NEGARA - Setelah menghilang selama 2,5 jam, korban yang tercatat sebagai siswa Kelas II MAN (setingkat SMA) Mendoyo ini ditemukan sudah jadi mayat, Minggu malam pukul 20.00 Wita.
Peristiwa maut di muara Sungai Yehsumbul, yang berada di perbatasan antara Desa Yehsumbul dan Desa Yehembang Kangin ini bermula ketika korban Rijak Arif Maulana mancing bersama rekan-rekannya di sekitar lokasi. Pelajar berusia 16 tahun ini pergi mancing bersama tiga rekannya: Deki Reskiawan, 17, Muhammad Fayet Akbar, 17, dan Agus Kurniawan, 17.
Empat sekawan ini sama-sama tinggal di Mess MAN Mendoyo yang berlokasi di Desa Yehsumbul, Kecamatan Mendoyo. Awalnya, mereka mancing di muara Sungai Yehsumbul sejak siang pukul 14.00 Wita. Mereka semua memancing dengan mengambil lokasi di seberang barat sungai, yang masuk wilayah Banjar Sumbul, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo.
Setelah puas mancing, empat sekawan ini putuskan balik ke Mess MABN Mendoyo, Minggu sore pukul 17.30 Wita. Informasi yang dihimpun, korban Rijak Arif Maulana bersama dua rekannya pilih balik dengan menyeberangi langsung langsung mu-ara sungai yang kebetulan airnya sedang pasang. Sedangkan salah satu temannya lagi, memilih cari aman dengan lewat sisi sungai, meskipun harus melingkar jauh.
Nah, ketika menyeberangi muara sungai dalam kondisi air pasang bersama dua temannya, korban Rijak Arif Maulana tiba-tiba terseret arus. Korban diseret arus yang datang dari arah selatan (laut) Pantai Yehsumbul. Seketika, korban langsung tenggelam dan menghilang.
Beruntung, kedua temannya yang ikut menyeberangi muara sungai, berhasil selamat dari maut. Karena tidak berani menolong korban Rijak Arif Maulana yang tenggelam terseret arus, dua temannya ini pilih memberitahukan musibah tersebut kepada warga sekitar. Pengelola Mess MAN Mendoyo di mana mereka tinggal, juga diberitahu.
Begitu mendapat laporan, warga sekitar berusaha melakukan pencarian korban Rijak Arif Maulana. Demikian pula petugas gabungan, ikut melakukan pencarian. Namun, upaya pencarian baru menbuahkan hasil sekitar 2,5 jam kemudian, saat korban Rijak Arif Maulana ditemukan dalam kondisi tewas, Minggu malam pukul 20.00 Wita.
Menurut Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP I Gusti Made Sudarma Putra, warga dan petugas harus menunggu surutnya air untuk menemukan jasad korban. Warga sempat berupaya melakukan penyelaman, namun mengalami kesulitan karena situasi gelap malam hari. “Akhirnya, tubuh korban ditemukan sudah mengambang pukul 20.00 Wita,” jelas IGM Sudarma Putra saat dikonfirmasi di Negara, Senin (26/10).
Begitu ditemukan dalam kondisi tewas, lanjut Sudarma Putra, jasad korban Rijak Arif Maulana langsung diperiksa oleh petugas medis dari Puskesmas Pembantu Yehumbul, dr Rina Rahmawati. “Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban,” jelasnya.
Menurut Sudarma Putra, pihaknya juga sudah memeriksa sejumlah saksi terkait musibah maut yang merenggut nyawa siswa SMA ini di muara Sungai Yehsumbul. “Keterangan saksi-saksi juga menguatkan kalau korban murni tewas akibat tenggelam di muara sungai,” tandas Sudarma Putra.
Sementara itu, ganasnya ombak di Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, Badung menelan korban, Minggu petrang sekitar pukul 18.30 Wita. Korbannya adalah Haryanto, 20, pemuda asal Jalan Pulau Moyo Denpasar, yang hilang tenggelam pasca terseret ombak di depan Hotel Kulkul. Hingga Senin kemarin, upaya pencarian korban Haryanto belum membuahkan hasil.
Kast Polair Polresta Denpasar, Kompol Wayan Rendip, mengatakan saat musibah terseret ombak terjadi, korban Haryanto berusaha mengambil bola yang dipakai main bersama rekan-rekannya. Kisahnya, sore itu korban Haryanto berpi main ke pantai Kuta bersama belasan rekannya.
Saat main, bola melambung ke tengah laut sejauh 10 meter dari bibir pantai. Saat itulah, korban Haryanto berusaha mengambil bola. Namun, saat hendak mengambil bola, datang ombak besar menghantam korban, hingga terseret dan tenggelam. Upaya pencarian pun langsung dilakukan, namun tidak membuahkan hasil.
“Hari ini (kemarin) kami melakukan pencarian lagi bersama petugas Basarnas, Balawista, dan satuan lainnya. Kami menyusuri laur hingga 300 meter lepas pantai. Tapi, hasilnya masih nihil,’ jelas Wayan Rendip, Senin kemarin.
sumber : NusaBali