Mpu Basuki Teguh Yuwono, Ketua Padepokan Keris Brojobuwono memegang keris Keris Dhapur Jalak Sumelang Gandring (kanan) |
GIANYAR - Keris Dhapur Jalak Sumelang Gandring, berpamor wasutah menjadi satu di antara 200 keris koleksi Yayasan Brojobuwono yang akan dipamerkan di Neka Art Museum Ubud.
Jalak Sumelang Gandring dibuat pada era tangguh Singosari. Keris ini sarat nilai historis karena memiliki kesamaan dengan keris buatan Mpu Gandring.
"Keris Dhapur Jalak Sumelang Gandring namanya. Keris ini memiliki nilai sejarah yang kuat," kata Mpu Basuki Teguh Yuwono, ketua Padepokan Keris Brojobuwono di Arma Art Museum, Rabu (2/12/2015).
Tidak sembarangan Mpu Basuki menyatakan demikian. Prototipe Jalak Sumelang Gandring memiliki kesamaan dengan Keris Mpu Gandring, yakni keris yang pernah digunakan untuk membunuh Ken Arok.
Selain bentuk, keris ini juga dibuat pada abad yang sama yaitu pada era Singosari, kisaran awal abad ke-13.
"Jalak Sumelang Gandring ini memiliki kesamaan dengan keris buatan Mpu Gandring yang membunuh tujuh keturuan Ken Arok pada era Singosari," ungkapnya.
Keris tersebut adalah satu dari 200 keris koleksi Yayasan Keris Brojobuwono yang akan digelar budayakan besok, 3-6 Desember 2015 di Neka Art Museum Ubud.
Koleksi keris yang dipamerkan berasal dari abad ke-7 sampai era kemerdekaan.
Sesepuh Padepokan Keris Brojobuwono, dr Bambang Gunawan mengatakan, dalam pameran kali ini akan ada workshop penempaan keris, upacara Umbul Mantram dan pagelaran tari keris.
Generasi muda diharapkan lebih memahami dan mencintai nilai-nilai luhur budaya adiluhung bangsa Indonesia.
"Keris tidak hanya sebatas klenik saja. Ada aspek lainnya yang perlu kita ketahui. Saya harap ini bisa menjadi wahana pendidikan khususnya bagi oara generasi muda berbagai aspek keris baik itu dari estetika, ekonomi, simbol, budaya dan sebagainya," jelas dr Bambang.
sumber : tribun