Abrasi Pantai Gilimanuk Meluas
Negara - Abrasi pantai di wilayah Kelurahan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana meluas, dan mengancam belasan rumah warga, termasuk Pura Padma Capa.
Pantauan di lokasi, Minggu, jika awalnya abrasi hanya mengerus pantai di Dusun Jineng Agung yang membuat belasan rumah warga rusak, saat ini bencana tersebut sudah mencapai Dusun Samiana.
"Dibanding pantai lain disini yang rata-rata sudah dipasang buis untuk menahan ombak, wilayah kami paling rawan karena tidak ada apapun untuk menahan abrasi," kata Kepala Dusun Samiana, Gede Sudarma Yasa.
Terkait dengan Pura Padma Capa, ia mengatakan, pura yang dibangun bersamaan dengan Gelung Kori Gilimanuk, serta tiga pura lainnya tersebut, ditujukan untuk menjaga Bali.
"Selain pura ini, ada tiga pura lain dengan tujuan yang sama dibangun di dekat Pelabuhan Gilimanuk, Pulau Kalong dan Kabupaten Karangasem," ujarnya.
Menurutnya, saat ombak besar, air laut yang menggeru tanah hampir mencapai pura tersebut, sehingga jika tidak segera ditangani dipastikan terkena dampak abrasi.
Ia mengungkapkan, pura tersebut sering digunakan sebagai lokasi sembahyang Umat Hindu, seperti Upacara Pekelem, dan lain-lain.
Selain itu, keberadaan asrama Brimob Polda Bali, di pesisir tersebut juga terancam bencana serupa, bersama belasan rumah warga.
Sementara abrasi di Dusun Jineng Agung juga bertambah parah, dimana jarak rumah warga dengan air laut tinggal sekitar satu meter, yang saat pasang air tersebut masuk ke rumah mereka.
Buis berisi beton yang dipasang untuk menahan ombak sudah porak poranda, sehingga warga swadaya menyusun karung berisi pasir dan batu di lokasi yang sama.
Pemkab Buat Bak Penampungan Air Bersih
Negara - Pemkab Jembrana membuat bak penampungan air bersih sementara dari terpal, di Desa Yehembang, untuk mencukupi kebutuhan warga yang belakangan dilanda krisis air bersih tersebut.
Pantauan di lokasi, sebanyak 12 bak dibuat, yang diisi air bersih dari enam mobil tangki yang datang dua hari sekali.
Karena krisis air bersih yang parah, setiap mobil pengangkut air ini datang, belasan warga sudah menunggu, dan berebutan mengambil air dari bak penampungan.
Hanya dalam tempo belasan menit, air di belasan bak penampungan tersebut sudah habis diambil warga, yang mendapatkan jatah dua jerigen.
"Jatah ini cukup untuk kebutuhan air minum dan memasak selama dua hari. Kami minta, pemerintah terus mengirim air seperti ini, sampai musim hujan nanti saat sumur warga mulai bisa digunakan, dan aliran dari PDAM lancar," kata Gusti Kade Suarsa.
Perbekel atau Kepala Desa Yehembang, Made Semadi mengatakan, suplai air bersih dua hari sekali tersebut, sudah disesuaikan dengan kebutuhan warga.
"Sementara baru ini yang bisa kami lakukan, dan sejauh ini suplai air yang dibawa mobil tangki cukup untuk seluruh warga," katanya.
Karena krisis air bersih beberapa bulan terakhir, warga di Desa Yehembang khususnya di Dusun Wali, Kaleran dan Baler Bale Agung terpaksa mengambil air dari saluran irigasi, untuk kebutuhan mandi, mencuci dan memasak.
Warga yang rata-rata berlangganan air dari PDAM Tirta Amertha Jati Jembrana mengeluhkan, suplai air dari perusahaan daerah tersebut macet total.
