depan. Misalnya, penataan Pasar Kidul dan kawasan sekitarnya,” harap ” ujar salah Bendesa Pakraman Cempaga, Kecamatan Bangli, I Wayan Nyepek, Senin (15/2).
Wayan Nyepek yakin Bupati Made Gianyar dan Wabup Sang Nyoman Sedana Arta sudah punya catatan dan evaluasi untuk itu, karena telah pengalaman periode sebelumnya. “Bupati tak perlu sungkan mencontoh hal-hal yang positif dan bermanfaat dari pemimpin sebelumnya. Sebab, kepemimpinan itu kan berkesinambungan,” katanya.
sumber : nusabali