Truk Tanpa Sopir Tabrak Rumah Warga
Negara - Truk tanpa sopir yang sedang diparkir, mendadak jalan sendiri dan menabrak rumah warga di Desa Banyubiru, Kabupaten Jembrana, Sabtu (20/9) malam.
"Saya sedang nonton televisi di ruang keluarga, mendadak mendengar suara benturan keras. Saat saya keluar, truk itu sudah menabrak bagian depan rumah saya," kata Ni Ketut Susun, warga yang rumahnya tertabrak truk tersebut, Minggu.
Ia mengatakan, akibat ditabrak truk yang sebelumnya parkir di halaman gudang seberang jalan rumahnya tersebut, bagian atap, tembok serta pintu depan rumahnya hancur.
Sementara Andika, kernet truk mengatakan, saat kejadian ia bersama Sumartono, sopirnya sedang istirahat, dan memarkir kendaraan tersebut dengan mesin masih dihidupkan.
"Tapi rem tangan sudah terpasang, serta bagian roda depannya saya ganjal dengan kayu. Saya tahunya truk sudah jalan sendiri sampai di gerbang gudang," katanya.
Untuk menjaga kecelakaan yang fatal, karena truk ini meluncur menyeberang jalan raya Denpasar-Gilimanuk, ia mengaku, memberi tanda kepada kendaraan yang melintas untuk berhenti.
"Tidak mungkin kami masuk ke ruang kemudi truk tersebut karena posisinya sedang berjalan. Saya hanya menghentikan kendaraan yang melintas di jalan raya," ujarnya.
Ia mengaku tidak tahu penyebab truk tersebut jalan sendiri, dan menabrak rumah Ni Ketut Susun, yang mengakibatkan kerugian puluhan juta rupiah.
Keluarga Miskin Belasan Tahun Tunggu Bedah Rumah
Negara - Satu keluarga miskin di Kelurahan Tegalcangkring, Kabupaten Jembrana, sudah belasan tahun menunggu program bedah rumah, sejak diajukan usulan untuk mereka tahun 2000.
"Sejak tahun 2000 kami diusulkan untuk mendapatkan bedah rumah, tapi sampai saat ini tidak ada kelanjutannya. Padahal kondisi rumah dan ekonomi saya layak untuk mendapatkan itu," kata Luh Gede Sukerti (48), warga miskin tersebut, Minggu.
Pantauan di lokasi, rumah yang ia tempati bersama Gede Mudana (55), suaminya tersebut tampak reyot dan tidak layak huni.
Made Noviadiana, anaknya, mengatakan, keluarganya memang memiliki sepeda motor, tapi kendaraan tersebut pemberian orang lain, dan saat ini sudah tidak bisa dipakai karena rusak.
"Sepeda motor tua ini pemberian orang lain, tanah kebun yang luas ini juga bukan punya orang tua saya, tapi milik keluarga besar," katanya.
Menurutnya, rumah yang sekarang ditempati orang tuanya tersebut, juga pemberian dari keluarga karena kasihan.
Ia sendiri mengaku, karena sudah berkeluarga, dirinya tinggal menumpang di rumah bibinya, serta tidak banyak bisa membantu orang tuanya, karena ia hanya bekerja sebagai buruh serabutan.
Untuk kebutuhan sehari-hari, Sukerti mengatakan, suaminya bekerja sebagai kuli yang hanya cukup untuk makan.
Selain itu, mereka juga terdaftar sebagai keluarga miskin, terbukti dengan mendapatkan jatah beras untuk KK miskin, yang ia terima setiap bulan.
Lurah Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Ida Bagus Eka Iriana saat dikonfirmasi membenarkan, keluarga tersebut sudah beberapakali diusulkan untuk mendapatkan program bedah rumah.
"Sempat dilakukan pengecekan dan verifikasi dari Pemprov Bali, tapi tidak dapat, karena dianggap keluarga ini memiliki kebun dan sepeda motor sehingga tidak masuk kategori KK miskin," katanya.
sumber : Antara Bali